"Lihatlah akibat perbuatan mu ja*l*ang sialan..!!" Teriak Sanders marah. Sindy meraih dress nya lalu memakai nya asal. Wanita itu berjalan dengan kaki bergetar ke arah Ben Sanders.
"Maafkan aku daddy...aku hanya kesepian, aku butuh belaian mu tapi kau lebih memilih bersama keluarga mu tanpa peduli padaku dan anak kita." Sindy terisak ketakutan, sementara Wily sudah otw menuju neraka.
Ben Sanders menepis tangan Sindy dengan begitu keras, hingga membuat wanita itu terhempas ke lantai. Darah segar mengucur deras dari kedua kakinya. Sanders sejenak terkejut, dengan segera pria itu mengangkat tubuh lemah Sindy membawa nya menuju mobil.
Dalam perjalanan Sindy terus merintih kesakitan, Ben yang panik pun melaju kan mobil nya dengan kecepatan tinggi. Hingga di sebuah tikungan yang menukik dan sedikit menanjak, sebuah bus pariwisata yang juga tengah melaju kencang tak dapat menghindari mobil Ben yang memang memakan area jalur nya. Tabrakan tak dapat di elak kan. Ben dan Sindy di bawa ke rumah sakit terdekat. Namun nyawa Sanders tak tertolong setelah sempat melakukan operasi darurat.
Sementara Sindy mengalami koma, dan bayi nya juga ikut menyusul sang ayah kandung menuju akhirat. Berita kecelakaan tersebut segera tersebar di seluruh media. Robin lah yang membereskan kekacauan yang dilakukan oleh tuan nya, sekaligus yang memakamkan jasad Wily dengan layak. Wily di katakan meninggal dalam mobil yang sama dengan tuan nya, sehingga keluarga tidak ada yang curiga. Sementara Sindy di biarkan dalam perawatan medis di Bandung hingga tiga bulan lamanya.
Namun sayang wanita serakah itu masih belum belajar dari masa lalu, setelah pulih sempurna dua tahun kemudian. Sindy kembali ke Jakarta dengan sebuah misi baru. Yaitu merebut Harland dari sisi Rosy. Gayung bersambut, ternyata Rosy lah yang lebih dulu menawarkan nya pekerjaan. Memberinya celah untuk masuk dan menghancurkan pernikahan sang mantan sahabat sekaligus anak tirinya.
Setahun menjalin hubungan dengan Harland tak membuat nya berubah, kebiasaan membuka lebar kedua paha nya seperti sudah menjadi sebuah kebiasaan yang sulit untuk di hilangkan.
Hingga akhirnya Sindy kembali mengandung, hatinya senang karena bisa mengikat Harland lebih jauh. Namun dia mendadak ragu, anak siapakah yang tengah dia kandung. Tak ingin pusing, Sindy cukup mengatakan jika dirinya tengah mengandung anak Harland maka semua urusan selesai.
Harland pun percaya begitu saja, dan menyambut kehamilan Sindy dengan hati suka cita. Sindy menang sekali lagi, namun dia tidak tau apa yang tengah menanti nya di depan. Sebuah kenyataan yang mampu membuat nafas nya berhenti berembus.
Flashback end
Klek
Harland masuk dengan gontai, penampilan nya acak-acakan. Sindy yang baru saja akan melempar kan kemarahan, terhenti sejenak.
"Ada apa dengan mu, kenapa kau tidak mengangkat panggilan ku tadi? Apa sesibuk itu bekerja di dua perusahaan sekaligus!" Ketus Sindy tak tau waktu dan situasi. Harland melirik sekilas ke arah kekasih nya kemudian membuang pandangannya.
"Hei! Aku sedang bertanya!" Seru Sindy masih belum sadar jika dia akan memancing singa yang sedang kelaparan.
Tak terima di bentak, Harland pun balas membentak. "Bisa tidak jangan berteriak padaku! Aku bahkan baru sampai, seharusnya kau melayani ku dengan benar! Aku ini lelah Sindy, mengertilah..." Ujar Harland melemah di akhir kalimat nya. Terdengar begitu putus asa.
Sindu tercengang, ini kali pertama nya Harland membentak nya. Dan terlihat sangat menakutkan.
"Ma_maaf sayang. Aku hanya mencemaskan ku seharian ini tanpa kabar. Kau tau aku sedang hamil, wanita hamil itu sensitif. Aku sangat merindukan mu hari ini, aku bahkan belum makan seharian karena sangat ingin makan bersama mu..." Sindu terisak begitu pilu, wanita itu terduduk di ujung sofa sambil menutupi wajah nya dengan telapak tangan nya.
Harland menghela nafas panjang, dia lelah. Sindy sudah membuat mood nya semakin memburuk. Namun wanita itu terlihat begitu rapuh disaat bersamaan. Hati nya lemah jika melihat wanita yang di cintai nya itu menangis.
"Maaf kan aku sayang, kemari lah dan peluk aku. Aku juga merindukan mu..." Harland merentangkan satu tangan nya ke arah Sindy. Sindy pun tersenyum lalu beranjak dan duduk di atas pangkuan sang kekasih.
"Maaf kan aku juga, aku sangat sensitif belakangan ini...maaf jika aku menyebalkan.." ujar Sindy merapikan rambut Harland yang terlihat berantakan.
"Tidak apa-apa, harus nya aku mengerti. Jika wanita hamil pasti sedikit moody. Bagaimana kabar baby, apa dia menginginkan sesuatu hari ini?" Harland mengelus perut Sindy yang sedikit membuncit.
"Dia ingin di jenguk oleh daddy nya..." Ucap Sindy berbisik sensual di telinga Harland. Semenjak tau dirinya hamil, Harland tidak lagi menyentuh nya. Dengan alasan takut akan melukai calon anaknya. Untuk itu Sindy sering melakukan nya dengan pria manapun yang bisa memuaskan hasrat nya.
"Katakan jika daddy nya tak ingin membuat nya terguncang dan terluka. Kita akan melakukan nya kurang sebulan lagi. Tunggu genap tiga bulan, aku baru berani menyentuh mu sayang. Bersabarlah. Bukan kan aku masih bisa memuaskan mu dengan cara lain?" Goda Harland membuat Sindy jengah. Namun sebisa mungkin dirinya memperlihatkan wajah merona dihadapan kekasih nya itu.
"Kalau begitu aku mau sekarang, semenjak mengandung, hasrat ku menjadi berkali-kali lipat." Lirih Sindy benar ada nya.
Harland tersenyum senang, paling tidak dengan pelepasan, bisa sedikit mengurangi stress nya. Harland menggendong Sindy menuju kamar mereka, sepanjang menuju kamar. Sindy membuka kancing kemeja kekasih nya dengan tergesa.
Hempasan ringan tubuh Sindy di atas kasur membuat wanita itu dengan sigap melepaskan apa pun yang menempel di tubuhnya. Begitu pun Harland, kedua sama-sama polos seperti bayi tak berdosa. Adegan raba-meraba mulai terjadi, Harland memejamkan kedua matanya dengan sempurna. Saat Sindy mulai bermain dengan junior di bawah sana. Hingga beberapa menit kemudian, erangan panjang Harland terdengar memenuhi kamar tersebut.
Kini giliran Harland yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan batin Sindy. Bermain di area lembab tersebut dengan begitu bersemangat, terbersit rasa ingin menggagahi sang kekasih hampir menguasai pikiran nya. Namun teringat jika kandungan wanita itu sedikit lemah, Harland urung dan kembali menahan. Setelah Sindy mencapai puncak nya, kedua tertidur dalam posisi berpelukan.
Sejenak Harland melupakan masalah yang baru saja menimpa nya.
Pagi datang, kedua insan bertabur sisa peluh dan cairan dosa tersebut terbangun sedikit kesiangan.
"Kau tidak ke kantor hari ini sayang?" Ujar Sindy dengan suara serak khas orang bangun tidur.
"Tidak. Aku bos nya, lagi pula itu perusahaan ku. Aku bisa sedikit bersantai. Beban ku sudah berkurang, perusahaan Sanders sudah kembali pada pemilik nya." Cerita Harland membuat Sindy terkejut. Artinya aliran dananya akan berkurang dari biasanya.
"Kenapa secepat itu kau serah kan sayang? Apa kau tak memikirkan anak kita, bagaimana nasibnya nanti jika hanya mengandalkan perusahaan kecil mu itu. Untuk memenuhi kebutuhanku saja belum tentu sama besar nya seperti kemarin." Omel Sindy kesal.
Harland sedikit mendorong tubuh kekasihnya, dia tersinggung dengan ucapan Sindy yang terkesan meremehkan kemampuan nya.
"Aku masih bisa memenuhi kebutuhan mu berikut anak kita kelak. Jadi jangan pernah sesekali meremehkan perusahaan ku. Lagi pula sudah banyak uang aku tabung di rekening mu jika saja perusahaan ku mengalami masalah. Itu lebih dari cukup untuk kita menganggur selama 5 tahun." Sindy meneguk ludah nya susah payah.
Uang mana lagi yang masih tersimpan di rekening nya. Semua sudah habis untuk dia gunakan membayar beberapa pria untuk menyirami lahan basahnya. Juga untuk dana tutup mulut pria yang kini tengah merecoki ketenangan hidup nya.
"Kenapa kau diam? Jangan bilang uang itu sudah tidak ada lagi.." tebak Harland terlihat was-was.
"Ku pikir kau memberikan nya khusus untuk ku gunakan. Jadi aku menggunakan nya untuk bersenang-senang bersama teman-teman ku, berbelanja dan ke salon." Ujar Sindy tanpa dosa. Harland mengusap wajahnya kasar. 1 triliun lebih, dan semuanya habis hanya dalam waktu beberapa bulan. Apa saja yang wanita itu beli, dia tak melihat sesuatu yang begitu berharga selain tas, sepatu dan pakaian Sindy yang memang bermerek.
Namun dia juga memberikan uang lain untuk kebutuhan itu, dia ingat Sindy selalu meneror nya jika ingin membeli barang-barang tersebut. Lalu kemana uang itu pergi.
"Astaga! Sindy! 1 triliun lebih dan kau habis kan begitu saja! Apa otak mu sudah tidak waras! Aku memberimu uang lain khusus untuk berbelanja bukan? Lalu kemana semua uang itu Sindy! Katakan!!" Emosi Harland mulai tersulut. Keuangan perusahaan nya masih belum begitu stabil, kini uang hasil jerih payahnya menilap dana perusahaan Rosy juga raib tak berarti.
"Kenapa kau marah? Wajar kan aku menggunakan uang kekasih ku sendiri, kenapa kau jadi perhitungkan dengan ku sekarang, hah!!" Sindy pun tak mau kalah. Emosi nya meluap-luap seolah Harland lah yang menghabiskan uangnya.
Tak ingin melanjutkan keributan, Harland memilih menyegarkan diri dengan berendam. Otak nya memanas, semakin ke sini hubungan nya semakin terasa tak sehat. Sindy banyak berubah, wanita itu hanya akan berbicara tentang uang dan uang.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 262 Episodes
Comments
Keyboard Harapan
hay kakak, hadir kembali nih menyapa kaka. tetap semangat
2023-05-06
0
Ersa
nikmatin kepuyengan hidup mu Harland...ntar pelan2 karmanya lagi dipaketin Rosy, tunggu ya
2023-01-14
1
ᴍ֟፝ᴀʜ ᴇ •
cindy bener2 yah🥺🥱
2022-10-27
1