Dua wanita tengah duduk di sebuah restoran, saling berhadapan dengan meja sebagai pembatas. Sejak datang hanya beberapa kalimat yang mereka ucap kan menanyakan kabar masing-masing lalu kembali terdiam.
Tenggelam oleh pikiran masing-masing.
"Apa pria brengsek itu sudah memberikan bukti yang kau minta?" Senyum penuh kemenangan terbit sempurna di bibir Rosy.
"Belum. Aku juga belum mendesak nya. Aku masih terlalu sibuk memulihkan kondisi keuangan perusahaan yang di tilap oleh Harland. Dan ya, jangan lupa jika pria brengsek itu adalah putra mama sendiri." Rosy tertawa pelan melihat wajah pias sang mertua.
"Ck! Jika aku bisa menukar nya dengan sepasang anak kambing. Aku akan dengan senang hati melakukan nya." Balas Wina geram. Geram dengan sikap semena-mena sang anak pada menantu kesayangan nya.
Flashback
POV author
"Kenapa harus aku Tante? Harland memiliki banyak teman wanita, lagi pula aku tidak mencintai putra mu itu. Ini pernikahan, bukan sebuah permainan tarik ulur layangan. Yang jika putus dapat di sambung kembali. Aku tak ingin mempermainkan sebuah pernikahan. Maaf, aku menolak nya." Ucap Rosy tegas.
Dokter cantik itu sangat terkejut dengan kedatangan Wina ke mansion nya, wanita paruh baya itu menawarkan sebuah ikatan pernikahan.
Tentu saja Rosy menolak nya dengan tegas. Harland adalah kekasih sahabat nya, itu yang dia ketahui sebelum mereka lulus dan berpisah beberapa tahun ini.
"Tante mohon, Rosy. Demi jalinan persahabatan keluarga tante dan kedua orang tua mu di masa lalu." Wina terus membujuk dengan sedikit paksaan.
"Jika hanya demi sebuah persahabatan, aku tidak bisa tante. Aku bahkan tidak terlalu mengenal Harland dengan baik. Kami tidak sedekat itu untuk menjalin sebuah hubungan, apalagi tiba-tiba menikah." Wina menatap sendu pada gadis muda yang wajah nya begitu menduplikasi wajah cantik sang sahabat.
"Apa kau lupa jika dulu tante lah yang mendonorkan ginjal tante untuk mommy mu, Rosy?" Akhirnya kalimat pamungkas Wina bagai mata kunci, yang membuka kenangan lama. Tentu saja Rosy mengingat nya dengan jelas. Saat itu dirinya sudah berusia 16 tahun.
"Jadi maksud tante, aku telah terikat hutang nyawa pada tante, begitu?" Rosy mulai terpancing namun berusaha untuk tetap tenang seperti biasa nya.
"Tidak. Jika saja kau tak menolak untuk menikah dengan putra ku." Sahut Wina tersenyum miring.
"Berapa harga yang tante ingin kan, untuk ginjal yang sudah tante berikan untuk mommy? Aku akan melunasi hutang nyawa yang telah tante pinjam kan untuk mommy ku. Tapi tidak untuk menikahi pria yang tidak aku cintai." Wina sedikit terkejut dengan kalimat menohok dari mulut Rosy. Dia tak menyangka jika gadis itu akan membahas soal harga untuk satu ginjal nya.
Wina tertawa hambar, ada kegetiran dalam tawa nya namun sulit untuk di jelaskan. Setelah tawa nya mereda, Wina menyeka sudut mata nya yang sedikit berair.
"Harga nya sangat mahal, Rosy. Tante tidak yakin kau akan sanggup untuk membayar nya. Kekayaan keluarga Sanders tidak akan mampu untuk memenuhi semua syarat ku. Untuk itu, kenapa dulu ginjal ku, ku berikan dengan suka rela tanpa meminta imbalan apapun." Papar Wina tersenyum simpul penuh makna.
"Dan tante baru mengingat sekarang, jika mendapat kan sebuah imbalan adalah hal yang sebanding?! Sayang nya, aku tetap tak bisa. Bahkan jika seluruh aset keluarga Sanders tante minta, maka aku akan memberikan nya dengan tanpa keberatan sedikit pun." Kalimat tantangan Rosy membuat Wina mende*sah putus asa. Dia lupa, Rosy adalan keturunan seorang Sanders. Berwatak keras dan sanggup menantang maut jika di perlukan.
Memiliki kepribadian yang teguh dan tak tergoyahkan. Rosy terlalu cerdas untuk dia akali dengan alasan basi. Gadis itu bahkan rela kehilangan harta benda nya demi mempertahankan pendirian nya.
Tangan Wina terlihat turun dan merogoh sesuatu dari dalam tas murahan nya. Keluarga nya hanya keluarga sederhana. Suami nya hanya seorang PNS dengan gaji standar sesuai golongan. Sementara dia memiliki dua orang anak yang butuh banyak biaya. Kesehatan suami nya sedikit menurun belakangan ini dan terancam pensiun dini. Apa lagi saat menyaksikan di depan mata kepala nya sendiri. Bagaimana sang sahabat meregang nyawa dengan cara tak bisa di terima.
3 tahun pasca kepergian kedua sahabat mereka, keadaan suami nya tidak pernah benar-benar baik-baik saja.
Tangan Wina terulur sambil menggenggam sesuatu yang belum Rosy ketahui.
"Tante harap dengan ini kau mau mempertimbangkan permintaan kecil tante ini, nak. Seharus nya tidak perlu sampai seperti ini. Nyata nya gen Sanders terlalu kuat mendominasi ego mu."
Rosy mengerut saat melihat sebuah flashdisk berwarna merah dengan tulisan kecil di atasnya. Seperti sederet angka yang menjelaskan tentang sebuah peristiwa di masa lalu. Di lihat dari tahun yang sudah terlewati dari tahun sekarang.
"Apa ini? Apa semacam surat pernyataan dalam bentuk video, yang menguatkan penyerahan aset-aset keluarga Sanders pada tante..." Todong Rosy memicingkan matanya.
Wina kembali tertawa, tawa yang memiliki banyak makna.
"Kau bisa melihat nya sendiri, Rosy. Tante akan menunggu dengan sabar hingga kau menonton nya sampai tuntas. Meski tante tak yakin, kau mampu untuk melihatnya hingga durasi terakhir. Tante akan terus di sini, mungkin saja kau butuh penjelasan lebih dari apa yang akan kau saksikan nanti." Jawab Wina menatap nanar gadis yang sangat dia kasihi itu.
Dengan malas Rosy menyambung kan flashdisk tersebut ke laptop nya. Tangannya terus menggulirkan kursor hingga terbuka lah sebuah video yang di beri judul nama folder "jangan di buka". Rosy tersenyum lucu membaca nya meski hanya dalam hati. Jika tidak boleh di buka, lalu kenapa sekarang dia di suruh untuk menonton nya.
Dengan sekali klik, video mulai berputar. Rekaman yang terlihat di rekam tanpa sepengetahuan orang yang tengah di rekam. Karena video itu beberapa kali menggelap, bergeser dan bergoyang tak tentu arah. Seperti sedang di sembunyikan dari seseorang.
Menit kedua, iris mata Rosy mulai melebar. Dua orang yang terekam atau sengaja di rekam di dalam video tersebut. Adalah dua orang yang sangat dia kenali.
Tangan nya bergetar, nafas nya memburu menahan sebuah gejolak. Ada kemarahan besar yang tengah dia tahan agar tak meledak saat itu juga.
Gadis yang tengah di rangkul dan merangkul mesra itu adalah sahabat nya. Dan pria tampan itu adalah ayah nya. Kedua nya tengah melakukan check in di sebuah meja resepsionis hotel ternama di kota itu.
Rosy mengepalkan kedua tangannya sekuat mungkin. Hingga tak lama terdengar suara 'krak' dari mouse yang sedang dia genggam. Wina tersentak lalu menoleh ke arah tangan kanan Rosy. Darah segar mengalir deras dari sana, Wina terlihat panik.
"Rosy, nak! Tangan mu terluka.. lepas kan, kau bisa melukai tanganmu lebih dalam." Pinta Wina berusaha melepaskan genggaman tangan Rosy dari mouse. Namun kekuatan Rosy yang tengah di landa kemarahan, tak bisa dia lawan.
Wina berteriak histeris memanggil para pelayan, hingga beberapa pelayan datang dengan tergesa-gesa.
"Tolong bantu aku melepaskan genggaman tangan nona muda kalian..." Titah Wina dengan tubuh bergetar hebat.
Rosy seperti orang tak sadar, mata nya berair dengan tatapan kosong. Sesaat setelah berhasil melepaskan tangan Rosy. Tubuh gadis itu ambruk hingga membentur meja kaca.
Rupanya Rosy syok berat dengan apa yang dia lihat. Ayah yang selalu dia bangga kan tega mengkhianati ibu nya. Dan gadis yang sering dia bawa menginap di rumah nya, yang di perlakukan baik oleh ibunya. Tega menusuk nya dari belakang tanpa perasaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 262 Episodes
Comments
𝕭'𝐒𝐧𝐨𝐰 ❄
bener bener pelakor kelas tinggi nih temen lahnat
2025-03-14
0
Siti Fajar Herlina
Astoge, Sindy tega nya menikam dari blkg..
Lanjut..
2023-02-07
0
Ersa
Sindy pelakor abadi
2023-01-14
1