Setelah terdiam cukup lama, akhirnya Sindy mulai berkicau kembali. Menjawab pertanyaan ku dengan nada angkuh terasa mencekik leher ku.
"Tentu saja. Aku mendapat kan rekening ku terisi lancar tanpa kendala setiap bulan, dengan nominal yang tak sedikit. Aku harap Harland masih ingat memberi mu sekedar uang saku. Mengingat bagaimana sibuk nya Harland mengisi deposito ku, juga membelikan ku barang-barang mewah lain nya." Sindy kembali berucap dengan nada bangga, seringai penuh kemenangan ku lihat jelas di wajah nya.
Ku rasa kan hati ku mulai sedikit terbakar, segera ku seruput minuman dingin di hadapan ku dengan gaya elegan. Paling tidak aku masih punya harga diri yang cukup untuk membuat diri ku tak terlihat lemah di hadapan Sindy. Pelakor yang merasa diri nya hebat, kini berusaha meruntuhkan pertahanan emosional ku.
Setelah terdiam hampir satu menit, aku mulai mengatur kata-kata yang akan aku ucapkan pada nya. Tak lupa senyum terbaik ku perlihatkan agar Sindy tak merasa di atas awan.
"Apa kau lupa, Sindy...jika perusahaan itu adalah milik ku?" Ku lihat bagaimana Sindy terkesiap mendengar kalimat ku. Mata nya menatap pias ke arah ku.
Aku tersenyum miring penuh kemenangan. "Bahkan jika Harland tidak memberikan ku sepeser pun uang, aku tidak akan mengemis juga sampai kelaparan. Aku cukup mampu memberikan kehidupan mewah untuk diri ku sendiri, juga suami serta keluarga nya. Ah, aku lupa. Aku bahkan mampu menyumbang setiap bulan uang perusahaan untuk memenuhi gaya hidup mu yang tidak sesuai keadaan." Telak! Sindy meremat ujung sendok nya menahan rasa malu dan marah. Harga diri nya serasa terjun bebas tak bersisa hingga ke dasar jurang. Hancur lebur hingga menjadi butiran debu.
"Lihat saja, Rosy. Harland akan menceraikan mu dan menikahi ku. Aku sedang hamil anak nya, dan jangan lupa Harland adalah kekasih ku semenjak kami masih SMA. Harus nya kau sadar diri untuk tidak merebut nya dari ku. Kau lah pengkhianat di antara kita. Kau lah yang menghancur kan hubungan kami, kau menjerat mertua mu yang mata duitan itu dengan kekuasaan mu. Kau sungguh licik, Rosy! Aku tak menyangka wanita berwajah malaikat yang dulu sering menolong ku dari Bullyan di sekolah. Mampu menikam ku dengan kejam." Penuturan panjang Sindy membuat Rosy terkekeh hambar.
Dapat dia lihat tubuh mantan sahabat nya itu sedikit bergetar. Dia tau betapa marah nya Sindy pada nya, ucapan nya menampar telak harga diri wanita itu. Wajah Sindy menunjukkan kemarahan yang begitu besar. Seakan siap mencabik nya dengan garpu yang kini di genggam erat oleh Sindy.
"Bukan kah kau sendiri yang mengatakan, jika uang mampu membeli segala nya? Aku belajar dari mu, aku hanya sekedar merealisasikan apa yang pernah kau ucapkan. Ternyata seindah itu berhasil merampas milik orang lain. Bukan kah sensasi nya menyenangkan?" Balas ku telak memukul kenyataan. Bukan kah kami seri, saling merampas meski dengan tujuan yang berbeda.
Ku lihat Sindy mengepalkan kedua tangannya di atas permukaan meja. Ku tatap nanar wajah wanita yang dulu selalu ku bela saat di bully di sekolah. Wanita yang hampir tak bisa mengikuti ujian karena menunggak uang semester. Wanita yang keluarga nya hampir tak makan dua hari, karena tidak memiliki uang, meski hanya untuk membeli segenggam beras. Aku heran bagaimana bisa aku berkorban begitu banyak untuk wanita ini. Atas nama sebuah persahabatan, aku melakukan banyak hal untuk nya. Juga mengantar nya menjadi sekretaris suami ku dengan harapan kehidupan keluarga nya bisa sedikit terbantu. Lihat lah bagaimana wanita ini membalas nya. Sungguh mencengangkan, bukan? Wanita itu bahkan menantang ku dengan berani dan tanpa rasa bersalah sedikit pun, apa lagi rasa malu. Ingin heran, namun jelas aku tengah berhadapan dengan seorang pelakor handal.
POV end
POV author
Seorang pria tanpa sengaja melihat sebuah pemandangan, yang hampir saja membuat nafas nya berhenti berhembus. Di restoran yang sama, dua orang wanita yang sangat dia kenali tengah duduk dan terlihat sedang terlibat obrolan serius.
Fokus nya mulai terbagi, sementara pertemuan nya baru saja di mulai beberapa menit yang lalu.
"Tuan Harland? Apa anda mendengar persentase ku?" Tegur rekan bisnis Harland yang merasa di abaikan, saat sedang menyampai kan prospek proposal nya.
Harland sedikit terkejut, kening nya tiba-tiba berkeringat dingin. Tangan nya mengalami serangan tremor mendadak dan itu sungguh mengganggu.
"Ah, maaf tuan Mahesa, silah kan lanjut kan..saya hanya sedikit tidak enak badan. Maaf sekali lagi jika fokus saya sedikit terganggu." Terang Harland sedikit gugup. Tangan nya meraih tisu untuk menyeka keringat dingin di kening nya. Namun karena telapak tangan nya basah, tisu tersebut langsung larut dan terpotong. Harland semakin gugup dalam perasaan tak enak pada rekan bisnis nya.
"Jika anda tengah sakit, sebaik nya pertemuan ini kita tunda saja terlebih dahulu tuan Harland. Saya sungguh tidak masalah." Balas Mahesa terlihat khawatir. Wajah pucat Harland memang terlihat seperti orang yang benar-benar sakit. Dan itu membuat nya cemas.
"Oh, tidak apa-apa. Sungguh, lanjut kan saja. Sekarang sudah lebih baik, mungkin jika kita makan terlebih dahulu akan lebih bagus." Tawar Harland berusaha mengalihkan situasi. Tidak mungkin dia membatalkan pertemuan nya hari hari ini. Mahesa adalah pengusaha properti nomor satu di negara ini, dan untuk bertemu dengan nya Harland harus mengantri seperti seorang pengemis.
Dan entah angin keberuntungan dari penjuru mana, yang membawa pria terkaya nomor dua di republik ini menawarkan kerja sama dengan perusahaan kecil nya. Dan kini dia hampir saja mengacau kan nya karena masalah internal rumah tangga.
"Itu terdengar seperti sebuah solusi, anda seperti nya mengidap maag. Seharus nya kita memesan makanan terlebih dahulu tadi. Maaf jika membuat anda sampai kesakitan." Ujar Mahesa merasa bersalah.
"No! Anda tidak salah tuan Mahesa. Ini hanya masalah kecil, aku menderita asam lambung tak biasa dari remaja. Kebiasaan menunda makan, seperti itu lah." Cerita Harland terkekeh pelan. Dia berusaha mencair kan suasana agar terlihat lebih santai.
POV ( Harland)
Jantung ku serasa berhenti berdetak, saat tanpa sengaja ku lihat dua wanita yang sangat aku kenali. Tubuh ku terasa ringan, aku berpegangan erat di pinggir meja untuk menopang beban tubuh ku yang kian berat. Seberat gelayut pikiran yang memaksa ku untuk tetap sadar akan situasi. Ku lihat bagaimana tenang nya istri ku saat melontar kan kalimat yang aku sendiri tak tau apa. Berbeda dengan Sindy yang terlihat begitu gusar, air muka nya terlihat jelas tengah menahan amarah yang besar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 262 Episodes
Comments
Ersa
mulai baca
2023-01-14
1
Be___Mei "Hiatus"
sadarlah Harland, istri lembutmu itu bukan wanita lemah
2022-11-16
0
Be___Mei "Hiatus"
astaga 😖😖 bangga sekali 🙃
2022-11-16
0