Pukul setengah delapan pagi aku berangkat ke kantor.
Kamar cewek sebelahku sudah sepi. Mungkin dia sudah berangkat kerja.
Hari ini aku berangkat ke kantor hanya menggunakan jaket dan celana training. Tak lupa masker dan juga topi.
Aku harus waspada. Bisa saja orang suruhan Papa ada di sekitar sini.
Dan ternyata, perjalanan mulus sampai di kantor tanpa hambatan. Aku langsung ganti pakaian ketika masuk ke dalam ruanganku.
Kerja tanpa asisten benar-benar menyusahkan.
Aku harus mengurus semuanya sendiri. Mulai dari shedule harian. Belum lagi dengan mengatur janji dengan para klien.
Makan siang pun aku harus sendirian. Sebenarnya aku bisa mengajak Pak Yosua makan bareng.
Tapi aku nggak melakukannya. Takutnya malah menimbulkan gosip baru lagi.
Lagi pula, Pak Yosua itu atmosfernya lebih dingin dari kutub.
Aku menikmati makan siangku sambil bermain hp.
"Kasian ya Pak Andri. Gara-gara Pak Romi pindah, dia jadi makan sendiri!" terdengar bisik-bisik dari meja pojok kafe.
"Iya. Dia kelihatan murung mulu karena ditinggal Pak Romi!" sahut yang lain.
Ck. Mereka niat nggak sih kalau mau gosip. Harusnya jangan sampai yang digosipin denger!
"Tapi bagus deh Pak Romi pindah! Mana tahu itu bisa balikin Pak Andri jadi normal lagi!" celetuk salah satu dari mereka.
Apa?! Kenapa mereka masih mengira aku gay?! Kata Romi gosip akan hilang seiringnya waktu! Apa dia di kantor Papa juga digunjingin kayak gini?
"Apa gini kelakuan kalian jika di belakang atasan?!" tiba-tiba terdengar suara Pak Yosua menegur mereka.
Aku menoleh untuk melihatnya. Ternyata benar, Pak Yosua menegur mereka.
"M-maaf Pak. Kami nggak bermaksud gosipin Pak Andri," mereka semua terlihat menunduk malu.
"Waktu istirahat itu digunakan untuk mengisi perut. Biar otak makin encer saat bekerja! Bukan malah ngasah mulut!" ucap Pak Yosua lagi.
"M-maaf Pak. Kami salah!"
Setelah itu Pak Yosua meninggalkan meja mereka.
Aku tersenyum bangga pada Pak Yosua. Ternyata meskipun dia sudah seperti kulkas berjalan, tapi dia orang yang bijak dan juga peduli dengan sekitarnya.
Apa aku naikin gajinya sedikit ya?
__________
Berbeda dengan saat mau pulang, sepertinya ini tidak akan semulus tadi pagi.
Orang suruhan Papa terlihat berjaga di parkiran. Bahkan kali ini berjumlah empat orang.
"Ck. Gimana nih?!" Aku putar haluan, balik lagi ke dalam ruanganku.
Kuganti jas yang kupakai dengan baju yang tadi pagi.
Saat aku akan keluar dari ruangan, terlihat Pak Yosua berjalan di koridor.
Tiba-tiba aku terpikirkan suatu ide.
"Pak Yos!" panggilku.
Dia menoleh, tampak mengernyit saat menatapku.
"Ini aku Pak!" Kuturunkan masker yang menutupi wajahku.
"Pak Andri? Aku kira siapa. Ada apa Pak? Kenapa Pak Andri pakek masker segala? Dan kenapa Bapak pakek jaket juga?" Dia mendekat ke arahku.
Ck. Banyak sekali pertanyaannya!
"Pak Yos, aku mau minta tolong sama kamu!" ucapku mengabaikan pertanyaannya.
"Minta tolong apa Pak?"
Aku pun meminta Pak Yosua berganti pakaian dengan jaket dan celana training yang kupakai. Dan menyuruhnya memakai topi punyaku juga.
Aku tak bisa memberikan maskerku karena sudah kupakai. Beruntung di kantor menyediakan masker juga.
Meskipun tampak bingung, tapi Pak Yosua tetap menuruti permintaanku. Dia berganti pakaian dengan celana training dan jaketku. Sementara aku kembali memakai jas yang tadi kupakai.
"Pak Yosua pulangnya pakek motorku aja ya. Kita tukeran. Aku pakek motor Pak Yosua," ucapku memberitahu.
Dia tampak semakin bingung.
"Tapi kenapa kita harus tukeran motor Pak?" tanyanya sambil memakai masker.
"Nggak papa. Aku cuma pingin nyobain motor Pak Yosua aja," ucapku bohong.
"Kalau Bapak memang pingin nyobain motor saya, kenapa saya harus ganti pakaian segala?"
Baru juga aku akan menjawab, tiba-tiba Pak Jarwo, salah satu orang suruhan Papa nongol di ujung koridor.
Segera kuseret Pak Yosua agar bersembunyi di balik tembok.
"Pak, hari ini saya ulang tahun! Anggap saja ini hadiah untuk saya! Bapak nggak ngasih saya kado kan!" ujarku sekenanya.
"Sekarang Pak Yosua pulang, pakek motor saya. Nih kuncinya!" Aku menyodorkan kunci motor padanya. "Mana kunci motor Pak Yosua?"
Pak Yosua harus segera pergi dari sini. Jika dia pergi dari sini dengan menggunakan motorku, orang suruhan Papa itu akan mengira Pak Yosua adalah aku.
Memang sih aku dan Pak Yosua berbeda. Apalagi dari segi kulit. Dia putih karena keturunan Cina.
Tapi tinggi kami sama, postur tubuh kami juga hampir sama.
Tapi dengan jaket, topi, dan maker yang dipakainya, mereka mengira itu pasti aku.
Setelah menerima kunci motor Pak Yosua, aku langsung menyuruhnya pulang.
Dan benar saja. Orang suruhan Papa langsung mengikuti Pak Yosua keluar dari kantor.
Dengan begini, aku bisa pulang tanpa takut diikuti lagi.
_________
Kurebahkan tubuhku begitu sampai di kosan.
Tok tok tok!
Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarku.
"Siapa ya?" Aku yang sedang rebahan enggan membuka pintu.
Tok tok tok!
Pintu diketuk kembali. Dengan malas aku bangkit dan membuka pintu.
Eh? Cewek kamar sebelah. Mau apa dia?
Tangannya memegang kotak warna putih.
"Ini Om, nasi kotak dari Ibu kos!" Ia menyodorkan kotak itu padaku.
"Sudah aku bilang aku bukan Om-om. Kita itu cuma beda satu tahun!" kesalku.
"Kalau begitu, Kak! Ini ambil nasi kotaknya!" tangannya masih setia menyodorkan nasi kotak itu.
Lihat itu wajahnya! Sepertinya senyuman sudah kabur dan tidak mau lagi mampir di wajahnya.
Aku tidak meraih kotak itu dan hanya melipat tangan di dada.
"Aku bukan pembina Pramuka!"
Hahaha. Wajahnya terlihat mulai kesal!
"Terserahlah! Ini, nasi kotaknya!" Ia langsung menyerahkan nasi kotak itu di tanganku. Dan berlalu begitu saja.
"Andri! Namaku Andri!" seruku tiba-tiba.
Aku memberitahukan namaku supaya dia tidak memanggilku Om lagi.
Dia menoleh padaku dengan wajah yang terlihat jengkel.
Apa? Seharusnya dia memberitahukan namanya juga dong!
"Tisaaa!" tiba-tiba datang seorang cewek langsung memeluknya.
Ah, jadi namanya Tisa!
"Apa yang kau lakukan dengan cowok tampan ini?! Apa kau sudah mulai dekat dengannya?!" bisik cewek yang sedang memeluk Tisa.
Sepertinya itu tidak bisa disebut dengan bisikan. Karena aku juga mendengarnya.
"Ngomong apaan sih kamu?! Ayo kita masuk kamar!" Tisa menarik tangan temannya itu.
"Kita masuk dulu ya," pamit temannya Tisa dengan tersenyum.
Nah, ini baru benar. Normalnya cewek yang bertemu denganku akan menyapaku sambil tersenyum. Bukan seperti cewek yang sedang dipeluknya itu.
Eh, tunggu! Kenapa mereka berdua terlihat familiar. Apalagi ketika melihat punggung mereka berdua ketika sedang masuk ke dalam kamar.
Tiba-tiba aku teringat dengan cewek yang menolong kucing waktu itu.
Apa jangan-jangan Tisa adalah cewek itu?!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Siska Agustin
seratus buat Andri..cewek yg bikin kamu penasaran yg nolongin kucing ya Tisa..
2022-09-22
1