Rosy Sanders!
Rosy POV
Seperti nya sudah terlalu lama ku biar kan pria brengsek itu menikmati hidangan terbaik dalam kehidupan sehari-hari nya. sudah saat nya aku memberikan makanan penutup dengan sedikit mekanisme yang berbeda. Ku harap hadiah kecil ku mampu membuat nya membuka mata lebar-lebar. Kali ini bahkan untuk sekedar berkedip pun, dia tidak akan mampu. Itu lah harapan terjahat yang pernah aku rancang dalam hidup ku. Arti nya selama ini hidup ku selalu lurus dan datar-datar saja. Tentu saja, itu karena aku adalah wanita yang baik dan terpelajar.
"Apa-apaan ini, Rosy!" Seru pria yang ku sebut pria brengsek tadi. Aku hanya tersenyum simpul, memperlihat kan wajah tenang tanpa kabut emosi apa pun di sana. Ku lihat bagaimana marah nya Harland, raut wajah nya terlihat begitu jelek untuk di lihat. Kenapa aku baru menyadari nya sekarang? Astaga! Aku sangat ingin tertawa keras sekarang, mentertawai kebodohan hakiki yang selama ini menggerogoti hati dan pikiran ku.
"Kenapa? Apa hadiah ku kurang berkesan?.." tanya ku tenang, seperti tidak ada emosi yang tengah ku tahan. Hanya ada kelegaan dan rasa syukur sehingga aku sangat ingin melompat-lompat kegirangan saking senang nya.
"Sayang...ini hanya rekayasa seseorang yang tidak menyukai kebahagiaan kita selama ini. Bisa jadi seseorang mengedit nya lalu membuat nya seolah-olah ini adalah aku. Jangan mudah mempercayai hal receh seperti ini, sayang. Kau harus percaya pada ku..." Mendengar kalimat yang menggelitik rongga dada ku, aku sungguh ingin tergelak kencang. Tapi ku tahan demi menjaga kenyamanan diri ku sendiri. Aku ingin melihat kepanikan Harland hingga hati ku merasa puas. Bukan kah aku istri yang sedikit kejam? Ah tidak juga, kejam mana dari sebuah pengkhianatan? Tentu lebih kejam perbuatan pria laknat itu, bukan?
"Aku percaya apa yang lihat, Harland. Mata ku cukup sehat dan sempurna. Bibit katarak masih jauh di usiaku yang terbilang masih muda." Balas ku telak membungkam mulut jahanam calon mantan suami ku itu.
"Rosy sayang...sejak kapan kau meragukan suami mu sendiri? Apa aku pernah membuat kesalahan pada mu selama ini? Aku mencintai mu, yakin lah pada ku. Akan aku buktikan jika foto ini adalah editan belaka." Ucap Harland begitu menggebu-gebu dan penuh keyakinan. Ingin sekali ku jahit mulut nya menggunakan hecting set medis milik ku, menggunakan benang sintetis agar bibir nya menyatu sempurna.
Aku benci tatapan penuh permohonan layak nya seorang suami yang teraniaya.
"Kalau begitu, buktikan!" Tandas ku setelah terdiam beberapa detik lama nya.
"Tiga hari dan tidak ada negosiasi! Keputusan ku harga mati, aku benci pengkhianat. Terlebih jika kedua nya adalah orang yang sangat aku kenali." Tegas ku tak ingin di sela apa lagi di bantah. Harland tercengang, barangkali dia merasa syok dengan perubahan sikap ku yang sekarang. Istri lemah lembut, penurut dan lebih suka mengalah dari pada berdebat. Kini bukan hanya mampu membantah, namun juga mampu menyulut api amarah.
Tak ingin menodai mata ku lagi, ku putus kan meninggalkan ruang keluarga tersebut. Jika dulu tempat ini merupakan salah satu spot terfavorit ku. Kini menjadi salah satu ruangan yang paling tidak ingin ku singgahi, melihat nya saja aku malas.
"Apa kau sudah gila, hah! Bisa-bisa nya kau berselingkuh dengan Sindy yang tidak ada apa-apa nya dengan istri mu. Apa otak mu sudah rusak!" Omel Wina tak habis pikir, sayup-sayup aku mendengar pertengkaran anak dan ibu tersebut dari ujung tangga, dengan senyum miring di bibir ku.
Rupa nya wanita paruh baya itu lebih takut kehilangan menantu kaya raya nya dari pada membela sang anak. Terlihat jelas bagaimana Wina lebih memilih diam saja, saat melihat bagaimana Harland terpojok oleh kenyataan. Wanita itu bergeming menatap lantai granit yang siang itu terlihat sangat indah dari hari-hari biasa nya.
"Berhenti memojok kan ku ma, mama hanya bisa menekan ku agar pernikahan ini berjalan sesuai keinginan mama. Apa mama pernah memikirkan perasaan ku selama ini? Aku menikahi Rosy atas desakan mama. Mama begitu menginginkan menantu yang mampu menyenangkan hati dan ambisi mama. Lalu bagaimana dengan kebahagiaan ku, ma? Pikir kan lah sedikit saja hati ku." Harlan berucap putus asa. Ku tarik nafas panjang, udara di rongga dada ku mendadak terasa kosong. Hingga tarikan panjang berakhir, aku hampir tak menemukan celah untuk mengeluarkan helaan nafas lelah ku.
Jadi pria itu tidak merasa kan kebahagiaan selama menikah dengan ku? Oh lucu sekali, saat banyak malam dan hari kami habis kan dengan penuh peluh dan lenguh. Lihat lah, semudah itu dia mengatakan diri nya tidak bahagia. Aku menekan sesak di dada ku. Aku jadi ingin tau, kebahagiaan seperti apa lagi yang Harland ingin kan.
Apa dengan mendua kan ku membuat nya bahagia? Baik lah. Lakukan apa yang kau ingin kan Harland sayang. Aku akan memberikan mu kado-kado kecil untuk menambah sensasi kebahagiaan yang kau butuh kan. Setelah puas menjadi seorang penguping, aku benar-benar meninggalkan lantai bawah. Sebelum batas kesabaran ku menguap tak bersisa.
🌷🌷🌷
Di sinilah aku berada sekarang, duduk berseberangan dengan seorang wanita yang dulu adalah sahabat. "Apa yang ingin kau katakan pada ku, Rosy. Aku masih punya banyak pekerjaan penting di kantor." Aku hampir tersedak minuman ku saat mendengar kalimat penuh keangkuhan, dari mulut wanita yang rela menjadi simpanan Harland, suami ku.
"Ah, maaf.." aku berujar seolah merasa bersalah telah menyita waktu wanita tak tau diri itu. "Baiklah, mari kita langsung ke inti nya saja." Ku hela nafas ku untuk mengurangi kadar kesesakan di dada ku.
"Apa kau bahagia dengan menjadi simpanan suami ku, Sindy?" Ku lihat Sindy sedikit terkejut, namun dia segera menormalkan raut wajah nya. Ku akui Sindy memiliki pengendalian diri yang cukup baik. Sungguh pelakor yang mahir, pantas saja suami ku begitu mudah tergoda. Layanan nya pasti mencakup segala hal di kantor saat mereka tengah berduan saja.
"tentu saja. Harland cukup memuaskan dalam hal ranjang dan kebutuhan ku yang lain. Suami mu itu sangat memukau dalam urusan tempat tidur. Pria dengan durasi permainan yang panjang dan keperkasaan yang tak di ragukan lagi." Tukas Sindy tersenyum miring penuh rasa bangga. Aku bergeming, reaksi datar ku rupa nya memancing ikan kecil ini berenang lebih dalam. Apa dia lupa, ikan hias seperti nya hanya cocok berkeliaran di karang dangkal.
"Kau seperti nya sangat menikmati profesi ganda mu, Sindy. Tidak salah aku merekrut mu untuk menjadi sekretaris suami ku. Kau mahir dalam segala hal." Puji ku tersenyum penuh makna. Nada suara ku cukup tenang, untuk wanita yang kini tengah berhadapan dengan seorang perusak rumah tangga nya sendiri.
Bukan tanpa alasan, aku terdidik oleh wanita lembut yang murah hati. Aku tumbuh dengan kasih sayang seorang wanita, yang mampu menanggung beban batin yang tidak ringan.
∆Mohon dukungan sekira nya cerita ini berkenan di hati kalian, para pembaca yang budiman🙏🙏
Jangan lupa Like+favorit, Vote dan hadiah juga boleh😁😘😘🤗🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 262 Episodes
Comments
Keyboard Harapan
sengat kak
2022-12-02
2
Buna_Qaya
kalo jadi emas, gak apalah aku diem aja kak🤭🤭🤣🤣🤣
2022-11-16
0
Be___Mei
kesabaran manusia ada batas nya, lagi pula tidak selamanya diam itu emas 🤭🤭🤭
2022-11-16
0