Harland mengemudi kan mobil nya tak tentu arah. Setelah mendengar kenyataan dari mulut sahabatnya, Harland memilih menenangkan diri di pantai. Pantai yang setahun lalu pernah dia kunjungi bersama dengan Rosy. Ada debar tak biasa saat menatap ombak yang bergulung saling berebut untuk menjadi gulungan tertinggi.
Serasa jiwa nya tertarik keluar untuk meratapi sesal nya yang sudah sangat terlambat. Kini dalam kemelut hati, tanpa di sadari, kedua tangan nya telah mengarah kan laju kendaraan nya kembali pulang, menuju rumah lama nya bersama Rosy. Berharap dapat melihat wanita itu di sana meski hanya dari kejauhan.
Namun setibanya di depan rumah tersebut, Harland di buat tak bisa berkata-kata. Penghuni nya sudah berganti. Secepat itu kah Rosy melepaskan kenangan mereka? Astaga! Bodohnya dia, memang nya kenangan yang mana yang harus di pertahankan di rumah itu. Hanya ada rasa sakit yang pernah dia torehkan sebagai sejarah kelam untuk wanita baik hati seperti Rosy.
Harland tergugu meratapi kebodohan nya. Ada rasa sakit yang sulit untuk di jelaskan, kini dia merasa kan kehilangan luar biasa. Rasa sakit nya sungguh berbeda ketika dirinya di paksa berpisah dari Sindy beberapa tahun yang lalu. Terasa lebih dalam dan menyesakkan jiwa.
Hingga akhirnya Harland memutuskan untuk pulang ke rumah orang tua nya. Mungkin di sana dia akan mendapatkan petunjuk mengenai keberadaan Rosy. Sekaligus ingin memenangkan hati dan pikiran nya yang kini tengah kacau balau.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
"Tuan Harland..? Lama tidak kemari, sibuk sekali ya..sampai lupa sama bibi." Seloroh wanita paruh baya yang kini membukakan pintu untuk Harland.
"Sedikit sibuk bi..lagi pula aku tidak akan mungkin melupakan bibi. Aku juga rindu maka nya aku pulang. Papa sama mama mana bi, kok sepi sekali..." Tanya Harland mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan kedua orang tua nya.
Dengan sedikit ragu, bi Sumi akhirnya mengatakan jika kesehatan tuan besar nya belakangan ini tidak lah baik. Dan sekarang kedua majikan nya itu tengah berada di rumah sakit. Setelah makan siang tadi, Riad merasa kan dada nya seperti tertimpa batu besar. Pria paruh baya itu jatuh tersungkur lalu tak sadar kan diri.
Tubuh Harland melemah seketika. Dengan sedikit gemetar Herland kembali meraih kunci mobilnya menuju rumah sakit, di mana sang ayah tengah di rawat. Pikiran nya kacau, beberapa kali Sindy menelpon nya namun tak dia hirau kan.
"Awas saja jika kau masih berani mengacuhkan ku, akan ku bongkar skandal perselingkuhan kita selama setahun ini. Kita lihat bagaimana kehidupan mu akan ku buat jungkir balik tak berbentuk!" Sindy melempar ponselnya ke sembarang arah, sementara pria yang memeras nya baru saja meminta sejumlah uang tak sedikit meski sudah dia layani dengan tubuh berisi nya.
"Terkutuk kau Rosy! Semua karena mu! Andai kau tak menikah dengan Harland ku, kini hidup ku akan damai bersama nya tanpa gangguan siapa pun! Aarrgghhhh..!!" Sindy, wanita dengan berjuta obsesi. Penuh ambisi dan ego yang tinggi. Kini terjebak situasi tak mengenakan akibat hasil perbuatannya sendiri. Masa lalu nya yang buruk seolah mengejar nya bagai karma tak terlihat. Sisi hati nya menolak rasa bersalah, karena apa yang dia lakukan hanya semata-mata untuk terlepas dari jerat kemiskinan keluarga nya.
Wanita itu tak ingin terkungkung dalam hidup nya yang serba kekurangan. Dia beruntung memiliki tubuh dan wajah yang memiliki nilai jual. Dengan begitu pundi-pundi bisa lebih mudah dia dapat kan.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Sementara di sebuah kota kecil di daerah pegunungan nun jauh dari perkotaan. Seorang wanita tengah menatap hamparan luas samudra tak bertepi. Tangan nya mengelus pelan perut rata nya yang kini telah sedikit membuncit. Senyum kebahagiaan terpancar jelas di wajah teduh nya. Tak peduli sebenci apapun hati nya, anak-anak nya tidak lah bersalah. Dia yang menginginkan kehadiran mereka, dia yang mengupayakan agar sebuah keluarga tidak kehilangan garis keturunan nya. Hati sungguh mulia, meski terluka begitu dalam dan berkali-kali. Namun tidak membuat nya kehilangan sisi nuraninya.
"Tumbuhlah dengan sehat kiddos, mommy akan menanti kalian dengan sabar. Kelak kalian akan mengerti mengapa mommy sangat menginginkan kalian hadir ke dunia ini. Alasan yang akan membuat kalian menghargai makhluk fana yang bernama, wanita. Dari sanalah kalian berasal, para wanita dengan sejuta tekad dan kekuatan luar biasa. Berjanji lah untuk menjadi anak-anak yang membanggakan bagi mommy. Wanita penuh luka hati ini, akan menjaga kalian dengan seluruh jiwa raga." Rosy mengakhiri sesi percakapan singkat nya dari hati ke hati dengan sang buah hati.
Senyum nya kembali memperlihatkan, jika luka itu masih ada, rasa sakit nya masih sama. Tidak ada yang berubah, hanya fisik nya yang kini lebih terlihat berisi, dengan dua nyawa yang bersemayam indah dalam dirinya.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Harland berjalan tergesa-gesa di koridor rumah sakit, tanpa sengaja dia menabrak seorang wanita yang juga terlihat sedang terburu-buru.
Keduanya sama-sama terjatuh dengan posisi terjengkang.
"Maaf kan aku nona..." Harland sejenak menatap dalam manik wanita di hadapan nya itu dengan tatapan mengenang.
"Harland?"
"Ah ya, maaf aku sudah menabrak mu. Mari ku bantu.." dengan sigap Harland membantu sang wanita untuk berdiri, meski dirinya pun tengah menahan kesakitan yang sama.
"Terimakasih Harland," ucap nya tulus.
"Tidak masalah. Ini salahku juga, kau dokter di rumah sakit ini?" Tanya Harland basa basi, jelas saja si wanita bekerja di sana. Untuk apa wanita itu mondar mandir di lorong rumah sakit dengan baju kebesaran nya jika hanya untuk jalan-jalan.
"Ya. Sudah beberapa tahun ini. Apa kabar dirimu? Kau terlihat semakin mempesona, pantas saja Rosy tergila-gila pada mu. Wanita itu bahkan selalu memuji suami nya setiap kali di pojokan atas ketidak hadiran mu di beberapa acara penting rumah sakit. Secinta itu rupanya. Cinta masa kecil yang tak pernah memudar. Kalian sungguh lucu, setelah dewasa kau berpacaran dengan gadis lain, namun akhirnya tetap kembali pada jodoh masa kecil mu." Sania tertawa kecil mengingat sang sahabat yang sudah tiga bulan lebih ini tak berkabar lagi.
Harland seperti tertampar keras berulang kali. Cinta masa kecil, siapa yang di maksud oleh Sania. Bukankah Sindy adalah cinta masa kecilnya, gadis yang telah menukar nyawanya untuk dirinya. Oleh karena itu Harland merasa terikat dengan gadis itu sejak pertama kali mereka kembali bertemu saat ospek hari pertama.
Lalu kenyataan ini telah menampar nya telak hingga tak bersisa. Siapa kah yang harus dia percaya. Sindy istri nya, atau Sania sahabat mantan istri nya. Kepalanya mendadak pusing dan berat, hingga akhirnya dia sadar maksud kedatangan nya ke sana.
"Hmmm.... Sania, aku masih ingin mengobrol banyak dengan mu. Tapi ayah ku sedang sakit dan aku belum menemuinya. Bisakah aku minta nomor ponsel mu? Bukan apa-apa, aku hanya ingin bercerita banyak tentang sedikit kisah ku yang mungkin akan membosankan untuk kau simak nanti." Kekeh Harland menyembunyikan raut wajah penuh kekalutan.
"Baiklah, ini kartu nama ku. Hubungi saja, suami ku pria yang pengertian. Asal kau tak mengatakan jika kau adalah selingkuhan ku. Ku jamin nyawa mu akan baik-baik saja." Balas Sania berseloroh, kemudian memberikan kartu namanya. Harland berucap terimakasih lalu bergegas pergi membawa berjuta fakta baru.
Klek
Semua mata tertuju ke arah pintu ruang rawat di mana Riad di rawat. Hanya kelas 1, bukan VVIP atau minimal VIP. Hati Harland mencelos sakit. Melihat ada dua ranjang pasien dalam satu ruangan. Dulu ayah nya selalu mendapat perawatan terbaik jika sang ayah kembali drop. Kini hanya menempati kelas yang sesuai dengan jaminan kesehatan nya.
"Untuk apa kau kemari? Apa ingin menawarkan bantuan karena keadaan kami yang terlihat menyedihkan?" Sakit! Itulah yang Harland rasakan. Kata-kata sang ibu menusuk hingga ke relung jiwa nya.
"Aku hanya ingin melihat keadaan papa, ma..." Suara lemah Harland tercekat di tenggorokan. Seperti menelan duri. Sesakit itu rasanya.
"Keadaan kami baik-baik saja kak, terlepas dari apa yang papa alami. Ketidakhadiran kakak sedikit mengurangi beban perasaan yang kakak tinggal kan. Sekarang pergilah, jangan menambahkan luka di hati kedua orang tuaku. Mereka tidak seharusnya menanggung luka separah ini di usia yang tak lagi muda. Kakak berhasil menjadi anak durhaka, aku harap kakak bangga dengan pencapaian itu. Pergilah, ruangan ini terlalu sempit untuk menampung satu orang lagi. Kami merasa sesak dengan kehadiran kakak disini." Oh Tuhan! Sungguh Harland ingin meminta agar telinga nya di jahit saja.
Agar tak mendengar bagaimana kata-kata menyakitkan itu keluar dari mulut adik kecil nya. Harland menatap penuh permohonan agar di biarkan tetap tinggal. Namun Wina membuang pandangannya acuh. Begitu pun Hany. Hanya tatapan tak terbaca namun syarat ungkapan rasa kecewa. Itu lah yang Harland lihat di netra sang adik tercinta.
Tatapan nanar Kembali Harland layangkan pada pria paruh baya, yang kini terbaring lemah dengan selang oksigen di hidung nya. Sungguh hatinya seperti di sayat-sayat sembilu.
"Kakak akan pergi.. hubungi kakak kapan pun itu..." Akhirnya Harland mengalahkan ego nya. Pria itu memilih pergi bukan karena dirinya menyerah. Dia akan menyewa apartemen di depan rumah sakit tersebut, agar lebih mudah menjangkau keadaan sang ayah meski harus sembunyi-sembunyi.
Di balik pintu, Harland melepaskan tangis nya. Pria dingin itu kini terlihat lebih rapuh dari seorang wanita yang kehilangan anak nya. Tak peduli bagaimana beberapa pasang mata menatap nya dengan berbagai ekspresi dan celotehan. Harland menumpahkan air matanya tanpa peduli apapun.
Sesakit ini rasanya di abaikan oleh keluarga sendiri, apa kah ini yang Rosy alami dulu. Saat dirinya masih tenggelam dalam pesona seorang Sindy selama satu tahun terakhir. Di abaikan serta di bohongi berkali-kali. Harland membentur kan keningnya ke tembok untuk mengurai sedikit kebodohan nya.
Evan yang tak senagaja melintas segera menenangkan sang sahabat. Lalu membawa pria itu ke ruang praktek nya. Untung saja jam praktek nya sudah usai.
"Minumlah, mungkin bisa sedikit meredam suasana hatimu..." Evan memberikan segelas air putih pada sahabat nya. Rasa iba menelusup dala hati nya, namun dia pun tak bisa membantu banyak. Harland sudah cukup dewasa untuk bisa menyelesaikan masalah rumit nya sendiri. Biar lah sahabat nya itu belajar arti sebuah penyesalan, agar kelak dapat lebih menghargai keberadaan sebelum akhirnya benar-benar kehilangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 262 Episodes
Comments
𝕭'𝐒𝐧𝐨𝐰 ❄
aku suka kata kata adeknya 🤣
2025-03-14
0
Ersa
jadi diagnosa mandul Harland hanha rekayasa Saja ya🤔 utk menghancurkan Harland
2023-01-14
1
Ersa
eh iblis spek wanita nih
2023-01-14
1