Bab 12

Melihat Shanum berdiri meninggalkan ruang tamu, Satria pun ingin mengejar gadis remaja yang telah memikat hatinya itu.

"Shanum lagi banyak tugas, jadi tidak bisa menemani kalian ngobrol. Lain kali saja, ya?" ucap bu Lelly.

Satria yang hendak mengikuti langkah Shanum namun urung karena mendengar ucapan bu Lelly. Sedangkan Bumi menahan tawa melihat tingkah sang kakak.

"Jangan buka kartu! Sabar, kalau jodoh tak kemana," bisik Bumi meledek sang kakak.

Bumi sangat mengenal kakaknya yang seorang badboy. Banyak anak gadis yang sudah menjadi mangsanya. Namun, kali ini Bumi tidak akan tinggal diam. Dia tidak ingin Shanum jatuh dalam pesona sang kakak. Walau bagaimanapun juga, dia yang pertama kali bertemu dengan Shanum.

Satu jam kemudian, pak Wardhana dan anak-anaknya pun pamit pulang. Sedangkan Shanum ketiduran di meja belajar.

*

*

Hari ini pak Arsena kembali keluar kota tapi tidak bersama bu Lelly. Shanum ke sekolah dengan menggunakan sepeda. Dia diberi izin membawa sepeda karena sudah sering mendengar dari mbok Yem, kalau Shanum memilih naik sepeda dari pada diantar Eko.

Seperti biasa, jika Shanum naik sepeda selalu menjadi trending topik di sekolah itu.

"Apa aku bilang, dia itu hanya numpang aja sama Pak Sena. Buktinya setiap Pak Sena tidak masuk dia selalu naik sepeda."

"Iya ya, dia selalu naik sepeda. Katanya anak orang kaya, masak nggak punya sopir atau motor. Iya nggak?"

"He'em, si Jessica saja bawa motor sendiri. Itu tandanya dia anak orang kaya, gak kek dia. Sepeda aja hasil minjam. Setiap hari ganti sepeda tapi hasil minjam!"

"Hahaha!"

Shanum yang mendengar itupun hanya diam. Bukan berarti takut melawan, tapi bagi Shanum diam lebih baik dari pada membuat keributan. Ibarat pepatah, burung yang berkicau pasti kalah sama tunggul pohon. Burung yang berkicau akhirnya lelah dan diam, sedangkan tunggul pohon akan tetap seperti itu hingga tahunan.

Melihat Shanum yang diam saja, mereka menjadi geram sendiri. Sehingga saat Shanum pergi ke kamar mandi, mereka mengunci pintu kamar mandi dari luar.

Namun sepertinya nasib baik masih berpihak padanya. Bumi yang saat itu hendak kamar mandi cowok pun tidak sengaja melihat perbuatan mereka. Kamar mandi cowok dan cewek bersebelahan, sehingga sering digunakan untuk tempat pertemuan para siswa yang pacaran.

Bumi pun menolong Shanum setelah menunggu beberapa saat.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya Bumi begitu Shanum keluar dari kamar mandi.

"Seperti yang kakak lihat. Memangnya ada apa, Kak?" jawab Shanum bingung, karena tidak merasa terjadi sesuatu padanya.

Bumi pun mendekat pada Shanum, sayangnya ada guru yang melintas dan memergoki mereka berdua.

"Kalian berdua ngapain di sini?"

"Tidak ngapa-ngapain, Pak. Tadi kebetulan kami sama-sama habis dari kamar mandi dan bertemu," jawab Bumi dengan santai.

Shanum sudah gemetaran karena takut dituduh melakukan yang tidak-tidak.

"Betul itu, Shanum?"

"Be-betul, Pak. Kami tidak ngapa-ngapain hanya saling sapa saja," jawab Shanum gugup.

"Kalian berdua pacaran, ya?"

"Tidak, Pak! Shanum tidak pacaran," teriak Shanum spontan, sedang Bumi hanya diam tanpa melakukan pembelaan.

"Kak Bumi bagaimana sih, kenapa diam saja? Nanti kalau Rama dengar terus mengira aku pacaran bagaimana?" batin Shanum panik.

"Sudah sana kalian kembali ke kelas!"

Akhirnya Shanum dan Bumi meninggalkan tempat itu menuju kelas masing-masing.

Mereka yang mengerjai Shanum ternyata mengintip kejadian tadi. Mereka saling pandang dan memainkan alis sambil tersenyum.

"Ada gosip baru!" teriak salah satu dari mereka saat memasuki kelas.

"Wahh, hebat ya! Kakak adik digebet bareng, apa nggak takut ya?" lanjut siswa itu.

"Iya! Sok cantik, sok kaya. Padahal beehhh..."

"Kere aja belagu!"

Shanum yang mendengar hal itu tidak tahu jika dirinya kembali diserang. Jadi dia tidak mau mendengarkan gosip murahan itu.

"Num, kira-kira siapa ya yang digosipin?" tanya Dewi teman semeja Shanum.

Shanum menjawab dengan gelengan kepala karena tidak tahu.

Sepulang sekolah, Sarah memberitahu jika yang digosipkan tadi adalah Shanum. Katanya Shanum memacari kakak adik sekaligus.

"Kakak adik bagaimana? Siapa mereka?" tanya Shanum penasaran.

"Dasar lemot! Yang mereka maksud itu si Satria sama Bumi. Dulu kamu 'kan pernah boncengan sama Satria, terus Satria juga anterin kamu sampai di kelas. Jadi mereka mikirnya kamu pacaran sama Satria."

"Tadi, katanya mereka melihat kamu sama Bumi janjian di kamar mandi. Kalian pas ngobrol di kamar mandi, badan kalian nempel gitu. Emang bener kamu janjian sama Bumi di kamar mandi?" cerita Sarah.

Dewi hanya mengangguk mendengar cerita dari sahabatnya itu.

"Mana ada janjian! Orang tadi ketemu gitu aja, nggak ada ngapa-ngapain juga. Cuma aku heran aja, awalnya pintu susah dibuka. Tiba-tiba saja bisa dibuka dan kak Bumi sudah ada di depan pintu. Dia nanya aku tidak apa-apa, karena aku baik-baik saja. Aku jawab aja seperti yang kakak lihat. Terus kak Bumi mendekat. Udah gitu aja!" jawab Shanum cuek.

Sarah dan Dewi pun saling bertukar pandang dan memainkan alis mereka.

"Kamu itu ngerasa nggak sih kalau mereka berdua itu suka sama kamu, Num?" tanya Dewi kemudian.

"Entah! Nggak tahu," sahut Shanum sambil membuka botol minumnya dan menenggaknya.

Mereka saat ini masih duduk-duduk di depan kelas mereka.

"Beneran nggak tahu atau pura-pura nggak tahu?" ledek Sarah.

"Entah! Aku merasa biasa saja sih. Toh aku nggak dekat sama keduanya," jawab Shanum seraya mengangkat kedua bahunya.

"Kalau Aris suka kamu, kamu tahu nggak?" tanya Dewi tiba-tiba.

"Aris? Aris yang mana?" tanya Shanum bingung plus penasaran.

"Astaga Shanum! Kamu jadi orang bener-bener ya," teriak Sarah menggelengkan kepalanya.

Baru kali ini dia punya teman kelewat acuh dengan keadaan sekitar. Shanum memang jarang berkumpul dengan teman-teman sekelasnya. Lebih banyak menyendiri di taman lapangan sekolah atau membaca buku di kelas. Sehingga berita/gosip apapun dia tidak tahu dan tak mau tahu.

"Eh, aku nanya beneran nih. Aris itu yang mana anaknya?" Shanum mengulang lagi pertanyaannya.

"Teman sekelas kita! Yang matanya sipit, badannya jangkung. Tahu?"

Shanum menggelengkan kepala tanda tidak tahu. Melihat hal Dewi menepuk dahinya pelan.

"Anaknya nggak bisa ucap R kalau ngomong. Inget?"

Shanum pun terdiam mengingat siapa saja temannya yang mengajaknya ngobrol selama ini. Berhubung dia jarang ngobrol dengan teman sekelasnya, dia pun kembali menggelengkan kepala.

"Astaga Shanum! Kamu ini! Hiiihhh!" teriak Sarah dengan tangan mengepal seperti ingin menjitak kepala Shanum.

"Lo di kelas ngapain aja sih!" Dewi pun kesal melihat Shanum seperti orang bo*doh, lalu meninggalkan kedua temannya itu. Tak lama kemudian Sarah pun juga meninggalkan Shanum sendiri.

"Tunggu, Sarah, Dewi! Aku juga mau pulang. Kita samaan aja 'kan searah," jerit Shanum ketika sadar ditinggal teman-temannya.

Terpopuler

Comments

MA⏤͟͟͞RGIE💖💞

MA⏤͟͟͞RGIE💖💞

masa iya num dengan teman sekelas g tahu, meski cuek dan g pernah ngobrol setidaknya tau itu teman sekelasnya 🤦‍♀️😅

2022-10-06

1

Kⁱᵃⁿᵈ⏤͟͟͞Rą 🈂️irka

Kⁱᵃⁿᵈ⏤͟͟͞Rą 🈂️irka

yaa aampun shanum...cuek boleh saja tp sama teman sekelas masa ga kenal sih...haduhh🤭

2022-10-03

3

Kⁱᵃⁿᵈ⏤͟͟͞Rą 🈂️irka

Kⁱᵃⁿᵈ⏤͟͟͞Rą 🈂️irka

eehj...malah makin jadi nih

2022-10-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!