Setelah tidur selama kurang lebih satu jam, aku pun terbangun dan melirik ke arah jam dinding.
"Waduh, udah jam empat ternyata, hoamm," gumam ku.
Aku menguap lebar dan menggeliat kan badan untuk merenggang kan otot-otot yang kaku.
Dengan nyawa yang belum terkumpul semua, alias masih ngantuk dan kunang-kunang. Aku beranjak dari ranjang dan berjalan dengan langkah gontai menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
"Nanggung banget tidur nya, hoam."
Aku kembali bergumam sambil terus menguap di sepanjang jalan menuju kamar mandi. Selesai membersihkan diri dan memakai pakaian, aku pun segera melaksanakan shalat ashar.
Setelah itu, aku melanjutkan tugas sehari-hari seperti, menyapu luar dan dalam kemudian menyiram tanaman. Selanjutnya, aku membuat cemilan pisang goreng dan menyeduh teh manis untuk teman cemilan nya.
Berhubung bang Darma lembur dan pulang malam, jadi aku bisa sedikit bersantai dan berleha-leha. Tidak perlu memasak lagi untuk makan malam.
Setelah semua pekerjaan selesai, aku duduk di sofa ruang tamu sambil memakan goreng pisang yang aku buat tadi. Sedang asyik memakan gorengan, tiba tiba ponsel ku berdering.
"Siapa lagi sih, ganggu orang lagi nyantai aja."
Aku menggerutu kesal dan segera meraih ponsel yang terletak di atas meja.
"Si botak tuyul ini ngapain sih telpan telpon aku terus? Kayak gak ada kerjaan lain aja nih orang."
Aku ngedumel sendiri setelah melihat nama BOTAK TUYUL, yang tertera di panggilan ponsel.
"Ya halo, ada apa lagi sih, bang?" tanya ku ketus.
"Kok gitu sih nanya nya, say?" tanya bang Agus bingung dengan ucapan ku barusan.
"Trus, aku harus ngomong apa?" balas ku masih dengan nada ketus.
"Lagi ngapain, sayang? Udah makan belom cinta? Apa aku harus ngomong gitu ya?" lanjut ku mulai kesal.
"Naaah, itu baru enak dengar nya, hahahaha," balas bang Agus sembari tertawa terbahak-bahak.
"Iya lah," jawab ku pasrah.
"Suami mu pulang kerja jam berapa, say?" tanya bang Agus.
"Emang nya kenapa, kok nanya itu pulak?" tanya ku balik.
"Aku mau peluk bentar, say. Kangen tauuu!" jawab bang Agus.
"Kalo mau peluk ya datang aja lah. Cuma lima langkah aja kok kesini. Ngapain pake acara lapor segala?" balas ku.
"Jangan marah-marah gitu lah, sayang ku. Ntar cepat keriput loh," ledek bang Agus.
"Biarin, week." Aku menjulurkan lidah seolah-olah bang Agus ada di depan ku saat ini.
"Iiiiihhh, malah ngeledek pulak dia. Awas aja ya, aku gigit nanti lidah nya tu!" ancam bang Agus.
"Waduh, kabooorr!" balas ku.
Aku langsung menutup panggilan dari bang Agus. Tak lama kemudian, ia pun sudah muncul di depan pintu dan masuk ke dalam rumah. Dia mendekap erat tubuhku, sambil mencium bibir ku dengan rakus dan brutal.
"Bang, jangan gitu, iiiiihh! Nanti ketahuan orang loh," rengek ku.
Aku berusaha sekuat tenaga untuk menolak serangan dari nya.
"Gak ada yang bakalan lihat, say. Aku udah pantau situasi nya tadi sebelum datang kesini," jawab bang Agus sambil terus menciumi leher dan bibir ku.
"Di luar sepi kok, jangan khawatir ya!" tambah bang Agus lagi.
Aku hanya mengangguk sebagai jawaban. Setelah melihat anggukan ku, bang Agus pun kembali melancarkan aksinya. Aku yang sudah mulai bergairah pun mulai membalas aksi nya, selingkuhan lima langkah ku itu.
"Say, aku boleh minta jatah sekarang gak?"
Bang Agus bertanya dengan mata sayu, dan wajah yang sudah di selimuti oleh gairah nya sendiri.
Aku kembali mengangguk menyetujui permintaan nya tersebut. Setelah mendapatkan persetujuan ku, bang Agus pun langsung melancarkan aksinya kembali.
Dan pada akhirnya, terjadi lah olahraga panas itu bersama bang Agus di ruang tamu. Ia mencumbui ku dari atas sampai bawah dengan lihai dan ganas.
Selesai dengan cumbuan nya, ia pun mulai mengarah kan tongkat ajaib nya ke depan milik ku. Setelah di rasa sudah tepat sasaran, ia pun menghentak-hentakkan nya dengan kuat, hingga tongkat itu masuk dengan sempurna ke dalam milik ku.
Setelah itu, ia pun mulai melakukan gerakan-gerakan liar nya dengan lincah dan gesit.
Sedangkan aku, aku hanya menikmati kegiatan nya dengan memejamkan mata dan mengeluarkan desah*n-desah*n nikmat dari bibir ku.
Setelah melakukan kegiatan nya selama hampir satu jam, bang Agus pun menyudahi aksinya dan menyemburkan lahar panas nya ke dalam milik ku. Setelah permainan selesai, bang Agus pun memeluk tubuh ku dan berbisik...
"Makasih ya, sayang," ucap bang Agus.
Bang Agus mengecup kening ku, dan membelai rambut panjang ku dengan lembut dan mesra.
Setelah merapikan pakaian masing masing, aku menyuruh bang Agus untuk pulang, karena aku takut ketahuan oleh bang Darma suami ku.
"Udah, pulang sana! Takut nya keburu suamiku pulang nanti," usir ku.
Aku meminta nya untuk segera pulang ke rumah nya. Aku mendorong pelan badan nya untuk menjauh dari tempat ku berdiri.
"Oke, aku pulang ya, say," balas bang Agus.
Dia mengecup kilat bibir ku, dan langsung berlari kecil keluar dari rumah ku.
"Udah kayak maling aja tu orang. Dasar, botak tuyul gak ada akhlak," umpat ku dalam hati saat melihat tingkah aneh nan lucu bang Agus.
"Iya, botak," jawab ku sembari tersenyum menatap kepergian nya.
Setelah bang Agus pergi, aku pun mulai berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
"Gara-gara si botak tuyul aku jadi harus mandi lagi, padahal belom ada satu jam yang lalu aku mandi. Eehh, sekarang harus mandi lagi jadi nya," omel ku.
Aku kembali menggerutu karena ulah bang Agus. Dengan terpaksa, aku harus membersihkan diri kembali sambil ngedumel sendiri di kamar mandi.
Selesai mandi dan berpakaian, ponsel yang berada di atas meja pun kembali berdering. Aku langsung menerima panggilan itu, tanpa melihat nama yang tertera di layar ponsel.
"Ada apa lagi sih, botak?" tanya ku sedikit kesal.
"HAH, Botak siapa, dek?" tanya bang Darma sedikit terkejut.
Bang Darma langsung bertanya pada ku. Dia heran sekaligus bingung mendengar ucapan ku barusan.
"Waduh, aku keceplosan pula gimana ini? Apa yang harus aku jelaskan pada bang Darma?" batin ku panik dengan mata terbelalak.
Aku kebingungan sendiri dan langsung reflek menutup mulut.
"Oh, itu anu bukan siapa-siapa kok, bang. Aku cuma salah sebut aja kok barusan," balas ku gugup.
"Ohh, kirain siapa?" jawab bang Darma lega.
Bang Darma tampak santai menjawab nya, tanpa menaruh curiga sedikit pun dengan ucapan ku tadi.
"Abang ada perlu apa nelpon aku?" tanya ku.
Aku langsung mengganti topik pembicaraan, agar bang Darma tidak mencurigai ku lagi.
"Kalau tukang air datang, bayar kan aja dulu pakai uang adek ya. Nanti abang ganti kalau udah pulang kerja," titah bang Darma.
"Tadi dia udah nelpon sama abang. Kata nya mau nagih uang air ke rumah, maka nya abang telpon adek," lanjut bang Darma.
"Oh, kirain ada apa. Ya udah, nanti kalau dia kesini aku bayar kan dulu," balas ku lega.
Aku menjawab sambil mengelus dada dan membuang nafas kasar.
"Huh, syukur lah dia tidak curiga karena kata-kata ku tadi," batin ku.
"Ya udah kalau gitu, abang mau kerja lagi ya, dek. Assalamualaikum," pamit bang Darma lalu menutup panggilan nya.
"Ya, wa'laikum salam," balas ku.
Setelah panggilan berakhir, aku kembali meletakkan ponsel ke atas meja.
"Alhamdulillah, bang Darma sama sekali tidak mencurigai ku. Kalau sampai dia curiga, bisa berabe urusan nya," gumam ku.
"Ini semua gara-gara ulah si botak semprul itu, aku ribet sendiri jadi nya. Aku terpaksa harus berbohong dan berbohong terus kepada bang Darma. Ya Allah, aku merasa sangat berdosa pada suami ku itu," lanjut ku.
"Untung saja bang Darma langsung percaya dengan penjelasan ku tadi. Dia tidak bertanya yang aneh-aneh lagi pada ku."
"Selamet... Selamet."
Gumam ku dalam hati sambil kembali mengelus dada.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 242 Episodes
Comments
Dila cantik 💗🌸
maaf kak baru mampir. Ceritanya seru nih, gairah istrinya terlalu tinggi sampe gak puas sama buaian suaminya wkwkwk. Salam dari Istri Simpanan Tuan Arga ya kak✨🤗😊
2023-02-19
1
AJ_86
Waaah ... ini namanya ghairah sang duda kesepian 😆😆😆 torpedonya udah lama g beroperasi 😂😂😂 ngakak aku tuh.
2023-02-17
1
Bagja
sama suami aja nih merasa berdosanya kak? wkwkwk
2023-01-15
1