NovelToon NovelToon

Rosy Sanders!

Hadiah kecil

Rosy POV

Seperti nya sudah terlalu lama ku biar kan pria brengsek itu menikmati hidangan terbaik dalam kehidupan sehari-hari nya. sudah saat nya aku memberikan makanan penutup dengan sedikit mekanisme yang berbeda. Ku harap hadiah kecil ku mampu membuat nya membuka mata lebar-lebar. Kali ini bahkan untuk sekedar berkedip pun, dia tidak akan mampu. Itu lah harapan terjahat yang pernah aku rancang dalam hidup ku. Arti nya selama ini hidup ku selalu lurus dan datar-datar saja. Tentu saja, itu karena aku adalah wanita yang baik dan terpelajar.

"Apa-apaan ini, Rosy!" Seru pria yang ku sebut pria brengsek tadi. Aku hanya tersenyum simpul, memperlihat kan wajah tenang tanpa kabut emosi apa pun di sana. Ku lihat bagaimana marah nya Harland, raut wajah nya terlihat begitu jelek untuk di lihat. Kenapa aku baru menyadari nya sekarang? Astaga! Aku sangat ingin tertawa keras sekarang, mentertawai kebodohan hakiki yang selama ini menggerogoti hati dan pikiran ku.

"Kenapa? Apa hadiah ku kurang berkesan?.." tanya ku tenang, seperti tidak ada emosi yang tengah ku tahan. Hanya ada kelegaan dan rasa syukur sehingga aku sangat ingin melompat-lompat kegirangan saking senang nya.

"Sayang...ini hanya rekayasa seseorang yang tidak menyukai kebahagiaan kita selama ini. Bisa jadi seseorang mengedit nya lalu membuat nya seolah-olah ini adalah aku. Jangan mudah mempercayai hal receh seperti ini, sayang. Kau harus percaya pada ku..." Mendengar kalimat yang menggelitik rongga dada ku, aku sungguh ingin tergelak kencang. Tapi ku tahan demi menjaga kenyamanan diri ku sendiri. Aku ingin melihat kepanikan Harland hingga hati ku merasa puas. Bukan kah aku istri yang sedikit kejam? Ah tidak juga, kejam mana dari sebuah pengkhianatan? Tentu lebih kejam perbuatan pria laknat itu, bukan?

"Aku percaya apa yang lihat, Harland. Mata ku cukup sehat dan sempurna. Bibit katarak masih jauh di usiaku yang terbilang masih muda." Balas ku telak membungkam mulut jahanam calon mantan suami ku itu.

"Rosy sayang...sejak kapan kau meragukan suami mu sendiri? Apa aku pernah membuat kesalahan pada mu selama ini? Aku mencintai mu, yakin lah pada ku. Akan aku buktikan jika foto ini adalah editan belaka." Ucap Harland begitu menggebu-gebu dan penuh keyakinan. Ingin sekali ku jahit mulut nya menggunakan hecting set medis milik ku, menggunakan benang sintetis agar bibir nya menyatu sempurna.

Aku benci tatapan penuh permohonan layak nya seorang suami yang teraniaya.

"Kalau begitu, buktikan!" Tandas ku setelah terdiam beberapa detik lama nya.

"Tiga hari dan tidak ada negosiasi! Keputusan ku harga mati, aku benci pengkhianat. Terlebih jika kedua nya adalah orang yang sangat aku kenali." Tegas ku tak ingin di sela apa lagi di bantah. Harland tercengang, barangkali dia merasa syok dengan perubahan sikap ku yang sekarang. Istri lemah lembut, penurut dan lebih suka mengalah dari pada berdebat. Kini bukan hanya mampu membantah, namun juga mampu menyulut api amarah.

Tak ingin menodai mata ku lagi, ku putus kan meninggalkan ruang keluarga tersebut. Jika dulu tempat ini merupakan salah satu spot terfavorit ku. Kini menjadi salah satu ruangan yang paling tidak ingin ku singgahi, melihat nya saja aku malas.

"Apa kau sudah gila, hah! Bisa-bisa nya kau berselingkuh dengan Sindy yang tidak ada apa-apa nya dengan istri mu. Apa otak mu sudah rusak!" Omel Wina tak habis pikir, sayup-sayup aku mendengar pertengkaran anak dan ibu tersebut dari ujung tangga, dengan senyum miring di bibir ku.

Rupa nya wanita paruh baya itu lebih takut kehilangan menantu kaya raya nya dari pada membela sang anak. Terlihat jelas bagaimana Wina lebih memilih diam saja, saat melihat bagaimana Harland terpojok oleh kenyataan. Wanita itu bergeming menatap lantai granit yang siang itu terlihat sangat indah dari hari-hari biasa nya.

"Berhenti memojok kan ku ma, mama hanya bisa menekan ku agar pernikahan ini berjalan sesuai keinginan mama. Apa mama pernah memikirkan perasaan ku selama ini? Aku menikahi Rosy atas desakan mama. Mama begitu menginginkan menantu yang mampu menyenangkan hati dan ambisi mama. Lalu bagaimana dengan kebahagiaan ku, ma? Pikir kan lah sedikit saja hati ku." Harlan berucap putus asa. Ku tarik nafas panjang, udara di rongga dada ku mendadak terasa kosong. Hingga tarikan panjang berakhir, aku hampir tak menemukan celah untuk mengeluarkan helaan nafas lelah ku.

Jadi pria itu tidak merasa kan kebahagiaan selama menikah dengan ku? Oh lucu sekali, saat banyak malam dan hari kami habis kan dengan penuh peluh dan lenguh. Lihat lah, semudah itu dia mengatakan diri nya tidak bahagia. Aku menekan sesak di dada ku. Aku jadi ingin tau, kebahagiaan seperti apa lagi yang Harland ingin kan.

Apa dengan mendua kan ku membuat nya bahagia? Baik lah. Lakukan apa yang kau ingin kan Harland sayang. Aku akan memberikan mu kado-kado kecil untuk menambah sensasi kebahagiaan yang kau butuh kan. Setelah puas menjadi seorang penguping, aku benar-benar meninggalkan lantai bawah. Sebelum batas kesabaran ku menguap tak bersisa.

🌷🌷🌷

Di sinilah aku berada sekarang, duduk berseberangan dengan seorang wanita yang dulu adalah sahabat. "Apa yang ingin kau katakan pada ku, Rosy. Aku masih punya banyak pekerjaan penting di kantor." Aku hampir tersedak minuman ku saat mendengar kalimat penuh keangkuhan, dari mulut wanita yang rela menjadi simpanan Harland, suami ku.

"Ah, maaf.." aku berujar seolah merasa bersalah telah menyita waktu wanita tak tau diri itu. "Baiklah, mari kita langsung ke inti nya saja." Ku hela nafas ku untuk mengurangi kadar kesesakan di dada ku.

"Apa kau bahagia dengan menjadi simpanan suami ku, Sindy?" Ku lihat Sindy sedikit terkejut, namun dia segera menormalkan raut wajah nya. Ku akui Sindy memiliki pengendalian diri yang cukup baik. Sungguh pelakor yang mahir, pantas saja suami ku begitu mudah tergoda. Layanan nya pasti mencakup segala hal di kantor saat mereka tengah berduan saja.

"tentu saja. Harland cukup memuaskan dalam hal ranjang dan kebutuhan ku yang lain. Suami mu itu sangat memukau dalam urusan tempat tidur. Pria dengan durasi permainan yang panjang dan keperkasaan yang tak di ragukan lagi." Tukas Sindy tersenyum miring penuh rasa bangga. Aku bergeming, reaksi datar ku rupa nya memancing ikan kecil ini berenang lebih dalam. Apa dia lupa, ikan hias seperti nya hanya cocok berkeliaran di karang dangkal.

"Kau seperti nya sangat menikmati profesi ganda mu, Sindy. Tidak salah aku merekrut mu untuk menjadi sekretaris suami ku. Kau mahir dalam segala hal." Puji ku tersenyum penuh makna. Nada suara ku cukup tenang, untuk wanita yang kini tengah berhadapan dengan seorang perusak rumah tangga nya sendiri.

Bukan tanpa alasan, aku terdidik oleh wanita lembut yang murah hati. Aku tumbuh dengan kasih sayang seorang wanita, yang mampu menanggung beban batin yang tidak ringan.

∆Mohon dukungan sekira nya cerita ini berkenan di hati kalian, para pembaca yang budiman🙏🙏

Jangan lupa Like+favorit, Vote dan hadiah juga boleh😁😘😘🤗🤗

Pelakor Handal

Setelah terdiam cukup lama, akhirnya Sindy mulai berkicau kembali. Menjawab pertanyaan ku dengan nada angkuh terasa mencekik leher ku.

"Tentu saja. Aku mendapat kan rekening ku terisi lancar tanpa kendala setiap bulan, dengan nominal yang tak sedikit. Aku harap Harland masih ingat memberi mu sekedar uang saku. Mengingat bagaimana sibuk nya Harland mengisi deposito ku, juga membelikan ku barang-barang mewah lain nya." Sindy kembali berucap dengan nada bangga, seringai penuh kemenangan ku lihat jelas di wajah nya.

Ku rasa kan hati ku mulai sedikit terbakar, segera ku seruput minuman dingin di hadapan ku dengan gaya elegan. Paling tidak aku masih punya harga diri yang cukup untuk membuat diri ku tak terlihat lemah di hadapan Sindy. Pelakor yang merasa diri nya hebat, kini berusaha meruntuhkan pertahanan emosional ku.

Setelah terdiam hampir satu menit, aku mulai mengatur kata-kata yang akan aku ucapkan pada nya. Tak lupa senyum terbaik ku perlihatkan agar Sindy tak merasa di atas awan.

"Apa kau lupa, Sindy...jika perusahaan itu adalah milik ku?" Ku lihat bagaimana Sindy terkesiap mendengar kalimat ku. Mata nya menatap pias ke arah ku.

Aku tersenyum miring penuh kemenangan. "Bahkan jika Harland tidak memberikan ku sepeser pun uang, aku tidak akan mengemis juga sampai kelaparan. Aku cukup mampu memberikan kehidupan mewah untuk diri ku sendiri, juga suami serta keluarga nya. Ah, aku lupa. Aku bahkan mampu menyumbang setiap bulan uang perusahaan untuk memenuhi gaya hidup mu yang tidak sesuai keadaan." Telak! Sindy meremat ujung sendok nya menahan rasa malu dan marah. Harga diri nya serasa terjun bebas tak bersisa hingga ke dasar jurang. Hancur lebur hingga menjadi butiran debu.

"Lihat saja, Rosy. Harland akan menceraikan mu dan menikahi ku. Aku sedang hamil anak nya, dan jangan lupa Harland adalah kekasih ku semenjak kami masih SMA. Harus nya kau sadar diri untuk tidak merebut nya dari ku. Kau lah pengkhianat di antara kita. Kau lah yang menghancur kan hubungan kami, kau menjerat mertua mu yang mata duitan itu dengan kekuasaan mu. Kau sungguh licik, Rosy! Aku tak menyangka wanita berwajah malaikat yang dulu sering menolong ku dari Bullyan di sekolah. Mampu menikam ku dengan kejam." Penuturan panjang Sindy membuat Rosy terkekeh hambar.

Dapat dia lihat tubuh mantan sahabat nya itu sedikit bergetar. Dia tau betapa marah nya Sindy pada nya, ucapan nya menampar telak harga diri wanita itu. Wajah Sindy menunjukkan kemarahan yang begitu besar. Seakan siap mencabik nya dengan garpu yang kini di genggam erat oleh Sindy.

"Bukan kah kau sendiri yang mengatakan, jika uang mampu membeli segala nya? Aku belajar dari mu, aku hanya sekedar merealisasikan apa yang pernah kau ucapkan. Ternyata seindah itu berhasil merampas milik orang lain. Bukan kah sensasi nya menyenangkan?" Balas ku telak memukul kenyataan. Bukan kah kami seri, saling merampas meski dengan tujuan yang berbeda.

Ku lihat Sindy mengepalkan kedua tangannya di atas permukaan meja. Ku tatap nanar wajah wanita yang dulu selalu ku bela saat di bully di sekolah. Wanita yang hampir tak bisa mengikuti ujian karena menunggak uang semester. Wanita yang keluarga nya hampir tak makan dua hari, karena tidak memiliki uang, meski hanya untuk membeli segenggam beras. Aku heran bagaimana bisa aku berkorban begitu banyak untuk wanita ini. Atas nama sebuah persahabatan, aku melakukan banyak hal untuk nya. Juga mengantar nya menjadi sekretaris suami ku dengan harapan kehidupan keluarga nya bisa sedikit terbantu. Lihat lah bagaimana wanita ini membalas nya. Sungguh mencengangkan, bukan? Wanita itu bahkan menantang ku dengan berani dan tanpa rasa bersalah sedikit pun, apa lagi rasa malu. Ingin heran, namun jelas aku tengah berhadapan dengan seorang pelakor handal.

POV end

POV author

Seorang pria tanpa sengaja melihat sebuah pemandangan, yang hampir saja membuat nafas nya berhenti berhembus. Di restoran yang sama, dua orang wanita yang sangat dia kenali tengah duduk dan terlihat sedang terlibat obrolan serius.

Fokus nya mulai terbagi, sementara pertemuan nya baru saja di mulai beberapa menit yang lalu.

"Tuan Harland? Apa anda mendengar persentase ku?" Tegur rekan bisnis Harland yang merasa di abaikan, saat sedang menyampai kan prospek proposal nya.

Harland sedikit terkejut, kening nya tiba-tiba berkeringat dingin. Tangan nya mengalami serangan tremor mendadak dan itu sungguh mengganggu.

"Ah, maaf tuan Mahesa, silah kan lanjut kan..saya hanya sedikit tidak enak badan. Maaf sekali lagi jika fokus saya sedikit terganggu." Terang Harland sedikit gugup. Tangan nya meraih tisu untuk menyeka keringat dingin di kening nya. Namun karena telapak tangan nya basah, tisu tersebut langsung larut dan terpotong. Harland semakin gugup dalam perasaan tak enak pada rekan bisnis nya.

"Jika anda tengah sakit, sebaik nya pertemuan ini kita tunda saja terlebih dahulu tuan Harland. Saya sungguh tidak masalah." Balas Mahesa terlihat khawatir. Wajah pucat Harland memang terlihat seperti orang yang benar-benar sakit. Dan itu membuat nya cemas.

"Oh, tidak apa-apa. Sungguh, lanjut kan saja. Sekarang sudah lebih baik, mungkin jika kita makan terlebih dahulu akan lebih bagus." Tawar Harland berusaha mengalihkan situasi. Tidak mungkin dia membatalkan pertemuan nya hari hari ini. Mahesa adalah pengusaha properti nomor satu di negara ini, dan untuk bertemu dengan nya Harland harus mengantri seperti seorang pengemis.

Dan entah angin keberuntungan dari penjuru mana, yang membawa pria terkaya nomor dua di republik ini menawarkan kerja sama dengan perusahaan kecil nya. Dan kini dia hampir saja mengacau kan nya karena masalah internal rumah tangga.

"Itu terdengar seperti sebuah solusi, anda seperti nya mengidap maag. Seharus nya kita memesan makanan terlebih dahulu tadi. Maaf jika membuat anda sampai kesakitan." Ujar Mahesa merasa bersalah.

"No! Anda tidak salah tuan Mahesa. Ini hanya masalah kecil, aku menderita asam lambung tak biasa dari remaja. Kebiasaan menunda makan, seperti itu lah." Cerita Harland terkekeh pelan. Dia berusaha mencair kan suasana agar terlihat lebih santai.

POV ( Harland)

Jantung ku serasa berhenti berdetak, saat tanpa sengaja ku lihat dua wanita yang sangat aku kenali. Tubuh ku terasa ringan, aku berpegangan erat di pinggir meja untuk menopang beban tubuh ku yang kian berat. Seberat gelayut pikiran yang memaksa ku untuk tetap sadar akan situasi. Ku lihat bagaimana tenang nya istri ku saat melontar kan kalimat yang aku sendiri tak tau apa. Berbeda dengan Sindy yang terlihat begitu gusar, air muka nya terlihat jelas tengah menahan amarah yang besar.

Pria Brengsek

Aku tau watak keras nya. Wanita itu tak suka di gurui atau di kalah kan oleh argumen siapa pun. Sindy wanita tangguh itu adalah cinta pertama ku. Kami berpacaran saat kelas dua SMA. Namun saat kuliah, Sindy memilih untuk rehat dan bekerja di sebuah pusat perbelanjaan di kota ini. Wanita cantik itu masih sangat aku sayangi, namun takdir memisahkan kami dengan cara yang sulit untuk ku tolak.

Aku sendiri anak pertama dari pasangan Wina Astuti dan Riad Pratama. Ibu ku hanya seorang ibu rumah tangga biasa, ayah ku seorang pegawai negeri sipil di sebuah sekolah negeri sebagai seorang kepala sekolah. Yang kini sudah pensiun. Aku punya seorang adik perempuan yang umur nya selisih 9 tahun dari ku. Dan kini masih duduk di bangku sekolah menengah atas di kota ini juga.

Aku berkuliah karena beasiswa prestasi, dan itu hal membanggakan untuk ku juga keluarga sederhana ku. Hubungan ku dengan Sindy perlahan merenggang karena kesibukan masing-masing. Lost kontak sekian tahun membuat hubungan kami berakhir tanpa penjelasan.

Aku menikahi Rosy karena terdesak keadaan, ayah ku menderita gagal jantung dan butuh banyak biaya untuk operasi dan sebagainya. Belum lagi adik ku yang kala itu masih kelas 2 sekolah menengah pertama.

Pertemuan ku dengan Rosy bukan lah sesuatu yang di sengaja, aku bahkan tak tau jika Rosy adalah anak pemilik rumah sakit di mana ayah ku di rawat.

Saat aku sedang sangat putus asa, Rosy datang menawar kan bantuan. Aku sedikit terkejut, harga diri ku seakan terbeli oleh kalimat wanita itu. Namun aku tak punya pilihan lain. Nyawa ayah ku tergantung pada keputusan ku kala itu. Akhir nya aku setuju untuk menikah dengan Rosy walau hati ku sama sekali tak mencintai nya. Di hati ku masih bertakhta indah nama Sindy bahkan hingga 2 tahun pernikahan ku dengan Rosy.

Hingga suatu hari, tiba-tiba Rosy datang ke kantor dan membawa Sindy ke hadapan ku. Hati ku masih bergetar hangat saat melihat wanita yang sangat aku cintai itu. Aku merindukan nya, ternyata kebersamaan ku selama dua tahun ini dengan Rosy tak berarti apa-apa. Hati ku masih tetap tertuju pada cinta pertama ku.

Rosy mengatakan akan memperkerjakan Sindy sebagai sekretaris ku, sungguh aku ingin melompat saking bahagia nya. Namun aku sengaja memasang sikap acuh di hadapan istri ku. Seolah aku tak membutuhkan Sindy sebagai sekretaris ku.

Sindy rupanya berkuliah di Bandung selama ini. Dia berkuliah setelah satu tahun bekerja. Hingga tak sengaja bertemu dengan istri ku di sebuah mall. Rosy yang baik hati menawarkan pekerjaan bergengsi itu pada nya. Tentu saja Sindy menerima nya dengan senang hati. Ternyata selama pernikahan ku, Sindy terus memantau berita tentang ku dan Rosy dari internet. Itu kenapa dia tak terkejut saat bertemu dengan ku kembali, sudah brubah status menjadi suami sahabat nya sendiri.

Hari-hari berikut nya, hubungan kami bukan hanya sekedar hubungan antara bos dan bawahan. Kami sepakat menjalin kembali hubungan yang sempat putus beberapa tahun lalu. Hidup ku berubah saat itu juga, setiap hari aku selalu punya alasan untuk melakukan lembur bersama sekretaris kesayangan ku. Rosy tak pernah rewel menanyakan banyak hal, perihal keterlambatan ku pulang ke rumah hingga tengah malam.

Tentu saja, karena istri ku juga bekerja. Selain itu, Rosy juga direktur di rumah sakit milik keluarga nya. Rosy adalah anak tunggal, jadi ketika kedua orang tua nya tiada. Dia lah pewaris mutlak keluarga Sanders. Perusahaan yang ku pimpin pun, adalah milik keluarga nya. Namun aku tak perlu khawatir, diam-diam aku sudah membangun perusahaan ku sendiri tanpa sepengetahuan Rosy. Tentu saja dari uang perusahaan yang ku selip sedikit demi sedikit dalam anggaran pengeluaran perusahaan.

Kini setahun sudah hubungan ku dengan Sindy berjalan, cinta ku pada nya semakin bertambah. Meski begitu, hubungan ku dengan Rosy berjalan damai seolah kami adalah pasangan yang berbahagia. Di setiap momen, kami selalu terlihat mesra. Walau aku tau, itu menyakiti hati kekasih gelap ku. Namun perusahaan ku masih belum cukup kuat untuk berdiri sendiri. Aku masih harus ekstra dalam melobi para penanam saham agar mau menginvestasikan uang mereka pada perusahaan ku.

Perusahaan yang ku bangun adalah perusahaan manufaktur di bidang tekstil dan garmen. Tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Selain itu, perusahaan di bidang ini membutuhkan banyak sekali tenaga kerja. Itu lah kenapa aku masih mempertahankan Rosy di sisi ku. Aku masih membutuhkan aliran dana dari perusahaan istri ku itu. Terbersit rasa bersalah di hati ku, Rosy adalah wanita baik hati. Hidup keluarga ku berubah drastis setelah aku menikah dengan nya.

Namun sayang, cinta di hati ku tak kunjung bersemi untuk istri ku itu. Apa lagi kini Sindy kembali hadir dalam hidup ku. Gejolak masa remaja ku seperti hidup kembali. Aku harus memberi kan banyak alasan soal hubungan ranjang kami yang selama setahun ini mulai jarang kami lakukan. Dan sekali lagi, Rosy menerima nya tanpa banyak bertanya dan menuntut.

Hasrat ku memudar pada Rosy setelah aku di suguh kan oleh lembah kenikmatan kekasih gelap ku. Walau aku sedikit terkejut saat mengetahui jika Sindy sudah tidak virgin lagi. Namun alasan nya masih bisa aku terima. Wanita ku itu telah di perkosa oleh preman jalanan saat diri nya pulang bekerja malam hari. Aku sedih mendengar kisah pilu yang Sindy alami. Walau terbersit rasa kecewa di hati ku. Namun itu bukan kehendak nya.

Hingga seminggu yang lalu, Rosy memberikan kotak kado berukuran sedang pada ku saat kami tengah duduk santai di ruang keluarga. Aku tersenyum lebar kala itu, ku pikir hadiah-hadiah mahal seperti sebelum nya. Biasa nya aku akan menjual nya lalu uang nya ku berikan pada Sindy. Jadi aku tidak harus selalu memangkas dana perusahaan untuk wanita kesayangan ku itu.

Bisa di katakan aku pria brengsek, tapi itulah aku. Hati tak dapat di paksakan, bukan? Kebahagiaan ku adalah Sindy, pohon uang ku adalah Rosy. Kedua wanita itu mempunyai peran masing-masing di dalam hidup ku. Tentu saja peran Sindy yang paling dominan, karena aku mencintai wanita itu.

Kembali pada kotak kado, aku membuka nya dengan perasaan senang. Sudah ku bayang kan hadiah di dalam nya, pasti harga nya tidak lah main-main. Namun aku sedikit tercengang, saat melihat sebuah amplop coklat di dalam nya. Kening ku mengernyit dalam.

Ku tatap wajah teduh namun memiliki garis tegas istriku nampak tersenyum simpul. Pikiran ku mulai berkecamuk. Tidak mungkin jika Rosy tengah memberikan kejutan tentang kabar kehamilan nya. Walau dulu aku sangat menginginkan Rosy mengandung anak ku. Dengan begitu aku bisa memanfaatkan anak ku untuk mengambil alih semua aset istri ku kelak.

Namun kehadiran Sindy merubah rencana ku, cukup perusahaan yang ku bangun dan sudah berjalan selama satu tahun ini. Aku ingin hidup tenang bersama Sindy tanpa gangguan dari Rosy kelak. Aku tak mau Rosy memanfaatkan anak kami sebagai alasan untuk merecoki kehidupan tenang ku dengan Sindy.

Senyum Rosy mengisyaratkan aku untuk segera membuka amplop coklat tersebut. Tangan ku sedikit berkeringat. Aku takut apa yang aku pikirkan benar-benar terjadi. Setelah ujung amplop aku gunting. Aku kembali di buat tercengang.

Dapat ku lihat jika itu adalah beberapa lembar foto meski belum aku keluar kan. Dengan sedikit terheran aku merogoh foto-foto tersebut. Saat aku melihat lembar pertama, mata ku melotot sempurna. Nafas ku tercekat, ku tatap kembali netra istri ku tak menunjukkan ekspresi apapun. Aku semakin cemas, belum lagi ibu ku tiba-tiba datang di saat yang tak tepat. Apa lagi jika bukan untuk meminta uang pada istri ku.

"Apa-apaan ini, Rosy!" Ku tinggi kan suaraku untuk menyanggah agar terlihat aku seperti seorang korban fitnah keji. Istri ku masih belum bereaksi. Kembali ku fokus kan netra ku pada lembaran foto di tangan ku dengan perasaan tak karuan. Aku lebih suka jika Rosy berteriak dan memaki ku. Aku akan punya alasan untuk berdalih lebih dalam.

Ku buka lembar demi lembar foto yang tengah ku pegang. Tangan ku bergetar hebat, deru nafas ku mulai tak teratur. Ku letakkan kembali foto-foto laknat itu ke atas meja. Ku coba menilik sekali lagi raut wajah Rosy yang masih bergeming.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!