Kemarahanku pada Yuni

Pagi menyapa, masih seperti hari-hari biasa nya tidak ada yang berubah. Bang Darma yang pergi bekerja tanpa sarapan, cukup hanya segelas teh manis hangat, dan aku yang mulai sibuk ke dapur dan membersihkan rumah.

Singkat cerita, sebulan pun sudah berlalu. Yuni kembali datang untuk mengambil uang bulanan nya. Tapi kali ini, dia datang dengan penampilan yang berbeda dari biasa nya.

Setelah sebulan yang lalu aku memberikan perhiasan pada nya, bulan ini dia datang lagi dengan memakai hijab.

"Assalamualaikum," salam Yuni yang sudah berdiri di depan pintu.

Kemudian ia pun melangkah masuk ke dalam rumah, lalu menyalami punggung tangan ku takzim.

"Wa'laikum salam," balas ku lalu mengerutkan kening melihat penampilan nya.

Yang aku heran kan, bukan masalah dia yang berhijab. Aku malah senang kalau seandainya dia mulai menutup aurat, tapi yang aku curigai, apa yang di tutupi nya dalam hijab nya tersebut. Niat nya memakai hijab itu bukan untuk menutup aurat, tapi menutupi sesuatu.

"Tumben," batin ku setelah melihat penampilan nya.

"Bapak udah gajian kan, buk?" tanya Yuni langsung duduk di atas sofa.

"Udah, bentar ibuk ambil kan uang nya dulu di kamar!" jawab ku lalu beranjak dari sofa dan berjalan ke dalam kamar.

"Nah, ini uang bulanan mu!" ujar ku sembari menyerahkan uang sebesar lima ratus ribu ke atas meja yang ada di hadapannya.

"Tumben kau kesini pake hijab, Yun. Apakah ada yang sedang kau tutupi?" selidik ku menatap tajam pada nya.

Melihat tatapan aneh ku, dia pun langsung menunduk takut. Karena tidak ada jawaban dari nya, aku pun kembali melontarkan pertanyaan pada nya.

"Kok diam? Kenapa gak di jawab pertanyaan ibuk? Coba buka hijab mu, ibuk mau lihat apa sebenarnya yang kau tutupi?" pinta ku.

Aku bersikap demikian, bukan karena aku kejam sebagai ibu tiri. Aku hanya curiga, karena selama lima tahun aku menikah dengan bang Darma, tidak pernah sekali pun aku melihat Yuni datang ke rumah dengan menggunakan hijab.

Kecuali sewaktu lebaran saja, itu pun terkadang dia malah tidak datang di hari lebaran.

Yuni pun menuruti perintah ku, lalu membuka hijab nya dan masih dengan posisi menundukkan kepala nya. Dan akhirnya, kecurigaan ku benar dan tidak meleset sedikit pun. Dia memakai hijab itu, karena menutupi perhiasan yang sudah tidak ada lagi di tubuh nya.

"Kemana emas mu?" Aku bertanya dengan santai, aku tidak ingin terburu-buru emosi pada nya, sebelum mendengar kejujuran yang keluar dari bibir nya.

"Udah di jual sama mamak, buk," jawab Yuni lirih.

Mendengar jawaban yang keluar dari mulut nya, emosi ku pun langsung naik sampai ke ubun-ubun.

"Ya Allah, Yun. Kok berani-beraninya kalian menjual emas itu, hah?" bentak ku dengan geram nya.

Melihat kemarahan ku, Yuni tidak berani menjawab. Ia semakin beringsut di tempat duduk nya.

"Baru sebulan yang lalu ibuk belikan dengan susah payah, menabung sedikit demi sedikit dari hasil jualan, dengan gampang nya kalian menjual nya gitu saja. Kau sama sekali tidak menghargai pemberian ku, Yun?" lanjut ku dengan suara melengking.

Karena sudah mulai tersulut emosi, aku pun sudah tidak lagi menyebutkan diriku dengan kata "ibuk" tapi sudah dengan kata

"aku."

Aku marah, aku emosi, bukan karena aku tidak ikhlas untuk memberikan emas itu pada nya. Tapi karena dia mengizinkan ibu nya untuk menjual barang hasil keringat ku dan juga bang Darma. Siapa orang nya yang tidak bakalan emosi, kalau begini ceritanya?

"Kau masih ingat janji mu dengan ku, Yun? Kau tidak bakalan jual emas itu apa pun alasannya. Apa kau lupa dengan semua ucapan mu bulan lalu?" tanya ku masih dengan emosi yang meledak-ledak.

Yuni tetap diam. Ia tidak berani berkata-kata lagi. Mulut nya terkunci rapat sambil terus menundukkan kepala nya.

"Kau sudah terlalu lancang, Yun. Dari awal kan sudah aku bilang, kau bisa pakai emas itu, tapi kau tidak berhak untuk menjual nya. Apa kau lupa dengan kata-kata ku itu, hah?" bentak ku lagi.

Setelah meluapkan emosi ku, aku pun duduk menyandar di bahu sofa, sambil terus menatap tajam ke arah anak tiri ku tersebut. Setelah dari tadi berdiam diri, akhirnya Yuni pun memberanikan diri untuk membuka suara nya.

"Iya buk, Yuni masih ingat," tutur Yuni pelan.

Ia tampak sangat ketakutan dan gelisah, sambil memilin-milin ujung baju nya.

"Kalau kau ingat, kenapa kau berani memberikan barang itu kepada mamak mu untuk di jual, hah?" bentak ku lagi.

"Apa kau tidak kasihan melihat bapak mu pontang-panting kerja, jadi babu orang di tempat kerja nya sana, hanya demi mendapatkan uang itu?" lanjut ku.

"Apa kau tidak kasihan melihat ku yang setiap hari berjualan, mengumpulkan uang itu sedikit demi sedikit hanya untuk menyenangkan hati mu?" tambah ku dengan wajah merah padam.

"Aku sangat kecewa dengan mu, Yun. Aku kecewa karena kau tidak bisa menghargai hasil keringat dan jerih payah kami berdua. Kau tidak bisa menjaga amanah dan ucapan mu sendiri," ujar ku dengan nada yang mulai melunak.

"Iya maaf, buk. Kalau memang ibuk tidak ikhlas, nanti kalau Yuni udah kerja, Yuni akan ganti emas itu buk. Yuni akan ganti pakai uang," tutur Yuni.

Aku menghela nafas panjang, dan menghembuskan nya dengan kasar. Aku tidak habis pikir dengan jalan pikiran manusia yang ada di hadapanku itu.

"Bukan masalah ikhlas tidak ikhlas nya, Yun. Kalau dari awal ibuk merasa tidak ikhlas, untuk apa juga ibuk repot-repot menabung untuk membelikan emas itu untuk mu?" jelas ku.

Yuni kembali bungkam, ia tampak sedang memikirkan ucapan ku.

"Yang ibuk sesal kan itu cara mu, yang tidak bisa menjaga barang pemberian kami. Dan dengan gampang nya kau memberikan barang itu kepada mamak mu untuk di jual nya." ujar ku kesal.

"Sebenarnya bapak mu sudah melarang ibuk, untuk tidak membelikan emas itu untuk mu. Karena dia takut emas itu bakalan kalian jual, tapi ibuk tetap ngotot untuk membelinya dan memberikan nya pada mu," jelas ku lagi.

"Karena apa? Karena ibuk sayang sama mu, Yun. Walau pun ibuk ini cuma ibu tiri mu, tapi ibuk sangat menyayangi mu. Tapi ternyata, dugaan bapak mu itu benar. Ibuk sangat menyesal, karena tidak mendengar kan ucapan bapak mu," tambah ku.

Aku terus saja berceloteh panjang lebar kepada anak tiriku itu. Aku sangat menyayangkan perbuatan nya yang sudah terlalu lancang menurut ku.

"Ibuk tau rasa nya punya ibu tiri itu gimana, Yun. Karena ibuk juga pernah mengalami dua kali mempunyai ibu tiri," jelas ku dengan pandangan menerawang.

Aku kembali mengingat masa kecil ku dulu, yang sudah merasakan mempunyai ibu tiri sebanyak dua kali.

"Asal kau tau ya, Yun. Dulu waktu ibuk punya ibu tiri, jangan kan memberi uang atau pun perhiasan, atau lain sebagainya. Membelikan satu biji CD untuk ibuk aja pun, mereka tidak pernah!" jelas ku menceritakan pengalaman ku saat mempunyai ibu tiri.

"Karena dari pengalaman ibuk sebagai anak tiri itu lah, maka nya ibuk berusaha untuk bisa membahagiakan mu. Memberikan apa pun permintaan mu, menuruti semua keinginan mu, semampu yang ibuk bisa."

Mendengar ocehan ku, Yuni pun menoleh sekilas, lalu menunduk kan kepala nya kembali.

"Tapi ternyata, balasan mu ini tidak seperti yang ibuk harap kan. Ibuk sangat kecewa dengan mu," lanjut ku dengan penuh penyesalan.

Aku meluapkan kekesalan ku pada nya, yang tidak bisa menjaga amanah dan janji nya sendiri.

"Kau masih ingat, tentang ancaman ibuk kemaren kan? Kalau seandainya kau menjual emas itu, ibuk tidak akan pernah lagi memberikan apa pun pada mu," ujar ku kembali mengingat kan, tentang perjanjian yang sudah kami sepakati bersama.

"Iya, Yuni masih ingat," jawab Yuni.

"Bagus lah kalo kau masih ingat," ujar ku menutup percakapan.

Karena sudah melihat ku terdiam dan tak lagi mengeluarkan suara, Yuni pun akhirnya pamit pulang.

"Yuni pulang dulu ya, buk. Motor yang Yuni bawa ini, mau di pake mamak kata nya. Mamak udah kirim pesan barusan. Dia nyuruh Yuni untuk cepat-cepat pulang," ujar Yuni lalu berdiri dari duduknya, dan menyalami tangan ku.

"Ya udah, hati-hati di jalan," balas ku.

Setelah berpamitan, Yuni segera berjalan keluar dan pergi berlalu dengan mengendarai sepeda motor milik nya.

Setelah kepergian Yuni, aku pun menjatuhkan diri di atas sofa panjang yang aku duduki sedari tadi sambil memijit-mijat dahi.

Kepala ku langsung berdenyut-denyut, karena emosi yang meluap-luap barusan. Jujur, sebenarnya aku tidak tega memarahi nya. Jangan kan memarahi, menegur kesalahan nya saja aku tidak pernah.

Karena aku sadar, status ku hanya sebagai ibu tiri bagi nya. Aku tidak ingin di bilang ibu tiri yang cerewet, yang suka mengatur-ngatur hidup nya. Dan yang pasti, aku tidak ingin di anggap sebagai ibu tiri yang kejam oleh nya.

Tapi karena aku sudah terlalu kecewa dengan perbuatannya, aku pun memberanikan diri untuk melakukan hal yang sama sekali tidak pernah aku lakukan pada nya. Yaitu memarahi nya seperti yang aku lakukan barusan.

"Yuni...Yuni, kau memang gak ngerti di sayang, Yun!" gumam ku sambil terus memijat-mijat kepala yang masih berdenyut nyeri.

Setelah beberapa menit merebahkan diri, aku pun segera berdiri untuk menutup pintu kios dan pintu utama. Setelah itu, aku kembali berjalan ke dalam kamar dan kembali merebahkan tubuh ku di atas ranjang. Aku menenangkan pikiran dan otak yang sedang acak adut saat ini.

Sebenarnya, Yuni itu anak yang penurut. Tapi karena dia masih tinggal bersama ibu kandung nya, jadi ibu nya itu selalu mengendalikan diri nya dan memanfaatkan nya untuk selalu meminta uang kepada kami.

Berhubung Yuni ini anak yang penurut. Ya, dia akan menuruti apa pun perintah ibu nya.

Termasuk menyerahkan semua emas yang sudah aku berikan untuk nya itu kepada ibu nya.

Episodes
1 Awal Mula Selingkuh
2 Sepulang Dari Hotel
3 POV Agus
4 Aksi Nekat di Ruang Tamu
5 Kembali Ditolak Bang Darma
6 Perkenalan AYU
7 Mantan Pacar Kembali Datang
8 Bersama Rendi Di Hotel
9 Berbalas Pesan
10 Olahraga Pagi
11 Kedatangan Rendi Ke Rumah
12 Bang Darma Minta Jatah
13 Gangguan Dari Pak Kades
14 Gangguan Silih Berganti
15 Emas untuk Yuni
16 Tingkah Bang Agus
17 Kemarahanku pada Yuni
18 Hufff, Hampir Saja
19 Ketahuan Tetangga
20 Mantan istri berulah
21 Karma Instan Buat Tetangga Kepo
22 Bang Darma vs Mantan Istri
23 Kepergok Rendi
24 Ancaman Rendi
25 Tidak di Perdulikan
26 Masih Tetap Acuh
27 Ketulusan Bang Agus
28 Nenek Pergi Selamanya
29 Cekcok
30 POV Darma
31 Melawan Yuni
32 Dua Lawan Satu (duo lalat ijo)
33 Tegas Pada Bang Darma
34 Ngerjain Pak Kades
35 Pinjam Motor
36 Uang Dari Bang Agus
37 Kabar Motor Bang Darma
38 Emosi Bang Darma
39 Tingkah Bang Agus
40 Kembali Cekcok
41 POV Yuni 1
42 POV Yuni 2
43 POV Yuni End
44 Kejujuran Yuni
45 Biar Kapok
46 Jatah Bang Agus
47 Kecelakaan
48 Motor Hilang (kualat)
49 Mantan Terindah
50 Bang Agus Cemburu
51 Hantu Kecil
52 Murka pada Yuni
53 Perang Lagi
54 Bertengkar
55 Ngibulin bang Agus
56 Di Rendahkan
57 Kembali Mengganggu
58 Di Hotel
59 Menagih Kembali
60 Air Cabe
61 Musuh Dalam Selimut
62 Di Salahkan
63 Minta Izin
64 Lakukanlah, Bang!
65 Kayu atau Besi
66 Berlanjut terus
67 Akhir Dari Bercerita
68 Pulang
69 Naya curiga
70 Hampir Saja Terbongkar
71 Pinjam Uang Lima Juta
72 Emosi Meledak
73 Mengadu Domba
74 Aksi Gilaku
75 Bang Agus atau Rendi?
76 Bersama Rendi
77 Berkeringat Lagi
78 Jalan-Jalan Malam
79 Kejadian Dikamar Sebelah
80 Keluar dari hotel
81 Sandal Siapa?
82 Kejadian Didalam Rumah
83 Jujur Pada Bang Darma
84 Tempat Pelampiasan Amarah
85 Bang Agus Curiga
86 Pesan Dari Tiga Lelaki
87 Pelayanan Bang Agus
88 Uang Dari Pak Kades
89 Tamu Tak Diundang
90 Kabur
91 Curhat
92 Minta uang
93 Bang Agus kecewa
94 Pertanyaan bikin pusing
95 Balas dendam bang Darma
96 Balas Dendam Berlanjut
97 Berdebat
98 Keselek makanan
99 Masih di hotel
100 Pulang ke rumah
101 Ceraikan Aku!
102 Rencana terbongkar
103 Filing
104 Mencurigakan
105 Bacaan dari Dina
106 Ada Apa Denganku?
107 Manusia atau Bunglon
108 Keringat pagi
109 Besar Pasak Dari Pada Tiang
110 Di rumah bang Agus
111 Menguping
112 Geram
113 Janjian
114 Bocah gendeng (Naya)
115 Dugaan
116 Ngerjain Rendi
117 Mau pulang atau nginap?
118 Jalan-jalan
119 Musuh Bebuyutan
120 Tanya Jawab
121 Cinta Pandangan Pertama
122 POV NAYA
123 Mengalah
124 Mimpi
125 Menjelaskan
126 Rendi Marah
127 Makan Diluar
128 Sama Sama Nginap
129 Tuduhan dari Naya
130 Gara-Gara Foto
131 Bertemu Pak Kades
132 Pelayanan yang Memuaskan
133 Memakai Kamar Pribadi
134 Darma dan Dina (Author)
135 Kawin Lari
136 Kekesalan Rendi
137 Janji
138 Kembali ke Rumah
139 Meminta Izin
140 Kerumah Naya
141 Tingkah Aneh Naya
142 Bujukan Bang Agus
143 Minta Upah
144 Rencana Dina dan Darma (Author)
145 Kabar Gembira Buat Yuni (Author)
146 Perang Mulut
147 Semua Karena Salahku
148 Khayalan Yuni (Author)
149 Pancingan Yuni
150 Dirumah Darma
151 Kelakuan Anak Dan Bapak
152 Emosi Ayu
153 Video
154 Kepergok Dina
155 Membalas Tanpa Menyentuh
156 Menginap Berdua
157 Berbohong (Author)
158 Jumpa Rival
159 Sama Siapa Dia?
160 Usulan Yuni
161 Sama Saja
162 Bertengkar
163 Jalan-Jalan ke Mall
164 Tumben
165 Merajuk
166 Sayang Gak Sama Aku?
167 Ketahuan Lagi
168 Kemarahan Dina
169 Membatalkan Rencana Pernikahan
170 Ancaman Bang Darma
171 Akhir Dari Perdebatan Panjang
172 Kebahagiaan Darma dan Yuni
173 Dilema
174 Melawan Belatung Nangka
175 Menolak
176 Kebohongan Darma
177 Persyaratan Gila Dari Dina
178 Visual
179 Ajakan Pak Kades
180 Memanggil Rendi
181 Orang Atau Kebo?
182 Pulang Kerumah Dina
183 Ulah Dina
184 Terpaksa Menyetujui
185 Kepo
186 Tendangan Super
187 Mimpi yang Nyata
188 Mencuri
189 Membagi Uang
190 Adu Kekuatan
191 Memelas
192 Keluar dengan si Botak
193 Biduran
194 Usulan Ayu
195 Tentang Dina
196 Kepedean Tingkat Tinggi
197 Kecemburuan Yuni
198 Telur dan Tempe
199 Sama-Sama Rakus
200 Kangen
201 Merajuk
202 Kemarahan Darma
203 Rasa Bosan Darma
204 Pasrah
205 Menemui Rendi
206 Sedikit Rasa Penyesalan
207 Tingkringan Bancet
208 Curiga
209 Rengekan Manja Bang Darma
210 Kembali Terjadi
211 Rencana Yang Gagal
212 Kebohongan Demi Kebohongan
213 Melawan Remahan Rempeyek
214 Mengusir Yuni
215 Membandingkan
216 Ganteng Kagak, Kere Iya
217 Nekat
218 Pertengkaran Ibu dan Anak
219 Anak Kandung Atau Anak Pungut?
220 Persiapan Darma
221 Ingin Tidur Bersama Kalian
222 Rencana Pindah
223 Ulah Anak Beranak
224 Aksi Nekat Pak Kades
225 Sawah Sepetak
226 Melayani Aki-Aki Genit
227 Masih Bersama Pak Kades
228 Godaan Yuni
229 Akibat Keceplosan
230 Gajah Bengkak
231 Gombalan Darma
232 Blokir Sementara
233 Kena Tendang
234 Emosi Ayu
235 Nenek Sihir
236 Sini, Lawan Aku!
237 Kabar Gembira Darma
238 Suasana Haru
239 Maafkan Aku Botak
240 Godaan Rudi
241 Akhir Dari Sebuah Petualangan
242 Pengumuman
Episodes

Updated 242 Episodes

1
Awal Mula Selingkuh
2
Sepulang Dari Hotel
3
POV Agus
4
Aksi Nekat di Ruang Tamu
5
Kembali Ditolak Bang Darma
6
Perkenalan AYU
7
Mantan Pacar Kembali Datang
8
Bersama Rendi Di Hotel
9
Berbalas Pesan
10
Olahraga Pagi
11
Kedatangan Rendi Ke Rumah
12
Bang Darma Minta Jatah
13
Gangguan Dari Pak Kades
14
Gangguan Silih Berganti
15
Emas untuk Yuni
16
Tingkah Bang Agus
17
Kemarahanku pada Yuni
18
Hufff, Hampir Saja
19
Ketahuan Tetangga
20
Mantan istri berulah
21
Karma Instan Buat Tetangga Kepo
22
Bang Darma vs Mantan Istri
23
Kepergok Rendi
24
Ancaman Rendi
25
Tidak di Perdulikan
26
Masih Tetap Acuh
27
Ketulusan Bang Agus
28
Nenek Pergi Selamanya
29
Cekcok
30
POV Darma
31
Melawan Yuni
32
Dua Lawan Satu (duo lalat ijo)
33
Tegas Pada Bang Darma
34
Ngerjain Pak Kades
35
Pinjam Motor
36
Uang Dari Bang Agus
37
Kabar Motor Bang Darma
38
Emosi Bang Darma
39
Tingkah Bang Agus
40
Kembali Cekcok
41
POV Yuni 1
42
POV Yuni 2
43
POV Yuni End
44
Kejujuran Yuni
45
Biar Kapok
46
Jatah Bang Agus
47
Kecelakaan
48
Motor Hilang (kualat)
49
Mantan Terindah
50
Bang Agus Cemburu
51
Hantu Kecil
52
Murka pada Yuni
53
Perang Lagi
54
Bertengkar
55
Ngibulin bang Agus
56
Di Rendahkan
57
Kembali Mengganggu
58
Di Hotel
59
Menagih Kembali
60
Air Cabe
61
Musuh Dalam Selimut
62
Di Salahkan
63
Minta Izin
64
Lakukanlah, Bang!
65
Kayu atau Besi
66
Berlanjut terus
67
Akhir Dari Bercerita
68
Pulang
69
Naya curiga
70
Hampir Saja Terbongkar
71
Pinjam Uang Lima Juta
72
Emosi Meledak
73
Mengadu Domba
74
Aksi Gilaku
75
Bang Agus atau Rendi?
76
Bersama Rendi
77
Berkeringat Lagi
78
Jalan-Jalan Malam
79
Kejadian Dikamar Sebelah
80
Keluar dari hotel
81
Sandal Siapa?
82
Kejadian Didalam Rumah
83
Jujur Pada Bang Darma
84
Tempat Pelampiasan Amarah
85
Bang Agus Curiga
86
Pesan Dari Tiga Lelaki
87
Pelayanan Bang Agus
88
Uang Dari Pak Kades
89
Tamu Tak Diundang
90
Kabur
91
Curhat
92
Minta uang
93
Bang Agus kecewa
94
Pertanyaan bikin pusing
95
Balas dendam bang Darma
96
Balas Dendam Berlanjut
97
Berdebat
98
Keselek makanan
99
Masih di hotel
100
Pulang ke rumah
101
Ceraikan Aku!
102
Rencana terbongkar
103
Filing
104
Mencurigakan
105
Bacaan dari Dina
106
Ada Apa Denganku?
107
Manusia atau Bunglon
108
Keringat pagi
109
Besar Pasak Dari Pada Tiang
110
Di rumah bang Agus
111
Menguping
112
Geram
113
Janjian
114
Bocah gendeng (Naya)
115
Dugaan
116
Ngerjain Rendi
117
Mau pulang atau nginap?
118
Jalan-jalan
119
Musuh Bebuyutan
120
Tanya Jawab
121
Cinta Pandangan Pertama
122
POV NAYA
123
Mengalah
124
Mimpi
125
Menjelaskan
126
Rendi Marah
127
Makan Diluar
128
Sama Sama Nginap
129
Tuduhan dari Naya
130
Gara-Gara Foto
131
Bertemu Pak Kades
132
Pelayanan yang Memuaskan
133
Memakai Kamar Pribadi
134
Darma dan Dina (Author)
135
Kawin Lari
136
Kekesalan Rendi
137
Janji
138
Kembali ke Rumah
139
Meminta Izin
140
Kerumah Naya
141
Tingkah Aneh Naya
142
Bujukan Bang Agus
143
Minta Upah
144
Rencana Dina dan Darma (Author)
145
Kabar Gembira Buat Yuni (Author)
146
Perang Mulut
147
Semua Karena Salahku
148
Khayalan Yuni (Author)
149
Pancingan Yuni
150
Dirumah Darma
151
Kelakuan Anak Dan Bapak
152
Emosi Ayu
153
Video
154
Kepergok Dina
155
Membalas Tanpa Menyentuh
156
Menginap Berdua
157
Berbohong (Author)
158
Jumpa Rival
159
Sama Siapa Dia?
160
Usulan Yuni
161
Sama Saja
162
Bertengkar
163
Jalan-Jalan ke Mall
164
Tumben
165
Merajuk
166
Sayang Gak Sama Aku?
167
Ketahuan Lagi
168
Kemarahan Dina
169
Membatalkan Rencana Pernikahan
170
Ancaman Bang Darma
171
Akhir Dari Perdebatan Panjang
172
Kebahagiaan Darma dan Yuni
173
Dilema
174
Melawan Belatung Nangka
175
Menolak
176
Kebohongan Darma
177
Persyaratan Gila Dari Dina
178
Visual
179
Ajakan Pak Kades
180
Memanggil Rendi
181
Orang Atau Kebo?
182
Pulang Kerumah Dina
183
Ulah Dina
184
Terpaksa Menyetujui
185
Kepo
186
Tendangan Super
187
Mimpi yang Nyata
188
Mencuri
189
Membagi Uang
190
Adu Kekuatan
191
Memelas
192
Keluar dengan si Botak
193
Biduran
194
Usulan Ayu
195
Tentang Dina
196
Kepedean Tingkat Tinggi
197
Kecemburuan Yuni
198
Telur dan Tempe
199
Sama-Sama Rakus
200
Kangen
201
Merajuk
202
Kemarahan Darma
203
Rasa Bosan Darma
204
Pasrah
205
Menemui Rendi
206
Sedikit Rasa Penyesalan
207
Tingkringan Bancet
208
Curiga
209
Rengekan Manja Bang Darma
210
Kembali Terjadi
211
Rencana Yang Gagal
212
Kebohongan Demi Kebohongan
213
Melawan Remahan Rempeyek
214
Mengusir Yuni
215
Membandingkan
216
Ganteng Kagak, Kere Iya
217
Nekat
218
Pertengkaran Ibu dan Anak
219
Anak Kandung Atau Anak Pungut?
220
Persiapan Darma
221
Ingin Tidur Bersama Kalian
222
Rencana Pindah
223
Ulah Anak Beranak
224
Aksi Nekat Pak Kades
225
Sawah Sepetak
226
Melayani Aki-Aki Genit
227
Masih Bersama Pak Kades
228
Godaan Yuni
229
Akibat Keceplosan
230
Gajah Bengkak
231
Gombalan Darma
232
Blokir Sementara
233
Kena Tendang
234
Emosi Ayu
235
Nenek Sihir
236
Sini, Lawan Aku!
237
Kabar Gembira Darma
238
Suasana Haru
239
Maafkan Aku Botak
240
Godaan Rudi
241
Akhir Dari Sebuah Petualangan
242
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!