"Dia maling! Tolong!"
Sontak pria kekar yang baru keluar dari lift tadi langsung meringkusku.
"Tunggu Pak! Ini salah paham! Saya bukan maling! Saya memang tinggal di sini!!" Aku berusaha memberontak.
"Bohong! Jelas-jelas ini rumah saya!!" Pria berdasi itu tetap ngotot.
Keributan ini pun membuat pemilik apartemen yang lain pada keluar.
Aku pun hendak di bawa ke pos satpam yang ada di bawah.
"Bapak? Dari tadi tak tungguin, nggak pulang-pulang. Ternyata ada di sini toh!" ucap seorang wanita paruh baya yang baru keluar.
Ia menghampiri pria berdasi tadi dan langsung menggandeng lengan pria itu.
"Loh Bu, kita mau kemana? Rumah kita kan di sini!"
"Duhh ini pasti karena Bapak mabuk-mabukan lagi kan! Kan aku sudah bilang, habis kerja itu langsung pulang! Jangan mabuk-mabukan! Rumah kita nomor 206, ada di ujung sana!"
Aku langsung menoleh ke pintu apartemenku. Nomor 209.
Haah.. Jadi Bapak ini mabuk!
"Pak, denger kan. Dia mabuk dan mengira ini rumahnya! Bisa tolong lepasin?!" ucapku pada pria kekar yang sedang meringkusku.
Dia pun langsung melepaskan tanganku dan meminta maaf.
Haaah.. Ada-ada aja udah malam begini. Sabar Andri, ini baru hari pertama.
_________
Setelah seminggu lebih nggak masuk ke kantor, sepertinya tidak ada yang berubah.
"Pak Yos, saya minta laporan tentang kantor selama seminggu ini," ucapku pada Manager Yosua karena aku sudah tak lagi memiliki asisten.
Dia langsung menyerahkan beberapa berkas padaku.
"Kusuma Grup ingin kerja sama dengan perusahaan kita Pak," terang Pak Yosua.
"Perusahaan besar itu?"
"Iya Pak. Beberapa waktu yang lalu ada perwakilan dari kantornya datang kesini."
Bukankah Kusuma Grup adalah perusahaan yang sudah lama bekerja sama dengan kantor pusat Papa? Kenapa tiba-tiba perusahaan itu juga tertarik dengan kantor cabang Papa juga?
"Yasudah, tolong kamu atur pertemuan saya dengan CEO-nya," ucapku lagi pada Pak Yosua.
Ia hanya mengangguk dan setelah itu pamit dari ruanganku.
_________
Aku yang sudah terbiasa kerja dengan Romi, kini menjadi sepi karena kerja sendirian di ruanganku.
Papa memang mengijinkanku untuk mencari asisten baru. Tapi hanya boleh cewek. Katanya agar tak muncul gosip aneh lagi.
Karena itulah aku enggan mencari asisten baru lagi.
CEKLEK
Tiba-tiba pintu ruanganku terbuka tanpa diketuk dahulu.
"Papa? Ada apa Papa kesini?" tanyaku terkejut dengan kedatangannya.
"Memangnya salah mengunjungi putra sendiri? Lagi pula, ini juga masih perusahaanku juga kan?"
Aku hanya menghela nafas panjang tak ingin berdebat.
"Ini!" tiba-tiba Papa menaruh kunci mobil ke mejaku. Itu adalah kunci mobil yang biasa aku pakai dulu.
Aku mengernyit menatapnya.
"Tak usah Pa. Aku cukup nyaman dengan motor," jawabku menolak.
"Bawalah mobil ini pulang nanti! Atau aku akan mengantarnya ke apartemenmu?!"
Apa?! Jadi Papa tahu apartemenku?!
"Pa, bukankah Andri sudah bilang jangan pernah cari tempat tinggal Andri?!"
"Papa hanya nggak sengaja tahu Ndri, bukan sengaja," jawabannya enteng.
Aku tahu dia pura-pura. Dia pasti mengirim orang untuk membuntutiku.
Aku menghela nafas kasar mendengar jawaban Papa.
_________
Saat sampai di apartemen, langkahku dicegat oleh salah satu security.
Dia memberikanku sebuah kotak hitam berukuran sedang.
Saat kutanya apa ini, dia menjawab tidak tahu. Dan hanya berkata bahwa tadi ada orang yang mengirimkannya untukku.
Baru juga aku akan melangkah masuk lift, ada telfon masuk dari Papa.
[ Apa kotaknya sudah kamu terima? ] tanya Papa begitu telfon sudah tersambung.
Oh, jadi kotak ini dari Papa!
"Sudah," jawabku singkat.
[ Itu adalah foto-foto perempuan yang Papa jodohkan denganmu! Lihatlah! Dia cantik! ]
Aku mengernyit menatap kotak hitam di tanganku.
"Jangan pernah mengirim ini lagi ke Andri Pa. Andri tak akan pernah membukanya!"
Aku langsung membuang kotak itu ke tong sampah tanpa melihat isinya.
Setelah itu aku langsung mematikan sambungan telfon.
Dua hari setelah itu, Papa selalu mengirimiku kotak yang sama lagi. Dan mungkin isinya juga foto lagi. Aku tak pernah membukanya dan langsung membuangnya.
Tapi keesokan harinya Papa tetap mengirimkan kotak lagi. Berhari-hari dan berturut-turut.
"Kalau kamu tak ingin Papamu tahu tempat tinggalmu, sepertinya kamu harus tinggal di tempat yang Papamu tidak pernah mengira kamu akan tinggal di situ!" usul Romi.
Kami berada di sebuah warung pinggir jalan. Sengaja aku janjian di tempat seperti ini agar orang suruhan Papa tak mengetahui keberadaanku.
Dia tak akan mengira aku dan Romi ada di warung pinggir jalan.
"Seperti kos-kosan yang kemarin?"
"Iyaps. Seratus buat kamu!" seru Romi.
"Tapi aku nggak mau tinggal di situ Rom!"
"Kenapa? Kamu takut digagahi Bapak kosnya ya?" Romi tergeletak.
"Romi! Aku serius ini!"
"Iya,iya!" setelah menyeruput es tehnya, raut wajahnya berubah serius.
"Aku sudah mencari-cari kos-kosan yang bagus di sekitar sini. Dan aku sudah menemukan beberapa kos-kosan yang menurutku bagus, gimana kalau kita langsung ke sana untuk lihat-lihat?"
Aku langsung menyetujui ide Romi.
_________
Setelah bertemu dengan Ibu kos, kami langsung melihat kamar di kos-kosan itu.
Walaupun kamarnya tidak terlalu besar, tapi ini sangat bersih.
Meskipun kos-kosan ini kamarnya cuma ada 7 kamar. Tapi ini sangat bersih. Aku menyukainya.
Begitu pun dengan kamar mandi dan dapurnya. Sangat bersih.
Aku pun setuju dan mengambil kamar itu. Rencananya aku akan pindah hari ini juga.
Papa tidak akan mengira aku akan tinggal di kos-kosan yang masuk-masuk gang seperti ini.
Gegas aku kembali ke apartemen untuk mengambil barang-barangku.
Setelah memastikan bahwa tidak ada barang yang tertinggal, aku langsung turun ke parkiran.
Tapi langkahku tercegat begitu melihat orang yang tak asing berdiri di balik salah satu penyangga tembok yang ada di parkiran.
Itu orang suruhan Papa!
Aku urung membuka pintu mobil. Dan melipir ke parkiran khusus sepeda motor.
Aku mengeluarkan topi hitam dan juga masker untuk menutupi wajahku.
Tak luput juga Hoodie kupakai untuk menutupi kepalaku.
Setelah terasa aman, aku melajukan motorku keluar dari parkiran.
Di pos security, aku berhenti sebentar untuk menunggu dibukakan pintu.
Mataku terbelalak saat menoleh ke pos security. Di sana ada satu orang lagi suruhan Papa.
"Baik Bos! Kami selalu mengawasinya!" ucapnya yang sedang berbicara di telfon
Sepertinya dia berbicara dengan Papa.
"Tidak, seharian ini Tuan muda tidak keluar," lapornya lagi. "Iya, saya yakin. Karena mobilnya juga selalu ada di parkiran."
Aku tersenyum mendengarnya.
Kau pikir aku selalu bepergian menggunakan mobil?
Ngomong-ngomong ini securitynya kemana sih?! Apa aku buka sendiri gerbangnya?
Aku pun turun dari motor dan membuka gerbang. Tak lama, security datang tergopoh-gopoh membantuku membuka gerbang.
Aku mengangguk sebagai tanda terimakasih. Dan kembali naik ke motor.
"Apa?!"
Aku menoleh ke karena orang suruhan Papa berseru sedikit kencang.
"Sepeda motor?! Sa-saya tidak tahu. Maaf Bos, dari tadi saya hanya mengawasi mobil yang keluar. Saya tidak mengawasi sepeda motor!"
Aku tersenyum simpul melihatnya. Tapi tatapan matanya langsung mengarah tajam padaku.
Gawat! Sepertinya dia mengenaliku!!
"Joni!! Cepat kesini!! Tuan muda keluar!!" teriaknya tiba-tiba.
Aku langsung menancap gas dan melajukan motor sebelum mereka mengejarku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Seli Nursulastri
semangat andri
2022-09-25
1
Siska Agustin
Andri main kejar kejaran sama orang suruhan papanya..
2022-09-19
1