Waktu terus bergulir, tanpa terasa sore pun menjelang. Aku melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul setengah empat sore.
Sedang asyik berleha-leha di atas ranjang, tiba-tiba aku tersentak kaget karena mendengar suara dering ponsel yang cukup memekakkan telinga.
"Siapa sih, ganggu kesenangan orang aja? Gak tau apa, kalo aku lagi gak mau di ganggu?"
Sungut ku sambil memanjang kan tangan ke atas meja, untuk mengambil ponsel yang sedang memekik.
"Heleh, botak maneh. Ini si tuyul kalo gak ganggu aku satu hariii aja, mungkin bisa gatel-gatel badan nya," gerutu ku lagi.
"Halo, assalamualaikum," salam ku menerima panggilan sambil berbaring dan memeluk guling.
"Wa'laikum salam, lagi ngapain, say?" tanya bang Agus si botak tuyul ku.
"Lagi ngebayangin dirimu yang sedang ngepet cari uang," jawab ku asal.
"Loh, kok ngepet sih, say? Emang nya aku ini b***i ngepet apa? Ada-ada aja sayang ku ini lah, hahaha." Bang Agus mengoceh sembari tergelak.
"Bukan b***i ngepet, bang. Tapi tuyul yang lagi ngepet ke rumah-rumah orang buat nyolong duit. Kayak yang di tv-tv itu loh," jelas ku.
"Oooh, kirain hehehe," balas bang Agus.
Aku hanya tersenyum mendengar ocehan si botak tuyul ku itu.
"Besok kita keluar yok, say! Abang kangen banget ingin memeluk dirimu," ajak bang Agus.
"Ogah, masa tiap hari kangen. Masa tiap hari pengen peluk terus. Emang nya gak ada alasan yang lain gitu?" gerutu ku.
"Cari yang lebih keren dikit kenapa sih alasan nya. Masa itu-itu terus gombalan andalan nya, bosan aku dengar nya, tau gak?" omel ku.
"Ya memang itu kenyataan nya, say. Gak ada alasan lain lagi, cuma itu tok. Lagian aneh-aneh aja, mana ada alasan yang keren? Yang romantis sih ada bukan yang keren," tutur bang Agus.
"Ya ya ya, ngalah aja lah," balas ku pasrah.
"Naaaah gitu dong, ngalah sama yang lebih tua. Anak pintar, hahahaha!" gelak bang Agus.
Aku semakin kesal mendengar ledekan bang Agus yang tiada henti-hentinya mentertawai ku.
"Ketawa aja lah terus, nanti kemasukan tawon tu mulut, baru tau rasa!" umpat ku dengan nada ketus.
"Bah, jelek kali lah pulak doa mu itu, say!" ujar bang Agus.
"Biarin, week!" balas ku sambil menjulurkan lidah, seolah-olah bang Agus ada di depan ku saat ini.
"Waduh, ngeledek pulak dia. Awas aja nanti, abang gigit tu lidah sampe dower!" ancam bang Agus.
"Coba aja kalo bisa, hahaha. Udah ah, capek bercanda terus. Abang nelpon aku mau ngapain?" tanya ku mengalihkan topik pembicaraan.
"Ya mau ngajak dirimu keluar lah, say. Besok bisa kan?" tanya bang Agus.
Aku langsung terdiam sejenak. Setelah beberapa saat berpikir, aku pun kembali bersuara.
"Aku gak bisa janji, bang. Tengok sikon (situasi dan kondisi) besok lah ya!" jawab ku tidak bisa memberi kepastian pada nya.
"Oke, say. Kalo memang bisa, kabari aja ya. Soal nya besok abang of kerja," balas bang Agus.
"Iya, botak tuyul ku. Ya udah kalo gitu, aku mau mandi dulu ya, assalamualaikum," pamit ku sambil menutup panggilan.
"Wa'laikum salam, sayang ku," balas bang Agus.
Setelah menerima panggilan dari bang Agus, aku segera melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Kemudian lanjut melaksanakan kewajiban sebagai umat muslim yaitu shalat.
Selesai shalat, aku berjalan ke dapur untuk membuat bakwan sayur sebagai cemilan sore. Setelah selesai, aku meletakkan bakwan sayur itu di atas meja ruang tamu, bersama dengan dua gelas teh manis panas.
Beberapa menit kemudian, bang Darma pun pulang dan memarkir kan motor nya di depan teras rumah.
"Assalamualaikum," salam bang Darma sambil melangkah kan kaki masuk ke dalam rumah.
"Wa'laikum salam," balas ku lalu menghampiri nya, dan mencium punggung tangan nya.
Tanpa berkata apa pun lagi, bang Darma langsung melangkah ke kamar mandi. Selesai membersihkan diri nya, dia pun segera melaksanakan shalat ashar.
"Yuni udah ngambil uang bulanan nya, dek?" tanya bang Darma setelah selesai melipat sarung dan sajadah, yang di gunakan nya untuk shalat tadi.
"Udah, tadi habis aku marahi juga si Yuni." jawab ku sambil menyeruput teh.
Bang Darma langsung duduk di sofa setelah mendengar ucapan ku barusan. Dia memakan bakwan sayur yang sudah tersedia di atas meja.
"Di marahi kenapa?" tanya bang Darma sambil mengunyah makanan nya.
"Semua emas nya sudah di jual oleh mamak nya," jawab ku dan ikut mengambil bakwan lalu memakan nya.
"Tuh kan, apa abang bilang? Mereka memang gak bisa di percaya. Abang udah tau sifat mamak Yuni itu gimana?" balas bang Darma.
Aku hanya diam sambil terus memakan cemilan itu dengan santai.
"Kemaren kan udah abang bilangin gak usah di belikan. Tapi adek tetap aja ngeyel, tetap aja ngotot mau belikan. Akhirnya sekarang apa? Cuma bikin sakit aja kan?"
Omel bang Darma sambil terus mengunyah bakwan itu di mulut nya.
"Ya udah lah, mau gimana lagi? Semua nya sudah terlanjur terjadi, yang penting sekarang aku sudah tau sifat mereka. Buat pelajaran aja untuk ke depan nya," balas ku sambil menghela nafas berat.
"Sakit hati sih sebenarnya, tapi ya apa boleh buat. Semua nya sudah terjadi, dan waktu juga tidak bisa di putar kembali. Aku cukup tahu saja sifat kalian seperti itu," batin ku geram.
"Lain kali jangan belikan apa pun lagi untuk si Yuni, cukup kasi uang bulanan nya saja!" Tegas bang Darma, lalu meneguk teh manis yang sudah mulai dingin di depan nya.
"Iya, aku gak bakalan belikan apa pun lagi untuk dia," balas ku menyetujui usulan bang Darma.
Setelah mendengar jawaban ku, bang Darma pun langsung bangkit dari duduk nya. Dia berjalan masuk ke kamar dan merebahkan tubuh nya di atas ranjang. Ia memulai kegiatan wajib nya yaitu bermain ponsel.
Aku pun tidak mau kalah, aku juga ikut berbaring di samping nya sambil memainkan ponsel ku. Baru saja menyalakan ponsel, mata ku langsung melotot melihat pesan teks dari bang Agus.
"Sayang, i love you. Besok jadi ya kita ke hotel nya? Abang sudah kangen banget dengan mu, say."
Itu lah kata-kata yang di kirim kan bang Agus kepada ku melalui pesan teks.
"Ya ampun, untung saja aku duluan yang buka pesan ini. Kalo sampe bang Darma yang buka, bisa berabe urusan nya," batin ku sedikit cemas dan gelisah.
"Lagian ini botak kok nekat banget sih. Udah tau bang Darma lagi di rumah, seenak jidat nya aja ngirimin pesan kayak gini," gerutu ku kesal, sambil terus mengumpat bang Agus dalam hati.
"Jangan sembarangan kirim pesan kayak gitu lah, bang. Kalo sampe pesan ini di baca bang Darma, bisa gawat urusan nya."
Aku mengirimkan balasan pesan itu kepada bang Agus. Tak lama kemudian, balasan dari si botak pun muncul di layar ponsel ku.
"Iya maaf, say. Lain kali abang gak akan sembarangan lagi, maaf ya!" balas bang Agus.
"Oke, sekali ni aku maaf kan.Tapi kalo lain kali kayak gini lagi, aku bakalan blokir semua komunikasi kita, ingat itu!"
Ancam ku pada bang Agus, agar dia tidak sembarangan lagi mengirimkan pesan kepada ku.
"Jangan gitu lah, say. Iya, abang janji gak akan sembarangan lagi kok, sumpah!" balas bang Agus lagi.
"Oke, aku pegang omongan abang itu," balas ku.
"Iya, say. Ya udah deh, besok kabari aja ya bisa atau tidak bisa kita keluar," balas bang Agus.
"Iya, besok aku kabari. Udah dulu ya, ada bang Darma nih di samping ku. Aku takut nanti dia curiga pulak, assalamualaikum," balas ku menutup percakapan pesan dengan bang Agus.
"Oke say, wa'laikum salam," balas bang Agus.
"Hufff, hampir aja ketahuan. Untung aja bang Darma gak ngotak-ngatik ponsel ku, kalo sampe dia membaca pesan dari si botak tuyul ini, bisa hancur dunia persilatan," batin ku sambil menghela nafas lega.
Aku melirik bang Darma yang masih tampak asyik melihat video lucu dari ponsel nya. Dia memiringkan tubuh nya menghadap ke tembok memunggungi ku.
"Syukur lah dia tidak pernah mencurigai ku," batin ku sedikit tenang.
Setelah melihat bang Darma yang masih terlihat anteng, dan sama sekali tidak menaruh curiga sedikit pun pada ku, aku pun langsung memiringkan badan dan memeluk guling lalu memejamkan mata.
Tak butuh waktu lama, aku pun mulai terlelap dan tertidur dengan nyenyak. Begitu juga dengan bang Darma, dia meletakkan ponsel nya dan ikut menyusul ku ke alam mimpi.
Seperti biasa, posisi tidur kami itu ya saling memunggungi. Tak ada canda tawa, tak ada kemesraan, tak ada kecupan hangat sebelum tidur.
Semua nya berlalu tanpa ada nya keharmonisan. Bang Darma itu tahu nya cuma lurus-lurus saja, tidak tahu yang aneh-aneh, tidak pernah neko-neko, tidak pernah belok-belok.
Tahu nya cuma lurus saja seperti jalan tol. Seperti itu lah kira-kira sifat bang Darma saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 242 Episodes
Comments
Red Jasmine
semangat thor
2023-03-09
1