SELINGKUH LIMA LANGKAH

SELINGKUH LIMA LANGKAH

Awal Mula Selingkuh

"Bang, jangan gitu ah! Nanti kita ketahuan loh," protes ku pada bang Agus.

"Bentar aja, sayang," balas bang Agus sambil menciumi bibir ku.

"Tapi nanti kalau ada orang yang lihat, gimana coba?" tanya ku semakin gelisah.

"Biarin aja lah, sayang," balas bang Agus lagi.

Bang Agus terus menggerayangi tubuh ku dalam posisi berdiri, dan akhirnya aku pun hanya bisa pasrah dengan kelakuan nakal nya.

Ini lah kisah nyata dalam hidup ku yang saat ini sedang aku jalani. Jujur, aku melakukan semua ini karena sikap dan perlakuan suami ku yang dingin, dan tidak pernah memberikan ku kehangatan di ranjang.

Aku melampiaskan hasrat kepada tetangga yang hanya berjarak lima langkah dari rumah ku. Sebenarnya, aku tidak tega mengkhianati pernikahan ini. Tapi ya, mau bagaimana lagi?

Aku juga manusia biasa yang punya hasrat dan nafsu. Aku juga butuh belaian, kasih sayang, dan kehangatan. Dan semua itu, aku dapat kan dari tetangga lima langkah ku.

Awal mula aku berselingkuh dengan bang Agus, waktu itu aku berada di rumah sendirian. Lalu bang Agus datang menghampiri ku.

Berhubung aku berjualan pakaian di rumah, jadi sudah biasa bagi ku kalau ada orang yang datang ke rumah untuk melihat-lihat barang dagangan ku.

"Kak, ada baju kemeja ukuran ku gak?" tanya bang Agus.

"Kalo baju kemeja sih ada, bang. Tapi kalo ukuran untuk abang kurang tau juga. Coba bang cari sendiri!" usul ku.

"Oh iya, kak. Aku cari sendiri aja ya," balas bang Agus.

"Ya," jawab ku.

Aku menunjuk ke arah gantungan baju-baju yang terletak di pojok dinding. Bang Agus tersenyum, dan mulai memilah milih baju kemeja dan mencocokkan ke badan nya.

"Kak, yang besar gak ada ya?" tanya bang Agus.

"Udah habis bang, gak ada lagi. Tinggal itu aja baju kemeja nya," jawab ku.

"Wah, kekecilan kalo gitu, kak," lanjut bang Agus.

Aku menghela nafas panjang, saat mendengar penuturan bang Agus. Setelah itu, aku pun mulai mengoceh panjang lebar pada nya.

"Abang ni pun ada-ada aja. Semua mau nya serba yang besar. Baju yang besar, celana pun yang besar, sepatu juga harus yang ukuran besar. Semua serba besar," gerutu ku sambil tersenyum geli.

"Ah, kakak ini tau aja kalo semua nya serba besar, hahahaha,"balas bang Agus sambil tertawa lepas.

Setelah selesai dengan tawa nya, bang Agus pun kembali bertanya.

"Kak, ada punya teman cewek gak? Kenalin ke aku dong," tanya bang Agus sembari mencuri-curi pandang pada ku.

"Gak ada, bang. Teman-teman kerja ku dulu udah pada pulang kampung semua. Ada juga yang udah pada nikah," jawab ku jujur.

Pria kepala botak itu langsung manggut-manggut menanggapi penuturan ku. Kemudian ia pun kembali bertanya...

"Oh gitu ya, kalo sama kakak boleh gak?" tanya bang Agus sambil tersenyum genit pada ku.

Mata ku langsung membulat sempurna, ketika mendengar pertanyaan nyeleneh nya. Aku sama sekali tidak menyangka, jika tetangga lima langkah ku itu berani melontarkan pertanyaan seperti itu kepada ku, yang masih berstatus sebagai istri orang.

"Hah, apa aku gak salah dengar, bang? Aku kan masih ada suami, kalo aku janda sih gak masalah. Emang nya gak takut kalo sampe ketahuan suami ku?" tanya ku heran.

"Ya kalo ketahuan, kita nikah aja lah!" jawab bang Agus dengan santai nya.

"Boleh minta nomor ponsel nya gak, kak?" tanya bang Agus.

"Buat apa? Jangan macam-macam loh!" jawab ku.

"Gak lah, kak. Takut kali pun kakak ini. Aku juga tau batasan nya kok," balas bang Agus.

Bang Agus segera menyerahkan ponsel nya pada ku, lalu aku pun menerima nya dan mengetik nomor ku di benda pipih milik nya.

"Oke makasih ya, kak."

Bang Agus mengucapkan terima kasih, sambil melihat nomor ku yang sudah tersimpan di dalam ponsel nya. Aku hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Ya udah aku pulang dulu ya, kak. Nanti aku hubungi ya, boleh kan?" tanya bang Agus.

"Boleh, tapi jangan di waktu suami ku di rumah ya," balas ku.

Aku mewanti-wanti bang Agus, agar tidak sembarang untuk menghubungi ku di saat suamiku sedang berada di rumah.

"Oke siap, kak," jawab bang Agus, dan dia pun mulai berjalan keluar dari rumah ku.

"Hadehh, ada-ada aja," gumam ku sembari menghela nafas panjang.

Aku tersenyum menatap kepergian bang Agus. Tak berselang lama, ponsel ku pun berdering nyaring tanda panggilan masuk.

"Nomor baru, siapa ya kira-kira?" batin ku heran.

Tanpa pikir panjang lagi, aku pun segera menerima panggilan tanpa nama itu.

"Halo, siapa nih?" tanya ku.

"Ya ampun, kak. Baru aja kita ketemu tadi, masa udah lupa sih?" oceh bang Agus.

"Ohh, bang Agus ya. Kirain siapa," jawab ku.

Aku tidak menyangka, kalau bang Agus akan benar-benar menghubungi ku.

"Kak, boleh video call gak?" tanya bang Agus.

"Boleh, tapi jangan lama-lama ya, soal nya bentar lagi suami ku pulang," jawab ku kembali mewanti-wanti nya.

"Iya, kak bentar aja kok," jawab bang Agus lagi.

Bang Agus langsung mengalihkan panggilan nya menjadi video call. Setelah itu, terpampang lah wajah nya dengan jelas, yang sedang tersenyum manis dengan wajah imut nya. Menurut aku sih begitu ya, pemirsa. Entah kalau menurut kalian, hahaha.

"Lagi ngapain, kak?" tanya bang Agus.

"Gak lagi ngapa-ngapain, bang. Lagi duduk santai aja," balas ku.

Aku menjawab sambil duduk selonjoran di atas sofa, dan memijat-mijat pelan betis dan lutut ku yang terasa sedikit pegal dan kesemutan.

"Kak, aku boleh manggil say gak?" tanya bang Agus lagi.

"Hah," pekik ku dengan mata terbelalak.

Aku langsung terkejut dan melongo, saat mendengar permintaan bang Agus. Setelah beberapa saat berpikir, akhirnya aku pun pasrah dan memperbolehkan nya untuk memanggil ku dengan sebutan "say."

"Terserah abang, aja lah," balas ku.

"Oke, makasih ya, say."

Bang Agus langsung cengar-cengir salah tingkah, setelah mendengar persetujuan ku. Dia tampak sangat senang karena mendengar jawaban ku barusan.

"Bang, aku boleh nanya gak?" tanya ku.

"Mau tanya apa, say?" tanya bang Agus balik.

"Hmmmm, abang beneran serius dengan ucapan yang tadi?" tanya ku penasaran.

"Ya serius lah, say. Emang nya kenapa, gak boleh ya?" tanya bang Agus.

Aku menatap lurus ke depan dengan pandangan kosong menerawang. Sambil terus memegangi ponsel, aku pun kembali berceloteh pada nya.

"Ya, aneh aja sih. Abang kan tau sendiri kalo aku udah punya suami. Kenapa berani ngomong kayak gitu sama ku?" selidik ku.

"Kalo aku mau jujur boleh gak, say?" tanya bang Agus.

"Iya boleh," balas ku sambil tersenyum.

Bang Agus terdiam sejenak, ia tampak sedang memikirkan kata-kata yang pas untuk di utarakan pada ku. Setelah beberapa saat berpikir, ia pun mulai mengungkapkan isi hati nya.

"Sebenarnya aku tu udah lama suka sama mu, say. Tapi aku gak berani untuk ngungkapin nya," tutur bang Agus lirih.

"Aku takut kamu marah. Aku juga sering curi-curi pandang, kalo aku lewat di depan rumah mu," terang bang Agus.

Aku tidak menjawab sepatah kata pun, aku hanya diam sambil terus mendengarkan ucapan nya.

"Aku juga sering memperhatikan dirimu, kalo kamu pergi ke warung," tambah bang Agus lagi.

Setelah mendengar penuturan bang Agus, aku pun menghela nafas dalam-dalam. Suasana pun menjadi hening seketika. Setelah beberapa saat saling membisu, aku pun kembali bertanya pada nya.

"Emang nya apa yang abang suka dari aku? Aku tu cantik enggak, kaya pun enggak. Gak ada yang bisa di harap kan dari ku," balas ku.

"Bagi ku, kamu itu sangat cantik, say. Cantik luar dalam malah, hehehe," balas nya lagi.

"Hmmm, sok tau abang tu. Kayak pernah lihat dalam ku aja, hahahaha," ujar ku sambil terkekeh.

"Ya, emang blom pernah sih. Emang nya boleh gak kalo aku pengen lihat dalam mu?" tanya bang Agus.

"Iiihh, gilak!" umpat ku sambil tersipu malu, di hadapan wajah bang Agus yang ada di layar ponsel ku.

"Kalo aku ajak keluar mau gak, say?" tanya bang Agus lagi.

"Emang nya mau kemana sih?" tanya ku penasaran.

"Kita ke hotel aja mau gak? Kalo mau, besok kita jumpa di taman ya. Kamu naik ojek aja dari rumah, biar gak ada yang curiga," usul bang Agus.

Aku tersentak kaget mendengar ajakan bang Agus. Aku sama sekali tidak menyangka, kalau dia berani terang-terangan mengajak ku untuk berkencan di hotel.

Setelah berpikir sejenak, akhirnya dengan berat hati aku pun menolak secara halus ajakan nya.

"Aku pikir-pikir dulu ya, bang. Aku gak bisa janji atau pun memutuskan sekarang," jawab ku.

"Iya gak papa, say. Oke lah, sampai jumpa besok ya, bye!" balas bang Agus.

Bang Agus menutup panggilan video nya. Setelah panggilan berakhir, aku tersenyum-senyum sendiri mengingat ucapan tetangga lima langkah ku itu.

Aku pun langsung menghayal yang tidak-tidak akibat ulah bang agus.Tak lama kemudian, suami ku pulang dari tempat kerja nya.

"Assalamualaikum," salam bang Darma.

"Wa'laikum salam," balas ku.

Bang Darma melangkah masuk ke dalam rumah, dan aku pun segera menyambut kepulangan nya dengan mencium punggung tangan nya takzim.

Setelah itu, bang Darma langsung bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri nya. Sambil menunggu bang Darma selesai mandi, aku menyiap kan cemilan pisang goreng dan secangkir teh manis hangat. Lalu meletakkan nya di atas meja kamar.

Karena aku sudah hafal kebiasaan suami ku itu. Kalau dia selesai mandi dan sholat, dia pasti langsung bermain ponsel di kamar sambil rebahan. Maka dari itu, cemilan dan teh nya aku letakkan di kamar, bukan di ruang tamu.

"Gimana kerja nya tadi, bang?" tanya ku basa-basi.

"Ya, biasa aja. Tadi ada pembeli, trus ya di layani. Trus muat barang buat di jual," jawab bang Darma.

Dia menjelaskan tentang kegiatan nya di gudang besi tua.

"Oh," balas ku.

Waktu terus berlalu, tiba lah saat nya waktu tidur. Aku mendekati tubuh Bang Darma yang sedari tadi sibuk dengan ponsel nya di sebelah ku.

Dengan posisi bang Darma yang miring menghadap tembok, aku pun mulai memeluk nya dari belakang dan menciumi tengkuk leher nya. Aku juga menggesek-gesekkan kaki ku ke betis nya sambil berbisik...

"Bang, aku pengen!" bisik ku dengan suara serak akibat terbakar gairah ku sendiri.

"Abang capek, dek," jawab bang Darma.

Aku berucap dengan nafas yang mulai memburu. Namun, jawaban bang Darma sangat mengecewakan bagi ku. Dia menolak ku sambil melepaskan pelukan ku.

Mendapat perlakuan seperti itu, aku pun langsung merubah posisi untuk memunggungi nya. Hati ku terasa sangat sakit karena mendapatkan penolakan dari nya.

Tanpa sadar, air mata pun jatuh membasahi pipi ku. Ini bukan pertama kalinya dia menolak ku, tapi sudah sering kejadian seperti ini aku alami.

Jangan kan membelai dan memberikan kehangatan pada ku, mencium ku saja belum tentu setahun sekali. Memanggil ku dengan kata sayang pun tidak pernah, sejak menikah selama 6 tahun ini.

Apa lagi kalau bang Darma minta jatah, dia sama sekali tidak perduli, apakah aku sudah merasa puas atau belum? Apakah aku sudah memuncak atau belum?

Yang penting bagi nya adalah, dia sudah merasa puas sendiri. Ya, bagimana aku bisa puas? Kalau lima kali goyang saja punya dia sudah keluar, sedang aku belum apa-apa.

Jujur, aku sering merasa kecewa setiap kali bermain di ranjang dengan suami ku itu. Dia selalu saja seperti itu pada ku. Tanpa cumbuan dan tanpa belaian, langsung main masuk saja. Setelah lima atau enam kali goyang, sudah keluar.

Setelah menerima penolakan dari bang Darma, aku pun memutuskan untuk menerima tawaran dari bang Agus. Aku mengambil ponsel yang berada di atas meja, lalu mengetik pesan kepada bang Agus.

"Oke, besok aku mau, bang."

Aku mengirim kan pesan teks itu kepada bang Agus. Tak butuh waktu lama, bang Agus pun langsung membalas pesan ku.

"Jam berapa kita jumpa nya, say?" tanya bang Agus.

"Jam sepuluh pagi aja," balas ku.

"Oh oke, say," balas bang Agus.

Setelah percakapan kami berakhir, aku kembali meletakkan ponsel ke atas meja dan mulai memejamkan mata. Tak berselang lama, aku pun tertidur pulas dengan posisi saling memunggungi dengan bang Darma.

Pagi menjelang, aku beranjak dari ranjang dan melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai, aku segera membuat kan teh manis hangat untuk bang Darma.

Bang Darma tidak pernah mau sarapan pagi, tidak biasa kata nya. Maka nya cuma teh manis hangat saja yang aku sediakan untuk nya. Selesai mandi, bang Darma pun duduk di sofa dan mulai menyeruput teh nya dengan perlahan.

"Dek, abang berangkat kerja ya," pamit bang Darma.

"Iya," balas ku sambil mencium kedua pipi nya.

Setelah kepergian bang Darma, aku bergegas ke dapur untuk memasak makan siang. Karena jam dua belas nanti dia pasti pulang untuk makan di rumah.

Selesai masak, aku melanjutkan tugas ku mencuci baju. Setelah semua pekerjaan beres, aku pun bergegas membersihkan diri di kamar mandi.

Setelah memakai pakaian, aku segera mengambil ponsel untuk menghubungi bang Agus.

Tut tut tut...

Setelah panggilan tersambung, aku pun langsung bertanya tentang keberadaan nya.

"Halo lagi dimana, bang?" tanya ku.

"Aku udah di taman nih, kira-kira masih lama gak, say?" balas bang Agus.

"Bentar lagi, aku cari ojek dulu," jawab ku.

"Oke, say jangan lama-lama ya," balas bang Agus.

"Iya," jawab ku.

Aku menutup panggilan dan segera melangkah keluar dari rumah. Setelah selesai mengunci pintu, aku langsung berjalan menuju pangkalan ojek yang berada tidak jauh dari rumah ku.

"Bang, tolong antar kan ke taman ya!" pinta ku pada si tukang ojek.

"Oke siap, kak," jawab nya lalu menyerahkan helm pada ku.

Selesai memakai helm, aku langsung naik ke atas motor dan dia pun mulai melaju kan kendaraan roda dua nya untuk menuju taman kota.

Sesampainya di taman, aku segera turun dari motor dan menyerahkan helm sambil membayar ongkos nya.

"Makasih ya, bang," ucap ku sembari tersenyum.

"Sama-sama, kak," balas si tukang ojek.

Setelah menerima uang ongkos dari ku, tukang ojek itu pun segera melajukan motornya kembali ke jalan raya.

Beberapa saat kemudian, bang Agus pun tiba di depan ku dengan mengendarai motor nya.

"Ayo, say!" ajak bang Agus.

Dia memberikan helm pada ku dan aku pun segera memakai nya. Setelah itu, aku pun langsung naik ke atas motor, dan melingkarkan kedua tangan ku di perut nya.

Setelah menempuh perjalanan sekitar kurang lebih sepuluh menit, kami berdua pun tiba di depan gedung hotel yang cukup tinggi. Sekitar lima lantai lah kira-kira. Lupa ngitung soal nya, hehehe.

Bang Agus memarkir kan motor nya dengan rapi di tempat parkiran yang sudah tersedia. Lalu kemudian, kami berdua pun mulai berjalan beriringan menuju meja resepsionis.

"Ada kamar kosong, kak?" Bang Agus bertanya pada wanita resepsionis yang sedang bertugas.

"Ada, bang. Bentar ya," jawab nya.

Resepsionis itu menyerahkan kunci kamar. Lalu bang Agus pun langsung menerima kunci itu dan membayar tagihan nya.

Setelah selesai urusan dengan resepsionis, kami segera melangkah menuju kamar yang berada di lantai dua dengan bergandengan tangan.

"Kayak mau nyebrang jalan aja pake acara gandengan tangan segala, hihihi," batin ku terkikik geli.

Sesampainya di depan kamar, bang Agus segera membuka pintu. Setelah itu, kami berdua pun langsung melangkah masuk dan mengunci pintu kembali.

Setelah sampai di dalam kamar, bang Agus langsung mendekap erat tubuh ku dan menciumi bibir ku.

"Sabar dulu, bang!" ujar ku sambil meregangkan pelukan nya.

"Kenapa sih, say?"

Bang Agus bertanya dengan mata yang sayu dan nafas yang memburu, akibat gairah nya sendiri yang sudah naik sampai ke ubun ubun.

"Aku kebelet buang air kecil. Tunggu bentar ya!" jawab ku.

Aku berucap sambil berlari kecil menuju kamar mandi, untuk membuang air kecil dan mencuci kaki.

Setelah selesai, aku melihat bang Agus sedang mengotak-atik remot AC untuk menyetel suhu nya. Bang Agus yang sudah melihat ku keluar dari kamar mandi, kembali melancarkan aksi nya yang sempat tertunda tadi.

Dengan perlahan dia mulai membuka pakaian ku satu persatu. Setelah itu, dia juga membuka pakaian dalam ku sampai polos tak bersisa.

Setelah melucuti semua pakaian ku, tanpa pikir panjang lagi bang Agus pun langsung menyerang ku. Dia mulai mencumbui seluruh tubuh ku, tanpa terlewatkan satu inci pun. Dan akhirnya, pergumulan panas pun terjadi di kamar hotel tersebut.

Bang Agus melakukan aksinya itu sampai berulang-ulang kali. Hingga membuat badan ku menjadi lemas tak berdaya. Setelah pergumulan panas itu berakhir, bang Agus tersenyum pada ku dan berkata...

"Makasih ya, say," ujar bang Agus.

Dia mengecup kening ku dengan mesra, kemudian dia pun menjatuhkan tubuh nya di samping ku dengan nafas yang masih ngos-ngosan.

Dia tampak sangat kelelahan akibat pertempuran panas tadi. Dan akhirnya, kami berdua pun mulai memejamkan mata sambil berpelukan.

Tak butuh waktu lama, kami mulai terlelap dalam keadaan polos tanpa sehelai benang pun di bawah selimut.

Terpopuler

Comments

Azizah az

Azizah az

beuh baru awal udh panas ajah,🤗🤗

2023-03-09

1

Dandelion

Dandelion

Seru ceritanya kak. sukses selalu dan semangat

2023-03-04

1

Sunarti

Sunarti

moga menarik dng alur suami yg cuek ke istri masa bodoh dan tak bisa memenuhi kebutuhan istri

2023-02-25

1

lihat semua
Episodes
1 Awal Mula Selingkuh
2 Sepulang Dari Hotel
3 POV Agus
4 Aksi Nekat di Ruang Tamu
5 Kembali Ditolak Bang Darma
6 Perkenalan AYU
7 Mantan Pacar Kembali Datang
8 Bersama Rendi Di Hotel
9 Berbalas Pesan
10 Olahraga Pagi
11 Kedatangan Rendi Ke Rumah
12 Bang Darma Minta Jatah
13 Gangguan Dari Pak Kades
14 Gangguan Silih Berganti
15 Emas untuk Yuni
16 Tingkah Bang Agus
17 Kemarahanku pada Yuni
18 Hufff, Hampir Saja
19 Ketahuan Tetangga
20 Mantan istri berulah
21 Karma Instan Buat Tetangga Kepo
22 Bang Darma vs Mantan Istri
23 Kepergok Rendi
24 Ancaman Rendi
25 Tidak di Perdulikan
26 Masih Tetap Acuh
27 Ketulusan Bang Agus
28 Nenek Pergi Selamanya
29 Cekcok
30 POV Darma
31 Melawan Yuni
32 Dua Lawan Satu (duo lalat ijo)
33 Tegas Pada Bang Darma
34 Ngerjain Pak Kades
35 Pinjam Motor
36 Uang Dari Bang Agus
37 Kabar Motor Bang Darma
38 Emosi Bang Darma
39 Tingkah Bang Agus
40 Kembali Cekcok
41 POV Yuni 1
42 POV Yuni 2
43 POV Yuni End
44 Kejujuran Yuni
45 Biar Kapok
46 Jatah Bang Agus
47 Kecelakaan
48 Motor Hilang (kualat)
49 Mantan Terindah
50 Bang Agus Cemburu
51 Hantu Kecil
52 Murka pada Yuni
53 Perang Lagi
54 Bertengkar
55 Ngibulin bang Agus
56 Di Rendahkan
57 Kembali Mengganggu
58 Di Hotel
59 Menagih Kembali
60 Air Cabe
61 Musuh Dalam Selimut
62 Di Salahkan
63 Minta Izin
64 Lakukanlah, Bang!
65 Kayu atau Besi
66 Berlanjut terus
67 Akhir Dari Bercerita
68 Pulang
69 Naya curiga
70 Hampir Saja Terbongkar
71 Pinjam Uang Lima Juta
72 Emosi Meledak
73 Mengadu Domba
74 Aksi Gilaku
75 Bang Agus atau Rendi?
76 Bersama Rendi
77 Berkeringat Lagi
78 Jalan-Jalan Malam
79 Kejadian Dikamar Sebelah
80 Keluar dari hotel
81 Sandal Siapa?
82 Kejadian Didalam Rumah
83 Jujur Pada Bang Darma
84 Tempat Pelampiasan Amarah
85 Bang Agus Curiga
86 Pesan Dari Tiga Lelaki
87 Pelayanan Bang Agus
88 Uang Dari Pak Kades
89 Tamu Tak Diundang
90 Kabur
91 Curhat
92 Minta uang
93 Bang Agus kecewa
94 Pertanyaan bikin pusing
95 Balas dendam bang Darma
96 Balas Dendam Berlanjut
97 Berdebat
98 Keselek makanan
99 Masih di hotel
100 Pulang ke rumah
101 Ceraikan Aku!
102 Rencana terbongkar
103 Filing
104 Mencurigakan
105 Bacaan dari Dina
106 Ada Apa Denganku?
107 Manusia atau Bunglon
108 Keringat pagi
109 Besar Pasak Dari Pada Tiang
110 Di rumah bang Agus
111 Menguping
112 Geram
113 Janjian
114 Bocah gendeng (Naya)
115 Dugaan
116 Ngerjain Rendi
117 Mau pulang atau nginap?
118 Jalan-jalan
119 Musuh Bebuyutan
120 Tanya Jawab
121 Cinta Pandangan Pertama
122 POV NAYA
123 Mengalah
124 Mimpi
125 Menjelaskan
126 Rendi Marah
127 Makan Diluar
128 Sama Sama Nginap
129 Tuduhan dari Naya
130 Gara-Gara Foto
131 Bertemu Pak Kades
132 Pelayanan yang Memuaskan
133 Memakai Kamar Pribadi
134 Darma dan Dina (Author)
135 Kawin Lari
136 Kekesalan Rendi
137 Janji
138 Kembali ke Rumah
139 Meminta Izin
140 Kerumah Naya
141 Tingkah Aneh Naya
142 Bujukan Bang Agus
143 Minta Upah
144 Rencana Dina dan Darma (Author)
145 Kabar Gembira Buat Yuni (Author)
146 Perang Mulut
147 Semua Karena Salahku
148 Khayalan Yuni (Author)
149 Pancingan Yuni
150 Dirumah Darma
151 Kelakuan Anak Dan Bapak
152 Emosi Ayu
153 Video
154 Kepergok Dina
155 Membalas Tanpa Menyentuh
156 Menginap Berdua
157 Berbohong (Author)
158 Jumpa Rival
159 Sama Siapa Dia?
160 Usulan Yuni
161 Sama Saja
162 Bertengkar
163 Jalan-Jalan ke Mall
164 Tumben
165 Merajuk
166 Sayang Gak Sama Aku?
167 Ketahuan Lagi
168 Kemarahan Dina
169 Membatalkan Rencana Pernikahan
170 Ancaman Bang Darma
171 Akhir Dari Perdebatan Panjang
172 Kebahagiaan Darma dan Yuni
173 Dilema
174 Melawan Belatung Nangka
175 Menolak
176 Kebohongan Darma
177 Persyaratan Gila Dari Dina
178 Visual
179 Ajakan Pak Kades
180 Memanggil Rendi
181 Orang Atau Kebo?
182 Pulang Kerumah Dina
183 Ulah Dina
184 Terpaksa Menyetujui
185 Kepo
186 Tendangan Super
187 Mimpi yang Nyata
188 Mencuri
189 Membagi Uang
190 Adu Kekuatan
191 Memelas
192 Keluar dengan si Botak
193 Biduran
194 Usulan Ayu
195 Tentang Dina
196 Kepedean Tingkat Tinggi
197 Kecemburuan Yuni
198 Telur dan Tempe
199 Sama-Sama Rakus
200 Kangen
201 Merajuk
202 Kemarahan Darma
203 Rasa Bosan Darma
204 Pasrah
205 Menemui Rendi
206 Sedikit Rasa Penyesalan
207 Tingkringan Bancet
208 Curiga
209 Rengekan Manja Bang Darma
210 Kembali Terjadi
211 Rencana Yang Gagal
212 Kebohongan Demi Kebohongan
213 Melawan Remahan Rempeyek
214 Mengusir Yuni
215 Membandingkan
216 Ganteng Kagak, Kere Iya
217 Nekat
218 Pertengkaran Ibu dan Anak
219 Anak Kandung Atau Anak Pungut?
220 Persiapan Darma
221 Ingin Tidur Bersama Kalian
222 Rencana Pindah
223 Ulah Anak Beranak
224 Aksi Nekat Pak Kades
225 Sawah Sepetak
226 Melayani Aki-Aki Genit
227 Masih Bersama Pak Kades
228 Godaan Yuni
229 Akibat Keceplosan
230 Gajah Bengkak
231 Gombalan Darma
232 Blokir Sementara
233 Kena Tendang
234 Emosi Ayu
235 Nenek Sihir
236 Sini, Lawan Aku!
237 Kabar Gembira Darma
238 Suasana Haru
239 Maafkan Aku Botak
240 Godaan Rudi
241 Akhir Dari Sebuah Petualangan
242 Pengumuman
Episodes

Updated 242 Episodes

1
Awal Mula Selingkuh
2
Sepulang Dari Hotel
3
POV Agus
4
Aksi Nekat di Ruang Tamu
5
Kembali Ditolak Bang Darma
6
Perkenalan AYU
7
Mantan Pacar Kembali Datang
8
Bersama Rendi Di Hotel
9
Berbalas Pesan
10
Olahraga Pagi
11
Kedatangan Rendi Ke Rumah
12
Bang Darma Minta Jatah
13
Gangguan Dari Pak Kades
14
Gangguan Silih Berganti
15
Emas untuk Yuni
16
Tingkah Bang Agus
17
Kemarahanku pada Yuni
18
Hufff, Hampir Saja
19
Ketahuan Tetangga
20
Mantan istri berulah
21
Karma Instan Buat Tetangga Kepo
22
Bang Darma vs Mantan Istri
23
Kepergok Rendi
24
Ancaman Rendi
25
Tidak di Perdulikan
26
Masih Tetap Acuh
27
Ketulusan Bang Agus
28
Nenek Pergi Selamanya
29
Cekcok
30
POV Darma
31
Melawan Yuni
32
Dua Lawan Satu (duo lalat ijo)
33
Tegas Pada Bang Darma
34
Ngerjain Pak Kades
35
Pinjam Motor
36
Uang Dari Bang Agus
37
Kabar Motor Bang Darma
38
Emosi Bang Darma
39
Tingkah Bang Agus
40
Kembali Cekcok
41
POV Yuni 1
42
POV Yuni 2
43
POV Yuni End
44
Kejujuran Yuni
45
Biar Kapok
46
Jatah Bang Agus
47
Kecelakaan
48
Motor Hilang (kualat)
49
Mantan Terindah
50
Bang Agus Cemburu
51
Hantu Kecil
52
Murka pada Yuni
53
Perang Lagi
54
Bertengkar
55
Ngibulin bang Agus
56
Di Rendahkan
57
Kembali Mengganggu
58
Di Hotel
59
Menagih Kembali
60
Air Cabe
61
Musuh Dalam Selimut
62
Di Salahkan
63
Minta Izin
64
Lakukanlah, Bang!
65
Kayu atau Besi
66
Berlanjut terus
67
Akhir Dari Bercerita
68
Pulang
69
Naya curiga
70
Hampir Saja Terbongkar
71
Pinjam Uang Lima Juta
72
Emosi Meledak
73
Mengadu Domba
74
Aksi Gilaku
75
Bang Agus atau Rendi?
76
Bersama Rendi
77
Berkeringat Lagi
78
Jalan-Jalan Malam
79
Kejadian Dikamar Sebelah
80
Keluar dari hotel
81
Sandal Siapa?
82
Kejadian Didalam Rumah
83
Jujur Pada Bang Darma
84
Tempat Pelampiasan Amarah
85
Bang Agus Curiga
86
Pesan Dari Tiga Lelaki
87
Pelayanan Bang Agus
88
Uang Dari Pak Kades
89
Tamu Tak Diundang
90
Kabur
91
Curhat
92
Minta uang
93
Bang Agus kecewa
94
Pertanyaan bikin pusing
95
Balas dendam bang Darma
96
Balas Dendam Berlanjut
97
Berdebat
98
Keselek makanan
99
Masih di hotel
100
Pulang ke rumah
101
Ceraikan Aku!
102
Rencana terbongkar
103
Filing
104
Mencurigakan
105
Bacaan dari Dina
106
Ada Apa Denganku?
107
Manusia atau Bunglon
108
Keringat pagi
109
Besar Pasak Dari Pada Tiang
110
Di rumah bang Agus
111
Menguping
112
Geram
113
Janjian
114
Bocah gendeng (Naya)
115
Dugaan
116
Ngerjain Rendi
117
Mau pulang atau nginap?
118
Jalan-jalan
119
Musuh Bebuyutan
120
Tanya Jawab
121
Cinta Pandangan Pertama
122
POV NAYA
123
Mengalah
124
Mimpi
125
Menjelaskan
126
Rendi Marah
127
Makan Diluar
128
Sama Sama Nginap
129
Tuduhan dari Naya
130
Gara-Gara Foto
131
Bertemu Pak Kades
132
Pelayanan yang Memuaskan
133
Memakai Kamar Pribadi
134
Darma dan Dina (Author)
135
Kawin Lari
136
Kekesalan Rendi
137
Janji
138
Kembali ke Rumah
139
Meminta Izin
140
Kerumah Naya
141
Tingkah Aneh Naya
142
Bujukan Bang Agus
143
Minta Upah
144
Rencana Dina dan Darma (Author)
145
Kabar Gembira Buat Yuni (Author)
146
Perang Mulut
147
Semua Karena Salahku
148
Khayalan Yuni (Author)
149
Pancingan Yuni
150
Dirumah Darma
151
Kelakuan Anak Dan Bapak
152
Emosi Ayu
153
Video
154
Kepergok Dina
155
Membalas Tanpa Menyentuh
156
Menginap Berdua
157
Berbohong (Author)
158
Jumpa Rival
159
Sama Siapa Dia?
160
Usulan Yuni
161
Sama Saja
162
Bertengkar
163
Jalan-Jalan ke Mall
164
Tumben
165
Merajuk
166
Sayang Gak Sama Aku?
167
Ketahuan Lagi
168
Kemarahan Dina
169
Membatalkan Rencana Pernikahan
170
Ancaman Bang Darma
171
Akhir Dari Perdebatan Panjang
172
Kebahagiaan Darma dan Yuni
173
Dilema
174
Melawan Belatung Nangka
175
Menolak
176
Kebohongan Darma
177
Persyaratan Gila Dari Dina
178
Visual
179
Ajakan Pak Kades
180
Memanggil Rendi
181
Orang Atau Kebo?
182
Pulang Kerumah Dina
183
Ulah Dina
184
Terpaksa Menyetujui
185
Kepo
186
Tendangan Super
187
Mimpi yang Nyata
188
Mencuri
189
Membagi Uang
190
Adu Kekuatan
191
Memelas
192
Keluar dengan si Botak
193
Biduran
194
Usulan Ayu
195
Tentang Dina
196
Kepedean Tingkat Tinggi
197
Kecemburuan Yuni
198
Telur dan Tempe
199
Sama-Sama Rakus
200
Kangen
201
Merajuk
202
Kemarahan Darma
203
Rasa Bosan Darma
204
Pasrah
205
Menemui Rendi
206
Sedikit Rasa Penyesalan
207
Tingkringan Bancet
208
Curiga
209
Rengekan Manja Bang Darma
210
Kembali Terjadi
211
Rencana Yang Gagal
212
Kebohongan Demi Kebohongan
213
Melawan Remahan Rempeyek
214
Mengusir Yuni
215
Membandingkan
216
Ganteng Kagak, Kere Iya
217
Nekat
218
Pertengkaran Ibu dan Anak
219
Anak Kandung Atau Anak Pungut?
220
Persiapan Darma
221
Ingin Tidur Bersama Kalian
222
Rencana Pindah
223
Ulah Anak Beranak
224
Aksi Nekat Pak Kades
225
Sawah Sepetak
226
Melayani Aki-Aki Genit
227
Masih Bersama Pak Kades
228
Godaan Yuni
229
Akibat Keceplosan
230
Gajah Bengkak
231
Gombalan Darma
232
Blokir Sementara
233
Kena Tendang
234
Emosi Ayu
235
Nenek Sihir
236
Sini, Lawan Aku!
237
Kabar Gembira Darma
238
Suasana Haru
239
Maafkan Aku Botak
240
Godaan Rudi
241
Akhir Dari Sebuah Petualangan
242
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!