"ANDRI!! Sedang apa kalian?!!" teriak Papa.
"Nggak Pa, ini nggak seperti yang Papa kira!" Aku segera beringsut menjauh dari Romi.
"Keterlaluan kamu ya! Jelas-jelas Papa lihat apa yang mau kamu lakuin ke Romi!" Mata Papa melotot sempurna.
Papa langsung mengayunkan tas berisi berkasnya ke arahku.
"Aduh! Beneran Pa! Andri nggak bohong! Papa salah paham!!" Aku berlari mengitari ruangan menghindari pukulannya. Tapi Papa tetap mengejarku.
"Dengerin dulu penjelasan Andri Pa!" teriakku sambil terus menghindari pukulannya.
"Apa lagi yang perlu dijelasin hah! Papa udah liat dengan mata kepalaku sendiri!!"
Papa ngos-ngosan dan berhenti mengejarku. Lalu ia pun duduk di kursiku.
"Keterlaluan kamu Ndri! Banyak perempuan cantik di luar sana! Tapi kenapa kamu malah milih cowok!"
"Om, Andri nggak bohong!" seru Romi.
"Diam kamu jala-- Ah, aku bahkan tidak tahu harus memakimu dengan sebutan apa!" sahut Papa.
Papa mengurut pangkal hidungnya. Aku masih belum berani mendekat ke arahnya.
"Untung Papa nggak punya riwayat penyakit jantung. Kalau punya, bisa mati berdiri Papa lihat kelakuan kalian berdua! Jangan-jangan pertemanan kalian selama ini cuma kedok untuk menutup hubungan kalian?!"
"Maaf ya Om! Tapi saya masih normal!! Nggak tahu kalau dengan Andri!" seru Romi.
Aku berdesis karena dia cuma membela dirinya sendiri.
"Om tadi itu cuma salah paham! Andri cuma mau bantuin pasangin lensa kontak saya! Saya normal Om, masih suka sama cewek! Saya juga udah punya pacar kok Om!"
Romi mengeluarkan hpnya. "Kalau Om nggak percaya, nih liat foto pacar saya!" ucap Romi sambil menunjukkan sebuah foto.
Papa melihat sebentar lalu berucap, "bisa jadi itu foto ngambil di google kan?!"
"Ya Allah Om! Nih kalau nggak percaya, Romi telfon orangnya!"
Setelah Romi memencet tombol telfon, tak lama telfon langsung tersambung.
[ Halo sayang, tumben telfon siang-siang gini, kamu lagi libur kerja? ] terdengar suara cewek dari seberang telfon.
"Aku cuma kangen sama suara kamu aja kok! Yaudah, aku kerja lagi ya..." setelah kalimat itu, Romi langsung memutuskan sambungan telfon.
"Tuh, Romi nggak bohong kan Om!"
Aku sedikit bernafas lega saat Papa terlihat mulai percaya.
"Syukurlah kalau memang salah paham. Om minta maaf ya Rom udah salah paham sama kamu!"
"Iya, nggak papa kok Om!"
"Ke aku nggak minta maaf nih Pa?" tanyaku yang seperti terabaikan. Tapi Papa malah melirikku dengan tatapan tajamnya.
Sebenarnya anaknya Papa itu aku atau Romi sih?!
Terdengar Papa menghela nafas panjang.
"Gosip buruk memang cepat beredar. Sepanjang di koridor tadi, para karyawan gosipin kalian berdua!" ujar Papa.
"Cuma gosip doang Pa. Nanti sebulan juga udah lupa mereka. Ya kan Rom?" Romi mengangguk menyetujui ucapanku.
"Jangan pernah menyepelekan masalah ini Ndri! Kalau sampai para kolega kita tahu, ini bisa mempengaruhi bisnis kita! Apa lagi kalau sampai pesaing bisnis kita tahu. Mereka akan menjadikan gosip ini untuk menjatuhkan kita!"
Kenapa ini terdengar jadi tambah serius?
"Kita harus memikirkan cara untuk menyelesaikan masalah ini!" ujar Papa.
"Iya, Papa tenang aja. Romi pasti akan cari solusinya kok Pa! Ya kan Rom?" sahutku sambil menepuk pundak Romi.
Romi menoleh ke arahku. "Kok aku?" tanyanya.
"Nah, ini nih yang bikin orang salah paham!" tiba-tiba Papa menunjukku yang sedang menepuk pundak Romi.
Gila, sejak kapan nepuk pundak jadi bikin orang salah paham?! Ini semua gara-gara netizen yang suka main hakim sendiri! Tanpa tahu kebenarannya!
"Mulai sekarang, jaga jarak kalian! Jangan terlalu dekat, sampai gosip ini hilang!" titah Papa sebelum dia mengangkat telfonnya yang berdering.
Setelah selesai ngobrol di telfon, Papa langsung keluar dari ruangan.
Tapi baru dia membuka pintu ruangan, ia menoleh kepadaku.
"Dan kamu Ndri, mulailah mencari pacar! Kalau tidak, Papa yang akan carikan perempuan untukmu!" ultimatum yang penuh dengan penekanan.
_________
Saat akan keluar untuk makan siang, aku dan Romi berhenti di resepsionis. Untuk membicarakan sesuatu dengan Santi.
"San, kamu gimana sih! Kan aku udah jelasin kalau yang kamu lihat itu cuma salah paham aja! Terus kenapa gosipnya masih tetep nyebar?!" tanya Romi ke Santi.
"Maaf Pak, saya udah jelasin kok Pak. Tapi nggak tahu kenapa gosipnya masih tetep aja kesebar!" jawab Santi sambil menunduk.
"Mana gosipnya ditambah-tambahin lagi!" ujar Romi kesal.
"Ya kan Bapak tahu sendiri, kalau kita ngasih pisang ke orang, pas balik ke kita lagi udah jadi kolak!" timpal Sinta.
"Pokoknya, kalau kamu dengar ada karyawan yang gosip tentang kita berdua, kamu harus tegur mereka dan jelaskan kesalahpahaman itu!" tegasku ke Sinta.
"Baik Pak," jawab Sinta sambil mengangguk.
_________
Sesampainya di kafe terdekat, Papa menelfonku. Katanya dia ingin membicarakan sesuatu.
Tak lama setelah menunggu beberapa saat, Papa akhirnya sampai.
"Papa mau ngomong apa?" tanyaku tanpa basa-basi untuk mempersingkat waktu.
"Tentang masalah tadi pagi. Untuk menyelesaikan gosip miring itu, gimana kalau Romi keluar dari kantor kamu!"
"Apa?!! Maksudnya Papa mecat Romi?!" tanyaku terbelalak. Romi pun terlihat sangat terkejut. Namun ia tetap tak buka suara.
"Nggak bisa gitu dong Pa! Romi itu asisten aku! Papa nggak bisa seenaknya mecat dia!" protesku dengan nada tak terima.
"Siapa bilang Papa mecat Romi?"
Aku mengenyit bingung tak mengerti. "Terus maksud Papa bilang keluar tadi apa?!"
"Makanya dengerin dulu, baru ngomong! Maksudnya, Papa ingin memindahkan Romi ke kantor Papa! Dengan begitu, tidak ada orang yang melihat kalian berdua berinteraksi lagi. Dengan begitu gosip itu pasti terbantahkan! Dan nggak ada lagi kesempatan bagi pesaing bisnis kita untuk menghancurkan kita dengan gosip miring itu!"
"Terus aku gimana Pa?"
"Tenang, nanti Papa cariin asisten baru untuk kamu! Papa akan pilihin perempuan yang cantik!"
"Jangan yang perempuan Pa! Yang laki-laki aja!" tolakku yang langsung mendapat tatapan tajam dari Papa.
"Papa jadi curiga lagi sama kamu. Jangan-jangan kamu--"
"Andri cuma lebih nyaman seruangan sama laki-laki aja kok Pa! Nggak ada maksud lain!" potongku cepat agar Papa tidak melanjutkan ucapannya.
"Papa justru tambah curiga setelah mendengar alasanmu barusan!"
Aku hanya bisa mengusap wajahku kasar karena tidak tahu lagi harus menjawab apa.
_________
"Gimana Ndri? Kamu udah punya pacar?" tanya Papa ketika kami duduk santai di teras rumah. Menikmati hari libur.
Ini sudah hari ketiga sejak aku mendapat ultimatum dari Ayah untuk mencari pacar.
"Belum Pa, Andri masih fokus sama proyek yang baru di pusat kota! Jadi nggak ada waktu!" jawabku sambil menyesap teh melati.
"Baguslah kalau begitu!" sahut Papa.
"Eh?!" Aku langsung menoleh ke Papa karena terkejut mendengar ucapannya barusan.
"Aku nggak salah denger kan Pa? Bukannya Papa tempo hari nyuruh aku buat cepet-cepet cari pacar ya?" tanyaku bingung.
"Sekarang, kamu nggak perlu repot-repot cari pacar lagi Ndri!" sahut Papa santai. "Karena Papa sudah menemukan perempuan yang cocok buat kamu!"
"Uhuk uhuk uhuk! Apa maksud Papa?!"
Papa tersenyum padaku lalu menjawab, "Papa menjodohkan kamu dengan anaknya teman lama Papa!"
"APA?!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Salmah Hermansyah
lah, jadi berpisah dong Romi sama si Andri
2023-01-26
1
Siska Agustin
dan ternyata dijodohin sama pujaan hati si Tisa..wah keknya bentar lagi Tisa bakal muncul nih kan Andri juga kabur dr rumah gegara mau djodohin,ketemu di kos kosan..kagak sabar nih..
2022-09-10
1