Setelah membiarkan sang sahabat merenung dan mulai terlihat tenang. Evan akhirnya mulai angkat bicara. "Katakan masalah mu padaku. Apa kau lupa akulah sahabatmu yang paling dekat. Kau bahkan sering berbagi cerita padaku tentang kekasih monyet mu saat remaja. Aku rasa, telinga ku masih mampu untuk mendengarkan beberapa kisah lain tentang mu." Evan mencoba sedikit berseloroh tentang masa lalu sahabat nya.
Harland menatap Evan dengan tatapan yang sukar di pahami. "Mau tau Van, cinta dan kebodohan itu beda nya setipis kertas. Ku pikir Sindy adalah cinta sejati ku, ku pacari walau hati ku masih meragu dan belum bisa menerima sepenuhnya. Hingga akhirnya benar-benar ku cintai dengan sepenuh hati sebagai cinta pertama ku. Ku toreh luka pada gadis yang sejak awal pertemuan, ku taksir hingga rela pulang dengan berjalan kaki karena lupa membawa dompet. Lagi-lagi kehadiran Sindy mampu menyingkirkan setitik perasaan yang mulai tumbuh itu. Kemudian Tuhan membawa ku kembali pada gadis yang sama yang dulu sempat ku sukai. Namun lagi-lagi aku kembali menorehkan luka yang teramat sangat dalam di hati nya. Dan lagi-lagi, aku mengulang luka itu dengan wanita yang sama. Kini dia sudah pergi, benar-benar pergi Van..." Lirih Harland tertawa miris dengan air mata yang mengalir tanpa permisi.
Harland benar-benar terlihat sangat menyedihkan.
Evan menatap nanar sahabat nya, hati nya terenyuh oleh kalimat menyedihkan sang sahabat. Namun tak bisa berbuat apa-apa.
"Jadi, katakan.. kebodohan mana lagi yang belum pernah ku lakukan Van..?" Harland melanjutkan kalimat yang terdengar semakin menyedihkan.
"Kau belum pernah mencoba menyelami isi hati mu sendiri, rasa suka mu pada Rosy. Tanpa kau sadari, adalah reaksi dari rasa cinta pertama mu. Kau bodoh karena telah mengabaikan nya begitu saja. Hanya demi orang baru yang kau kenali berdasarkan sebuah benda. Yang siapa saja bisa memiliki nya..." Harland tertegun.
Benar. Kenapa dia bisa sebodoh itu, mengklaim Sindy sebagai cinta sejati nya hanya karena sebuah kalung yang bisa di miliki oleh siapa saja. Kini Harland benar-benar berada di puncak kebodohan yang mutlak tak tertandingi.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
"Ma, Hany mau ke minimarket dulu. Mama mau nitip sesuatu tidak? Biar sekalian Hany belikan..." Tawar Hany menatap manik lelah sang ibu dengan perasaan sedih.
"Tidak ada, beli saja makanan ringan untuk mu. Roti atau semacamnya, kau selalu susah tidur di tempat seperti ini." Wina membalas dengan senyuman yang dipaksakan. Kondisi suami nya belum bisa di bilang membaik. Tekanan darah nya yang masih tinggi, memicu kinerja jantung nya menjadi tidak stabil.
"Ya sudah, Hany pamit ke bawah dulu ma.."
Sepergi nya Hany, Wina kembali larut dalam pikiran nya sendiri. Otak tua nya di paksa berpikir keras meski dia sendiri ingin menolak tegas.
"Bu..maaf, bukan maksud apa-apa. Ini ada rendang daging di kirimi menantu saya dari rumah. Kebetulan kemarin ada syukuran ulang tahun cucu pertama saya. Jadi ya, ini..rendang buatan kemarin sih, kalau ibu tidak keberatan menerima nya." Ujar seorang wanita paruh baya menyela lamunan Wina. Wanita itu menatap dengan tatapan tak enak hati.
"Ah? Maaf bu, saya jadi melamun.. terimakasih banyak bu, tentu saja saya menerima nya. Terimakasih banyak loh bu, saya yang jadi tidak enak hati sudah di kasih berkat sebanyak ini." Tangan Wina terulur menyambut plastik putih berukuran lumayan tersebut dengan senyum ramah. Ada dua bungkus nasi, dua plastik gula berisi rendang yang memang sengaja di pisah kan dari nasi. Ada sekantung kecil kerupuk juga ada acar dalam plastik klip tanggung. Semua seperti memang sudah di buat khusus untuk mereka, atau hanya perasaan nya saja yang belakangan ini gampang sekali baper.
"Tidak banyak bu, hanya sekedar nya saja. Itu pun di masak kemarin, menantu saya yang masak sendiri. Semoga cocok di lidah ibu sama..."
"Hany. Anak tunggal saya." Deg!
Ada hati yang mencelos sakit, terluka namun tak berdarah. Di balik pintu yang sedikit terbuka, Harland menekan dada nya yang terasa sesak. Ibu nya benar-benar sudah menganggap nya tiada. Sungguh rasa sakit nya menembus hingga batas nadi. Tak ingin membuat sang ibu semakin membenci nya, Harland memutuskan untuk pergi. Dia baru saja akan memberikan uang, untuk pegangan sang adik selama di rumah sakit. Karena rekening kedua orang tua nya telah di tutup, dan di alihkan atas nama sang adik sebagai ahli waris yang menerima dana pensiunan sang ayah.
Sangat sulit berbicara dengan adik nya, terutama Hany sudah sangat menyayangi Rosy seperti kakak kandung nya sendiri. Gadis kecil nya itu menyimpan kekecewaan yang tak terucap, namun cukup dalam dan tak mampu lagi untuk Harland selami.
Di ujung lorong, Hany menatap jengah pada sang kakak yang kini juga tengah menatap nya penuh kerinduan yang tertahan. Langkah tegas Hany nampak angkuh melewati sang kakak begitu saja. Hingga tangan kokoh menangkap pergelangan tangan nya cukup kuat.
Tatapan Hany menyiratkan ketidaksukaan nya, akan sikap Harland yang bagi nya sangat lancang.
"Bisa kah anda melepas kan tangan saya, tuan Harland yang terhormat. Kita tidak saling mengenal, jadi bersikap lah selayaknya orang asing!" Desis Hany menekan setiap kalimat nya dengan wajah penuh amarah.
Mata Harland berkaca-kaca, menahan tetesan air mata yang sudah menggenang di pelupuk mata nya. Di tatapnya sorot mata penuh kebencian di hadapan nya dengan hati penuh luka.
"Hany..maafkan kakak..."
"Hentikan! Jangan mengatakan apa pun lagi! Menjauh lah dari kehidupan kami, dan uruslah istri ja*l*ang mu itu dengan benar! Kami sudah bukan keluarga mu lagi, jadi jangan pernah menampakkan wajah anda lagi di hadapan kami. Kau hanya Harland, tanpa nama ayah ku lagi di belakang nama mu. Menjauh lah, karena melihat mu hanya akan menambah luka di hati kedua orang tua ku." Hany menghempas kan tangan sang kakak lalu bergegas meninggalkan pria malang itu.
Di ujung lorong, Hany buru-buru masuk ke dalam toilet umum. Tujuan nya hanya satu, menumpahkan segala kesedihan juga rasa marahnya pada sang kakak. Sebenci apapun Hany, hati nya terselip rasa sakit karena bersikap buruk pada kakak nya sendiri.
Sedangkan Harland masih mematung, terngiang ucapan sang adik seperti sebuah rekaman yang terus berputar ulang di kepala nya. Dia tak menyangka reaksi Hany akan seperti ini, memperlihatkan sisi lain dari sang adik yang selama ini tak pernah di lihat nya. Sebesar itu kah pengaruh seorang Rosy dalam kehidupan keluarga nya.
Harland menjatuhkan tubuhnya ke lantai dingin dan keras dengan harapan yang sudah pupus. Keluarga nya benar-benar membenci nya sangat dalam.
Setelah puas menumpahkan tangisan nya, Hany membasuh wajah nya agar tak terlihat oleh sang ibu. Setiap berhadapan dengan sang kakak, membuat hati nya kembali berdenyut sakit. Bayangan rasa sakit yang di rasakan oleh sang mantan kakak ipar nya, seperti ada belati tajam yang menggores ulu hati nya.
Sedangkan Harland berjalan gontai menuju parkiran. Dia memutuskan untuk pulang ke apartemen yang baru saja di sewa nya dari seorang teman. Harland bahkan lupa pada istri tercinta nya, Sindy. Yang kini entah bagaimana kabar nya. Wanita itu pasti marah besar pada nya karena merasa di abaikan. Harland tersenyum kecut. Dulu wanita itu adalah prioritas nya, hingga rela membohongi Rosy berkali-kali tanpa belas kasih.
Kini Sindy menjadi wanita yang paling Harland hindari. Wanita yang menggores kan luka terdalam di hati nya. Wanita yang membuat nya kehilangan empati keluarga nya. Wanita yang telah menanam kan pengaruh buruk dalam hidup nya. Namun bodoh nya dia dengan suka rela membiarkan diri nya, terus menerus di bodohi berulang kali oleh wanita yang sama.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 262 Episodes
Comments
Yuli Fitria
Hany 👍
2022-11-04
0
❁︎⃞⃟ʂ𝕬𝖋⃟⃟⃟⃟🌺 ᴀᷟmdani🎯™
salut dengan ketegasan hany.
2022-10-19
1
auliasiamatir
mantap hany
2022-09-26
1