Setelah tertidur sekitar satu jam, aku kembali membuka mata. Melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul setengah sebelas pagi.
"Hah, udah siang ternyata. Mana belom masak lagi." Aku tersentak kaget.
Aku bergegas beranjak dari ranjang, dan berjalan menuju dapur untuk memulai rutinitas sehari-hari. Yaitu, berperang dengan alat dapur.
Setelah kurang lebih satu jam berkutat di dapur, akhirnya makanan pun siap untuk di sajikan.
"Alhamdulillah, akhirnya selesai juga."
Aku menyimpan makanan tersebut ke dalam lemari, tempat penyimpanan makan.
Setelah semua makanan tersimpan rapi, aku segera mencuci semua alat dapur, yang di gunakan untuk memasak tadi.
Selesai mencuci, aku kembali duduk di ruang tamu, sambil menunggu bang Darma pulang untuk makan siang.
Tak lama kemudian, bang Darma pun pulang, dia memarkir kan motor nya di depan kios.
"Assalamualaikum," ucap bang Darma masuk ke dalam rumah.
"Wa'laikum salam."Balas ku mencium tangan nya.
"Mau langsung makan, atau mau shalat dulu, bang?" tanya ku.
"Langsung makan aja, dek!" jawab bang Darma sembari duduk bersila di atas lantai.
Setelah mendengar jawaban dari bang Darma, aku bergegas menghidangkan semua makanan yang aku masak tadi. Yaitu, sambal ayam dan tumis kacang panjang.
Setelah semua nya terhidang, kami berdua memulai acara makan bersama itu di atas lantai ruang tamu.
Selesai makan, bang Darma segera membersihkan diri ke kamar mandi. Lalu, dia langsung melaksanakan shalat zhuhur di dalam kamar. Setelah selesai shalat, dia segera memakai pakaian kerja nya dan pamit untuk kembali bekerja.
"Abang kerja lagi ya, dek!" pamit bang Darma pada ku.
"Iya, bang hati-hati, ya." Balas ku sambil mencium kedua pipi nya.
Selesai berpamitan, bang Darma segera melangkah keluar rumah. Dia kembali mengendarai motor nya, dan berlalu pergi.
Tak lama berselang, sebuah mobil putih berhenti tepat di depan kios ku.
"Rendi." Gumam ku setelah melihat mobil tersebut.
"Mau apa lagi dia kesini?" aku berjalan ke dalam kios.
Rendi keluar dari kendaraan nya, dan berjalan masuk ke dalam kios sambil tersenyum menatap ku.
"Apa kabar, dek?" sapa Rendi setelah sampai tepat di hadapan ku.
"Alhamdulillah sehat, bang. Ada perlu apa kesini?" tanya ku tanpa basa basi.
"Kok masih nanya sih, dek! ya udah pasti untuk menemui mu lah, sayang. Kan gak mungkin, aku kesini untuk menemui suami mu."
"Iya tau, tapi ada perlu apa abang jumpai aku, itu maksud ku?" jelas ku pada nya.
"Aku kangen sama mu, dek. Maka nya aku nekat datang kesini. Suami mu ada di rumah gak, dek?" tanya Rendi sambil celingukan ke arah pintu rumah ku.
"Gak ada, suami ku udah pergi kerja lagi. Tadi dia pulang sebentar aja untuk makan siang."
"Ohh, jalan yok, dek. Kemana gitu!" ajak Rendi.
"Gak bisa, bang. Gak lihat apa, kalo aku lagi jualan?"
"Ya, kan bisa di tutup dulu jualan nya, dek. Nanti di buka lagi, setelah pulang dari jalan jalan!" ujar nya agak memaksa.
"Gak ah, banyak mata disini. Bahaya,
aku takut nanti ada tetangga yang ngadu sama suami ku, kalo aku pergi sama abang."
Tutur ku menolak halus ajakan nya itu.
"Gak akan ada yang lihat, dek. Suasana nya sepi gitu kok."
Rendi menunjuk ke arah luar kios ku.
"Maaf, bang. Aku tetap gak bisa. Lain kali aja!" balas ku tetap kekeuh.
"Ayo lah,dek sebentar aja!" paksa Rendi dengan wajah memelas.
"Aku tetap gak bisa, bang maaf." Tolak ku tegas.
"Oke lah kalo gitu, lain kali aku kesini lagi. Dan kamu, harus mau aku ajak jalan ya, dek!" ujar nya masih tetap ngotot.
"Gak janji, udah balek sana! Takut nya ada yang lihat, kan jadi gak enak.
Nanti di kira orang ada apa-apa pulak!"
ucap ku menyuruh Rendi pergi.
"Oke, aku balek dulu ya, dek."
Rendi mengecup kilat bibir ku, dan langsung kabur masuk ke dalam mobil nya.
"Dasar, genit." Gumam ku dalam hati.
Setelah kepergian Rendi, ponsel ku berdering nyaring tanda panggilan masuk. Aku segera merogoh saku celana untuk mengambil ponsel tersebut.
"Bang Agus, ada apa ya kira-kira?"
gumam ku setelah melihat layar ponsel yang ada di tangan ku.
"Halo, bang ada apa?" tanya ku langsung to do point.
"Itu tadi siapa, yang naik mobil putih di depan kios mu, say?"
"Tau aja nih botak, apa dia punya cctv ya di sekitar sini?" aku celingukan ke sana kemari.
"Oh kirain apa an, itu kawan lama aku bang. Dia cuma singgah aja sebentar."
Bohong ku pada bang Agus.
"Kawan dari mana?" tanya nya penasaran.
"Kawan waktu masih kerja malam dulu, bang. Emang nya kenapa sih kok cerewet kali?" tanya ku mulai sewot.
"Ya gak papa, say. Pengen tau aja. Dia duda atau udah punya istri?"
"Duda, bang. Punya anak satu. Tapi, anak nya ikut sama mantan istri nya, pulang kampung."
"Ohh, udah berapa lama kalian kenal?"
bang Agus terus bertanya tanpa henti.
Ini orang kenapa sih, interview segala. Udah kayak mau ngelamar kerja aja aku di buat nya. Gumam ku dalam hati dan mengerutkan kening.
"Udah lama, bang. Sekitar enam tahun yang lalu. Sewaktu aku masih kerja malam."
"Oh, trus itu tadi ngapain dia ke situ?"
Ya ampun, ini orang kesurupan setan apa sih? gerutu ku pelan, menjauh kan ponsel dari telinga ku.
"Gak ngapa ngapain, bang. Cuma sekedar main aja kok, gak lebih."
"Jangan macam macam ya, say. Aku gak rela kalo dirimu ada lelaki lain lagi, kecuali aku dan suami mu."
"Aku akan menghajar lelaki itu, kalo sampe ketahuan kalian berdua ada main di belakang ku. Ingat itu!" ancam bang Agus.
Aku langsung bergidik ngeri, mendengar penuturan bang Agus. Seperti nya, ucapan nya itu serius. Dia tidak pernah main main, dengan ucapan nya itu.
"Iya, bang. Aku bakalan ingat itu. Lagian, memang gak ada apa-apa kok di antara kami. Hanya sebatas kenalan waktu kerja dulu aja, gak lebih."
Aku menjelaskan pada bang Agus.
"Oh, ya udah kalo gitu, aku percaya kok dengan semua ucapan mu, say."
"Syukur lah, kalo abang percaya sama ku." Aku lega mendengar jawaban bang Agus.
"Udah dulu ya, bang. Ada pembeli datang nih. Nanti kita sambung lagi, ngobrol nya". Bohong ku lagi.
"Oke, say. Jaga diri baik baik ya di rumah, assalamualaikum." Bang Agus menutup panggilan tersebut.
"Iya bang wa'laikum salam."
"Huf akhirnya, selesai juga interogasi nya. Udah kayak penjahat aja aku, di tanyain ini itu hadeh."
Aku melangkah masuk ke dalam kamar, dan merebahkan diri di atas ranjang.
"Tidur bentar ah, biar gak stres mikirin para lelaki gil*."
Aku memeluk guling, dan mulai memejamkan mata.Tak butuh waktu lama, akhirnya aku pun tertidur pulas.
Ribet juga ternyata punya banyak simpanan, harus ekstra hati-hati saat berucap. Takut keceplosan soal nya.
Jangan di tiru ya gaes. Cukup aku saja yang menjalani kehidupan seperti, kalian jangan.
*Sepandai pandainya menyimpan bangkai pasti akan tercium juga*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 242 Episodes
Comments