Bab 14

"Keluarga pasien?" ucap sang dokter begitu keluar dari ruangan.

"Saya, Dok. Bagaimana keadaan anak kami?" tanya pak Sena khawatir.

"Maaf, Pak. Putri bapak harus dilakukan scanning. Peralatan medis kami belum lengkap. Putri bapak harus dirujuk ke rumah sakit yang lebih lengkap. Kami menunggu persetujuan dari bapak," jelas sang dokter.

"Dirujuk kemana, Dok?"

"Ke rumah sakit Panti Rapih, di sana peralatan medis sudah lengkap. Jadi bisa langsung ditangani, jika di sini kami takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Bisa saja nanti terjadi komplikasi jika terlambat ditangani," jawab dokter yang bernama asli R.M. Herman.

Akhirnya Shanum dirujuk ke rumah sakit yang terkenal di kota gudeg itu.

"Nak Bumi, terima kasih sudah mau menemani Shanum," ucap bu Lelly sembari menyeka air matanya.

Tangis bu Lelly pecah, begitu mendengar kabar anak kesayangannya mengalami kecelakaan. Pak Arsena sudah berulang kali menghiburnya, namun air mata bu Lelly tidak berhenti menetes.

"Jangan berterima kasih Tante, ini salah Bumi. Bumi tidak bisa melindungi Shanum," sahut Bumi menunduk, menutupi kesedihannya.

Laki-laki remaja yang hendak meneruskan sekolahnya SMA Kolese De Britto itu, tampak menyesal atas kejadian ini.

"Maksud Nak Bumi?" tanya bu Lelly penasaran.

"Saya tidak bisa mengingatkan Shanum, jika ada motor dengan kecepatan tinggi dari arah kiri. Saya hanya diam melihat saja," jawab Bumi sendu. Tampak kesedihan di raut wajahnya.

Bu Lelly tersenyum mendengar jawaban dari anak relasi bisnis suaminya itu. Tangan bu Lelly terulur menepuk pundak Bumi pelan.

"Itu bukan salah kamu. Memang inilah yang harus terjadi pada Shanum. Kamu tidak usah merasa bersalah ataupun menyesal. Kita do'akan saja, semoga Shanum lekas sadar dan sembuh," ucap bu Lelly lembut, tangannya masih menepuk pelan bahu Bumi.

Shanum akhirnya dibawa ke rumah sakit Panti Rapih, untuk menjalani serangkaian perawatan dan pengobatan di sana.

Sudah enam jam Shanum belum sadarkan diri sejak terjadinya kecelakaan. Kata dokter lukanya tidak dalam, hanya saja bagian dalam kepalanya mengalami sedikit masalah.

Shanum mengalami intracranial hematoma (ICH) yaitu terjadi gumpalan darah di dalam atau sekitar otak. Shanum tidak harus menjalani operasi, cukup mengkonsumsi obat dan tidak boleh banyak bergerak, terutama kepala.

Agar peredaran darahnya lancar hingga kepala, Shanum dilarang menggunakan bantal. Posisi badan dan kepala harus sejajar, atau kepala tidak boleh lebih tinggi dari badan. Oleh karena itu, Shanum tidak diperkenankan duduk apalagi berdiri jika tersadar nanti.

Shanum tersadar saat malam menyapa. Kepalanya terasa berat untuk digerakkan. Di ruangan rawat inapnya, sudah penuh oleh keluarganya.

"Kamu sudah sadar, Nduk? Mau minum?" cerca bu Lelly penuh perhatian.

Shanum hanya mengedipkan mata karena kepalanya sangat pusing.

Bu Lelly langsung menyodorkan gelas yang berisi air minum. Tak lupa memasangkan pipet untuk mempermudah Shanum minum.

"Jangan banyak gerak dulu! Kamu mau makan sekarang? Ibu suapin ya?" ucap bu Lelly lagi, tapi dijawab dengan gelengan kepala lemah.

Tidak hanya pak Sena dan bu Lelly, Mutia dan pak Yanto pun berada di sana. Bahkan kakak pertamanya juga berada di kamar itu.

Pak Yanto pun berjalan mendekati anak bungsunya.

"Nduk, bagaimana? Apa yang kamu rasakan saat ini?" tanya pak Yanto begitu sudah dekat dengan anaknya.

Shanum hanya menggeleng lemah, kepalanya benar-benar berat digerakkan. Kepalanya terus berdenyut nyeri. Bahkan untuk berbicara saja rasanya sakit. Akhirnya Shanum pun memilih memejamkan matanya kembali.

🌼

Dua Minggu sudah berlalu, Shanum masih dirawat di rumah sakit. Dia belum diijinkan pulang karena belum dinyatakan sembuh. Shanum masih sering mengeluh sakit kepala, selain itu dia tidak bisa menggunakan lampu terang.

Setiap kali melihat cahaya terang, matanya susah dibuka karena kepalanya langsung berdenyut hebat. Bahkan setiap kali dokter memeriksa dengan mendekatkan telunjuk ke wajahnya, mata Shanum langsung terpejam dan merasakan sakit kepalanya.

Siang ini Shanum kedatangan tamu yang tidak disangka. Pak Wardhana beserta anak istrinya datang menjenguk Shanum.

"Hai, Shanum! Bagaimana sekarang, sudah mendingan belum?" tanya Satria sok akrab.

Sedangkan Bumi hanya diam menatap Shanum. Sebenarnya ada yang ingin dia tanyakan, namun diurungkannya.

Shanum hanya menjawab pertanyaan Satria dengan senyum. Hal ini dikarenakan Shanum tidak begitu dekat dengan Satria ataupun Bumi. Selain itu, Shanum juga belum diijinkan duduk. Baru belajar menggunakan bantal yang tipis.

"Jeng, maaf ya. Baru bisa besuk. Toko nggak ada yang jaga karena sebagian karyawan ambil cuti. Jadi nunggu mereka masuk baru bisa ke sini," ucap istri pak Wardhana.

"Tidak apa-apa! Kami maklum kok, jenengan 'kan mengelola toko sendiri. Beda dengan kami yang semuanya membayar orang untuk menjalankan usaha," jawab bu Lelly sembari tersenyum.

Pak Wardhana membuka usaha toko kain di kota itu. Toko kain terbesar dan terlengkap yang ada di kota mereka. Usaha meubel pak Arsena menggunakan kain khusus sebagai bahan pokok untuk sofa, yang dipasok oleh pak Wardana. Oleh karena itu, wajar jika keduanya akrab.

Pak Wardhana juga donatur di yayasan dimana pak Arsena sebagai pengurusnya. Bukan hanya pengurus namun juga sebagai kepala sekolah.

Saat istri pak Wardhana dan bu Lelly ngobrol di sofa yang ada di ruangan itu, Satria mulai menjalankan aksinya. Tebar pesona pada gadis remaja yang membuatnya tertarik. Satria tertarik pada Shanum karena selalu diacuhkan oleh Shanum.

Berbeda dengan sang kakak, Bumi tertarik pada Shanum karena baginya Shanum itu menggemaskan. Selain mereka memiliki kesamaan, cuek pada keadaan sekitar.

"Maaf, kakak-kakak sekalian. Kepala Shanum sakit, ngantuk juga. Shanum mau tidur, boleh?" ucap Shanum saat Satria ingin mengajaknya ngobrol.

Bumi tampak menahan tawa melihat ekspresi wajah sang kakak. Satria nampak kecewa karena usahanya untuk tebar pesona gagal. Shanum tiba-tiba memejamkan mata tanpa menunggu jawaban dari Satria.

Bumi memilih keluar ruangan dari pada melihat wajah pucat sang pujaan hati. Bumi diam-diam menaruh hati pada adik kelasnya itu. Namun, dia tidak ingin ada yang tahu.

Surat yang ditulisnya membuat celaka Shanum, sehingga Bumi memutuskan untuk memendam rasa itu sendiri.

*Hai Shanum,

Ada yang mau aku bicarakan sama kamu, aku tunggu kamu besok sepulang sekolah. Di tempat biasanya kamu menyendiri di sudut sekolah ini.

Jangan lupa ya!

Pengagummu*

Isi surat singkat itu telah membuat pikiran Shanum kacau dan akhirnya terjadi kecelakaan.

Memang tidak ada yang tahu siapa pengirim surat tersebut. Namun, Shanum mengetahuinya. Siapa lagi laki-laki yang sering bertemu dengannya di depan Goa Maria, selain Bumi.

Itulah kenapa Shanum lebih memilih memejamkan matanya. Dia belum sanggup bertemu dengan pengagum rahasianya itu. Apalagi melihat tingkah Satria yang terus merayunya. Shanum sungguh tidak ingin terjadi masalah nantinya, jika dekat dengan kedua kakak adik itu, maupun salah satu dari mereka.

Terpopuler

Comments

MA⏤͟͟͞RGIE💖💞

MA⏤͟͟͞RGIE💖💞

kl Satria suka shanum karena di cuekin berarti bukan cinta tapi obsesi penasaran sat...
bumi sepertinya yang tulus..
tapi bila nt jadi ribut antara kakak beradik ya lebih baik fokus belajar ya num..

2022-10-06

1

Kⁱᵃⁿᵈ⏤͟͟͞Rą 🈂️irka

Kⁱᵃⁿᵈ⏤͟͟͞Rą 🈂️irka

Poor Shanum... efeknya ternyata parah ya, sangat menggangu Shanum dlm belajar

2022-10-03

1

yuni kazandozi

yuni kazandozi

ealaaah Satrya tebar pesona diabaikan shanum,,dah tar sama bumi az deh num,,muga lekas sembuh ya shanum

2022-09-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!