Setelah kepergian pak kades yang tidak waras itu, aku segera berlari kecil ke kamar untuk mengambil ponsel yang terletak di atas meja. Kemudian aku langsung menyalakan nya dan melakukan panggilan kepada bang Agus.
"Halo assalamualaikum, bang." salam ku.
"Wa'laikum salam, ada apa, say?" tanya bang Agus.
"Abang lagi sibuk gak?" tanya ku.
"Gak, say. Abang lagi break nih emang nya kenapa?" tanya bang Agus lagi.
"Abang ada ngomong apa sama pak kades tentang hubungan kita?" tanya ku.
"Ohh itu, emang nya kenapa sih, say?" tanya bang Agus penasaran.
"Jawab dulu pertanyaan ku, botaaak!" jawab ku kesal.
"Oke...Oke abang jawab. Tapi jangan marah-marah gitu lah, say!" balas bang Agus.
"Gak usah bertele-tele lagi, cepat katakan! Abang ada ngomong apa sama pak kades yang gila itu?" tanya ku lagi.
"Tenang dulu lah, say! Sebenarnya ada masalah apa sih, kok tiba-tiba marah gitu?" tanya bang Agus.
"Trus bilangin pak kades gila pulak, emang dia udah berbuat apa? Dia gak berbuat yang aneh-aneh dengan mu kan, say?" lanjut bang Agus.
"Teman kamu yang gila itu tadi datang ke rumah ku, trus dia godain aku!" jawab ku.
"Dia juga ngajakin aku selingkuh. Dia mengancam ku akan membongkar hubungan kita pada bang Darma, kalau aku gak mau di ajak keluar sama dia." lanjut ku.
"Apa kau puas mendengar jawaban ku, BANG!"
Aku memekik dengan nafas yang ngos-ngosan, akibat menahan emosi yang sudah naik sampai ke ubun-ubun.
"APA! Berani kali dia berbuat seperti itu sama mu, say. Kurang ajar betul dia tu udah berani gangguin wanita ku!" pekik bang Agus.
Bang Agus langsung terkejut saat mendengar penuturan ku barusan. Dia sama sekali tidak menyangka akan terjadi seperti ini.
"Maka nya itu muncung(mulut) jangan terlalu ember! Urusan pribadi jangan di omongin ke orang-orang!" omel ku.
"Aku jadi malu dan gak tenang kalo sampe semua nya terbongkar!" ujar ku masih dengan nada emosi tingkat dewa.
"Iya maaf ya, say. Abang bener-bener gak nyangka kalau bakalan kayak gini jadi nya. Dia itu kan sahabat abang sedari kecil, say." jelas bang Agus.
"Kami udah saling percaya satu sama lain. Maka nya abang berani curhat sama dia tentang hubungan kita." lanjut nya.
"Dia malah mendukung abang untuk cepat-cepat mendapatkan mu, say." terang bang Agus.
"Tapi kok malah dia pulak yang ingin merebut mu dan mengganggu mu, itu lah yang membuat abang gak habis pikir sama dia." tambah nya lagi.
"Maka nya jangan sembarangan ngomong sama orang lain, bisa fatal akibatnya tau gak?" balas ku.
"Iya maaf, say! Abang jadi nyesel pernah curhat sama dia." balas bang Agus.
"Abang janji gak bakalan ngulangin itu lagi, say. Jangan marah lagi ya, sayang ku!" balas bang Agus.
"Oke, sekali ni aku maafin. Tapi tolong bilang sama sahabat karib abang itu, jangan pernah gangguin aku lagi, jangan pernah ngancam-ngancam aku lagi. Ngerti kan, BOTAK!" bentak ku.
"Iya, say. Nanti abang akan tegur dia karena udah berani lancang gangguin kekasih ku!" balas bang Agus.
"Oke lah kalau gitu." balas ku.
Aku langsung menutup panggilan secara sepihak. Kesal, emosi, geram, jengkel, semua nya campur aduk jadi satu.
"Yang tidak-tidak aja pun tingkah botak satu ini. Urusan pribadi pun di omongin ke orang lain. Hadeh, pusing kepala jadi nya." batin ku geram.
Berhubung bang darma lembur sampai malam, aku pun bisa sedikit berleha-leha seharian tanpa harus melayani makan nya.
"Tutup pintu kios dulu, ah. Siap tu bisa bersantai ria deh sampe sore." gumam ku melangkah ke luar kamar.
Setelah selesai menutup pintu kios, aku berbaring di ranjang sambil mengotak-atik ponsel. Aku mulai membuka media sosial yang berlogo biru tersebut.
Sedang asyik bermedia sosial, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar.
Tok tok tok...
"YA, BENTAR! Siapa sih, ganggu orang lagi santai aja." pekik ku.
Aku ngedumel sambil berjalan ke depan untuk membuka kan pintu. Setelah pintu terbuka lebar, aku langsung terpaku di tempat saat melihat seseorang yang berdiri tepat di hadapan ku saat ini.
"Hai, sayang. Apa kabar?"
Rendi melambaikan tangan nya pada ku. Ya, ternyata yang datang adalah si brokokok Rendi.
"Ini orang ngapain lagi sih datang-datang kesini."
Gerutu ku dalam hati, aku mengerutkan kening menatap wajah Rendi yang sedang cengengesan di depan ku.
"Mau apa lagi sih kesini? Kan aritu udah aku bilang aku gak bisa keluar dengan mu." oceh ku kesal.
"Gak bisa kenapa sih, dek? Sekali-kali aja pun masa gak bisa, bukan nya tiap hari kok." balas Rendi santai.
"Alasan nya apa coba bilang gak bisa terus?" ujar Rendi masih dengan mode ngeyel nya.
"Di sini ada cctv. Jadi aku gak bisa kemana-mana tanpa izin dari suami ku." jawab ku.
Aku sengaja berbohong pada agar Rendi agar dia tidak memaksakan kehendak nya lagi pada ku.
"Masa sih ada cctv disini?" balas Rendi tidak percaya.
Rendi langsung celingukan kesana sini mencari cctv yang aku bilang tadi.
"Iya serius, aku gak bohong. Maka nya aku gak berani keluar rumah tanpa minta izin dulu sama suami ku." balas ku sambil memasang wajah serius.
"Aku gak percaya mana mungkin di sini ada cctv. Yang aneh-aneh aja lah pulak alasan mu." ujar Rendi.
Dia masih tetap kekeuh tidak percaya dengan semua ucapan ku.
"Gak percaya ya sudah!" balas ku.
"Yang pasti nya, aku gak bisa keluar rumah kalau gak ada izin dari suamiku, titik. Gak pake koma dan gak ada tawar menawar lagi." balas ku tegas.
"Udah, balek sana! Aku mau istirahat dulu." usir ku pada Rendi.
"Gak mau, aku gak akan pergi. Aku akan tetap disini sampai suami mu pulang kerja." jawab Rendi.
"Biar aku sendiri yang akan meminta izin pada nya untuk membawa mu jalan-jalan." tambah nya lagi.
Rendi bersedekap melipat kedua tangan nya di atas perut dan berdiri di depan pintu.
"Gilak ni orang, nekat betul dia." gerutu ku.
Aku menatap wajah Rendi dengan kening yang mengkerut. Aku sangat kesal dengan sikap nya yang masih saja keras kepala.
"Gak usah bertingkah yang aneh-aneh lah, bang! Aku gak mau rumah tangga ku berantakan gara-gara ulah mu." balas ku.
Aku memperingatkan Rendi sambil berdiri di depan nya dan menyandarkan punggung ku di daun pintu.
"Aku ini istri orang, bukan janda yang bisa bebas kemana pun tanpa ada yang marah atau pun melarang." jelas ku.
"Aku gak bisa sembarangan pergi dengan lelaki lain tanpa izin dari suami ku, tolong mengerti lah!" pinta ku dengan wajah memelas.
Mendengar penuturan ku, Rendi pun menghela nafas panjang dan menatap ku dengan wajah kesal.
"Oke, sekali ni aku ngalah. Tapi aku gak janji akan berhenti untuk mengajak mu keluar, ingat itu!" ancam Rendi.
Rendi mulai melangkah kan kaki nya keluar dari pintu rumah ku. Kemudian dia masuk ke dalam mobil nya dan berlalu pergi, meninggalkan ku yang masih berdiri di depan pintu memandangi kepergian nya.
"Huh, akhirnya pergi juga dia." gumam ku lega.
Aku menutup pintu dan kembali berjalan ke dalam kamar. Aku menjatuh kan diri di atas ranjang dengan pandangan kosong menatap langit-langit kamar.
"Kenapa gangguan selalu saja datang pada ku? Apakah karena aku mengkhianati bang Darma?"
"Apakah karena aku yang memulai duluan, karena sudah berani bermain api di rumah tangga ku sendiri?" gumam ku pelan.
"Apakah karena aku yang tidak pernah merasa bersyukur, mendapatkan pendamping yang baik seperti bang Darma?" lanjut ku.
Ahh entah lah, aku juga bingung dengan hidup yang aku jalani saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 242 Episodes
Comments
Red Jasmine
mampir lagi nih kak
2023-03-08
1