Sampai di rumah, aku langsung masuk ke dalam kamar. Aku menghitung kembali sisa uang, yang ada di dompet kulit ku itu.
Setelah selesai menghitung, uang itu pun aku simpan di dalam laci kecil lemari pakaian. Lalu, duduk di sisi ranjang sambil menyalakan ponsel ku.
"Lagi ngapain, say? Suami mu udah pulang blom, say? Besok kita keluar yok say! Bisa gak, say?"
Pesan beruntun dari bang Agus pun, sudah masuk dari tadi, memenuhi kotak masuk di ponsel ku.
Setelah membaca semua pesan masuk dari bang Agus, aku langsung membalas nya satu persatu.
"Baru pulang dari toko, bang. Udah bang, suami ku udah pulang. Gak janji, bang. Besok bisa atau tidak, aku gak bisa kasi jawaban sekarang."
Selesai mengirim semua pesan tersebut, bang Agus pun langsung membalas nya.
"Usahakan bisa lah, say! Kangen nih."
"Kalo kangen, kesini aja, bang! Gak jauh kok. Cuma lima langkah aja, udah nyampe."
"Gak nyaman kalo di rumah mu, say. Kita keluar aja, ya!" balas bang Agus.
"Emang nya mau ngapain, sih? Kok pake acara gak nyaman segala?"
"Mau menghangat kan mu lah, say!" balas bang Agus.
"Gak usah repot repot, bang. Aku udah hangat kok. Bahkan, aku sampe keringatan saking hangat nya, hihihi." balas ku.
Aku geli sendiri membaca pesan, yang aku kirim kan kepada bang Agus.
"Kok gitu sih ngomong nya, say. Emang nya, tadi suami mu minta jatah, ya? Aku cemburu loh, say!"
"What? Ngapain pulak dia cemburu segala, bang Darma kan suami ku. Dan sebagai istri, aku wajib untuk melayani nya."
Aku membatin, setelah membaca pesan balasan dari bang Agus. Aku pun kembali membalas pesan bang Agus tersebut.
"Gak boleh cemburu gitu lah, botak! Bang Darma itu kan suami ku, dan aku berkewajiban untuk melayani nya, siang dan malam."
"Iya, say. Aku tau, tapi tetap aja aku cemburu. Aku gak rela tubuh mu di sentuh, oleh suami mu itu."
Sedang asyik berbalas pesan, dengan bang Agus. Tiba tiba, bang Darma masuk ke dalam kamar. Dia berbaring di belakang ku, sambil memainkan ponsel nya.
Bang Darma sama sekali tidak pernah curiga, dengan kegiatan ku yang selalu sibuk memegang ponsel.
Setelah di rasa aman, aku kembali membalas pesan dari bang Agus. Aku melirik ke arah bang Darma, yang masih asik menonton video kocak, dari ponsel nya.
"Ya, gak bisa gitu juga lah, bang. Biar bagaimana pun juga, dia itu suamiku. Berdosa loh, jika aku menolak untuk melayani nya di ranjang." balas ku.
"Kalo suami mu minta jatah, video kan ya, say. Aku mau lihat, permainan kalian berdua di ranjang!" pinta bang Agus.
"Gilak, gak mau lah. Itu kan pribadi kami. Kalo sampe video ku dan bang Darma, tersebar kemana-mana. Apa gak malu nya setengah mati, nanti kami jadi nya? Gak usah yang aneh-aneh lah, bang!"
"Lama-lama, bikin emosi juga nih tuyul." batin ku.
"Ya udah gak papa, kalo memang gak mau. Jangan marah lah, say! Kan aku cuma minta. Kalo gak mau ya gak papa, aku gak maksa kok."
"Jangan terlalu mencampuri urusan pribadi ku, bang. Jangan terlalu jauh, masuk ke dalam kehidupan ku. Aku itu istri orang, abang harus sadar diri. Bermain api dengan istri orang itu, ada batasan nya!"
"Kalo gak ada batasan nya, kita bisa terbakar nanti nya.Ingat itu, bang!" oceh ku kembali.
"Iya, say aku paham. Maaf ya, jangan marah lah! Aku janji, gak akan minta yang macam macam lagi dengan mu, say"
"Oke, sekali ni aku maaf kan. Tapi, kalo abang minta yang aneh aneh lagi, sebaik nya, kita akhiri aja hubungan ini!"
"Jangan lah, say! Aku udah terlanjur jauh mencintai mu, say. Aku gak mau kehilangan mu."
"Oke oke, aku janji gak akan minta yang aneh aneh lagi. Aku akan sabar menunggu janda mu, say!"
Hah, aku menghela nafas panjang, membaca pesan dari bang Agus ini.
"Ngeyel juga ternyata, si botak tuyul ini." ucap ku dalam hati.
"Terserah abang aja! Aku tidak melarang, dan juga tidak meminta. Masih banyak di luar sana, wanita yang lebih segalanya dari pada aku."
"Ngapain, abang repot repot menunggu janda ku, yang entah kapan terjadi nya!" balas ku lagi.
"Iya sih, say. Memang banyak wanita di luar sana."
"Tapi, aku sudah terlanjur jatuh cinta pada mu, say. Aku sudah lama, memendam perasaan ini pada mu. Aku tidak bisa berpaling lagi dari mu, say." balas bang Agus.
"Tapi, aku ini istri orang, bang. Aku sangat berdosa pada suami ku, karena tega mengkhianati nya."
"Ya, habis mau gimana lagi, say? Kita sudah terlanjur, menjalin cinta terlarang ini. Gak semudah itu, untuk mengakhiri nya." jelas bang Agus.
"Mungkin bagi mu mudah, untuk melupakan ku, say. Tapi bagi ku, gak semudah yang kamu bayang kan, say." balas bang Agus.
"Ya udah, terserah abang aja! Yang pasti nya, jangan sampe melewati batas. Kita jalani aja apa ada nya. Biar kan hubungan ini mengalir, sebagai mana mestinya!"
"Dan jangan memaksakan kehendak, bila aku sudah menolak nya. Ingat itu!" ancam ku pada nya.
"Oke, makasih ya, say. Masih memberikan aku kesempatan, untuk mencintai dan memiliki mu."
"Ya, walaupun hanya sebatas sebagai selingkuhan aja. Tapi, aku sudah sangat bahagia kok." balas bang Agus.
"Syukur lah, kalo abang bisa ngerti keadaan ku. Soal bang Darma minta jatah atau enggak, itu tidak usah abang pikir kan!" balas ku.
"Anggap saja, aku ini janda yang tinggal sendirian. Jadi, tidak usah berpikir yang macam macam!" balas ku.
"Ya, gak bisa lah, say. Kalo udah malam tiba, aku gak pernah bisa tenang, say. Aku tu selalu bayangin suami mu, yang sedang mencumbui tubuh mu, say."
"Aku selalu membayangkan, kalian berdua bermain di ranjang." balas bang Agus lagi.
"Ya, maka nya jangan di bayangin lah, botak! Ngapain juga repot repot, untuk bayangin yang begituan. Gak ada guna nya, malah bikin abang tambah sakit hati aja, nanti nya." balas ku.
"Iya sih, bener yang say bilang tu. Kalo aku lagi bayangin itu, aku pasti langsung emosi." balas bang Agus.
"Nah, tu tau. Jadi, ngapain di bayangin lagi? Kan tadi udah aku bilang, anggap aja aku itu janda yang tinggal sendirian. Jadi, gak perlu berpikiran yang aneh aneh lagi!"
"Iya, say. Aku akan mencoba nya.Jadi gimana, say? Tentang pertanyaan ku, yang pertama tadi?" tanya bang Agus.
"Pertanyaan yang mana, bang?" tanya ku bingung.
"Jangan pura pura lupa lah, say!"
"Pertanyaan yang mana? Aku memang gak ingat, bukan pura pura lupa."
"Oh, kirain pura pura lupa. Pertanyaan ku yang, bisa gak besok kita keluar?"
"Gak tau, bang. Lihat situasi besok lah! Kalo memang situasi nya aman, aku kabari."
"Kasi kepastian lah, say. Biar aku tenang tidur malam ini!" desak bang Agus.
"Gak usah ngeyel, botak tuyul. Lihat situasi besok lah. Aku gak bisa janji in apa pun sekarang, titik. Jangan tawar menawar lagi!" balas ku kesal.
"Ya udah deh, mau gimana lagi. Begini lah nasib, berhubungan dengan istri orang. Harus banyak bersabar dan mengalah."
"Udah tau gitu pun, masih aja mau sama istri orang. Mendingan, cari janda atau gadis sono!" balas ku sewot.
"Dari pada sama istri orang. Udah lah resiko nya berat, ketemuan pun harus ngumpet ngumpet, udah kayak maling ayam."
"Hahahaha, maling ayam pula, say. Yang benar itu maling istri orang, bukan maling ayam. Ingat itu, hahaha!"
"Ketawa pulak, botak tuyul ini." batin ku
"Oke lah kalo gitu, aku mau melayani bang Darma makan dulu ya, bang. Besok, kita sambung lagi ngerumpi nya. Oke, bye."
"Oke, say. Jangan lupa kasi kabar ya, besok!"
"Ya." alas ku singkat, sebagai penutup percakapan dengan bang Agus.
Jam dinding pun sudah menunjukkan pukul delapan malam, aku mengajak bang Darma untuk makan malam.
"Bang, gak lapar ya? Dari tadi, kok gak ada ngajak makan?" tanya ku sambil meletakkan ponsel ke atas meja, di samping ranjang.
"Belom lapar kali sih, dek. Tapi kalo tambah malam, takut nya jadi malas pula makan nya."
Balas bang Darma, yang masih setia dengan ponsel nya.
"Ya udah kalo gitu, kita makan sekarang aja, yok! Ngapain nunggu nanti nanti lagi." ajak ku.
Aku segera beranjak dari ranjang, menuju ke arah dapur.
Aku bergegas menghidangkan makan malam, di meja ruang tamu. Berhubung kami tidak punya meja makan, jadi kalau mau makan ya, di meja ruang tamu tempat nya.
Setelah semua makanan terhidang di meja, bang Darma pun keluar dari kamar, dan duduk di atas sofa depan meja.
Sedang kan aku, duduk melantai di bawah. Dengan posisi, piring makan ku tetap di atas meja. Cuma duduk nya saja, yang melantai di bawah.
Aku dan bang Darma makan dengan santai. Tak lama berselang, acara makan malam kami pun selesai. Aku segera membereskan, dan membersihkan meja tersebut.
Aku mencuci piring, dan memberi makan semua ternak, seperti kucing ada empat ekor. Dan ada ikan hias, di aquarium. Bukan cuma itu aja, saking baik nya diriku. Sampai-sampai, tikus yang ada di rumah pun, aku beri makan juga.
Setelah semua nya beres, aku kembali ke kamar dan duduk di sisi ranjang. Kalau bang Darma, jangan di tanya lagi. Dia sudah molor sejak tadi, hanya tinggal suara ngorok nya saja yang kedengaran.
Kalau orang nya, sudah jauh melanglang buana di alam mimpi. Setelah selesai makan dan merokok sebatang, dia pasti langsung tidur.
"Mungkin, dia kecapekan kerja."
Aku membatin, menatap wajah nya yang nampak polos sewaktu tidur.
"Maaf kan aku, bang! Aku sudah tega mengkhianati mu. Aku memang wanita jahat, yang sanggup menduakan mu. Padahal, kau lelaki yang sangat baik." batin ku.
"Sungguh, aku sangat menyesal telah menyakiti hati mu, bang."
Ucap ku dalam hati, sambil terus memandangi wajah bang Darma. Yang sedang tertidur nyenyak, dan damai tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 242 Episodes
Comments