Madu Dan Racun (Bukan Kontrak Biasa)
Hai..hai bebeb ku tercintah😘😘😘
Otor balik lagi nih, dengan cerita baru yang pasti nggak kalau seru. Semoga kalian suka ya😍
Jangan lupa like, komen dan vote agar otor tetap semangat.
I love you and happy reading guys...😘😘😘😘
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
PROLOG......
Nara Clarissa, gadis berusia 24 tahun itu tinggal di sebuah Kota kecil yang terletak dekat pesisir pantai. Sejak berusia 10 tahun ia tinggal bersama Nenek nya karena kedua orang tua nya meninggal saat sedang mencari ikan di laut. Kapal nelayan yang membawa kedua orang tua Nara di terjang badai besar hingga menewaskan semua nelayan yang ada di sana.
Jika anak yatim-piatu pada umumnya mendapat belas kasihan, tidak dengan Nara. Ia sering kali terlibat perkelahian dengan Neneknya entah itu masalah sepele atau masalah serius. Mereka selalu menyelesaikannya dengan berkelahi.
Sikap Neneknya yang menjengkelkan itu terkadang tidak mampu di tahan oleh Nara hingga tak jarang mereka terlibat perkelahian hebat.
Namun cucu tetaplah cucu, meskipun Nenek sering memperlakukan Nara dengan galak, mereka tetap hidup satu atap selama 14 tahun bersama.
Dengan bakat menjahit yang di miliki Nenek, ia mampu menyekolahkan Nara di bidang kesehatan, walaupun hanya sebagai perawat Nara mampu lulus dengan nilai terbaik.
Dan berkat kepintarannya, Nara sudah menjadi pegawai tetap di salah satu Rumah Sakit umum di kota itu. Belum genap satu tahun saja ia sudah mendapatkan banyak pujian dari perawat maupun Dokter senior.
Pagi ini Nara baru pulang dari jaga malam di Rumah Sakit. Matanya yang tampak lelah membuat langkah kaki berayun lunglai. Ia langsung membuka kulkas hendak memanaskan lauk yang kemarin sore ia buat.
Namun ia tak menemukan lauk yang kemarin ia masukkan ke dalam box berwarna biru.
"Nek.. Lauk yang Ku buat kemarin dimana? Apa nenek sudah memanaskannya?" seru Nara dari dapur.
Mendengar suara Cucunya, Nenek menghentikan mesin jahit dan menoleh. "Nenek buang.." sahutnya ketus.
Mulai lagi, selalu saja Nenek tua itu membuat Nara kehilangan kesabaran.
"Kenapa di buang Nek? Aku memasaknya kemarin, dan pasti itu belum basi. Kenapa Nenek selalu membuang Lauk yang Ku simpan di sana?" suara Nara terdengar sangat marah.
"Kau membuat kulkas Nenek penuh!" tukas Nenek tanpa menoleh.
Perut Nara sudah sangat lapar, Ia sengaja menyimpan Lauk di kulkas agar saat ia pulang kerja tidak perlu repot-repot memasak. Dan ini bukan yang pertama kali Nenek melakukan itu. Tidak pernah memasak untuknya, tapi selalu membuang Lauk yang Nara buat. Jika lapar pun Nenek akan membeli makannya sendiri, tidak pernah membelikan untuk Cucunya itu.
Karena lelah dan tak ingin memulai pertengkaran, Nara hanya menghela nafas lalu naik ke kamarnya. Ia menghentakkan kuat kakinya di tangga kayu yang sudah tua itu hingga menimbulkan suara berdecit.
Nara menghempaskan diri di kursi santai yang ada di kamarnya. Rumah kecil dua lantai itu membelakangi laut yang tak jauh, luasnya air terbentang beserta angin yang membawa suara ombak membuat rasa lelah Nara sedikit terobati.
Dari balik jendela, mata Nara langsung bertemu dengan hamparan laut yang menenangkan. Kapal-kapal nelayan tampak bergoyang pelan di tengah laut.
Sekilas ingatan Nara kembali ke masa lalu, tak terasa ia menghabiskan 14 tahun yang amat menyedihkan.
Ingatan Nara berkeliling kembali ke masa itu, jika di pikir-pikir hampir tak ada momen indah yang ia lewati dengan Neneknya. Pernah suatu hari Nara bertanya, kenapa Nenek sangat membenci dirinya.
Dan jawaban Nenek adalah Karena ia sangat mirip dengan mendiang Ibunya. Mata bulat, kulit putih serta lesung pipi di sebelah kanan yang sangat persis dengan mendiang Sang Ibu.
Nenek bilang ia tak pernah merestui hubungan Ibu dan Ayahnya. Di tambah saat hari naas itu, Ibu Nara lah yang memaksa Ayahnya untuk ikut dengan Kapal yang berlayar ke laut lepas, padahal Ayah Nara sudah berencana berlayar sendiri dengan beberapa rekannya. Jika saja Ibu Nara tidak memaksa saat itu, mungkin Nenek tak akan kehilangan Anak lelaki satu-satunya.
Itu lah alasan mengapa Nenek sangat membenci Nara, namun ia membiarkan Nara tumbuh di sisinya karena bagaimanapun darah daging Putranya mengalir di tubuh Nara.
Setelah menenangkan pikiran, Nara kembali turun untuk memasak mie instan.
"Nenek mau?" tanya Nara, ia tau Neneknya pasti sudah makan. ia hanya basa-basi agar suasana tidak terlalu tegang.
"Tidak!" tolak Nenek, ia tengah duduk di depan TV sambil mengutak-atik jahitannya.
Setelah mie instan nya matang, Nara pun ikut duduk menonton TV. Dengan lahap ia menyeruput kuah mie instan yang di rasa sangat segar.
"Berita tekini, Pembunuhan kembali terjadi di Kota A. Korban seorang Pria berumur 30 tahun dan terdapat tiga tusukan pisau berjajar di bagian perutnya. Petugas kepolisian meyakini pelakunya adalah orang yang sama. Pekan ini sudah terhitung Tiga orang dari daerah yang berbeda tewas di bunuh secara mengenaskan. Pihak berwajib masih terus melalukan penyelidikan atas pembunuhan berantai ini....."
"ck.. Baru tiga hari yang lalu ia membunuh seorang wanita, dan sekarang dia sudah membunuh lagi. benar-benar Psikopat!" umpat Nara sambil mengulum senyum sinis.
"Jaga ucapan mu! Kalau dia mendatangimu bagaimana?"
Lagi-lagi Nenek memarahi Nara, padahal ia hanya mengatakan pendapatnya saja. Tidak bisakah mereka bercanda seperti keluarga pada umumnya? Semua yang di katakan ataupun di lakukan Nara selalu saja salah.
"Kalau dia mendatangiku akan kusuruh dia menemui Nenek!"
pang....
Wanita tua itu melempar kepala Nara dengan wadah kaleng berisi jarum pentul "Kau berharap Nenek mati?"
Ratusan jarum pentul berserakan di dekat tubuh Nara, beberapa ada yang tersangkut di rambutnya. Lemparan itu tak sebanding sakitnya dengan perasaan Nara.
Nara menatap sinis Nenek nya, air mata tampak berkaca namun Nara menahan nya. "Iya..! Aku berharap Nenek cepat mati agar hidup ku tenang!" pekik Nara, ia membanting mangkuk yang ada di tangannya ke lantai kemudian naik ke kamarnya.
"Kenapa Kau mengotori lantai Nara..! Nara...!"
Suara gaduh mereka lagi-lagi terdengar oleh para tetangga, terutama pemilik warung makan di sebelah. Ia bisa mendengar dengan jelas setiap kali Nara dan Neneknya bertengkar.
Namun sudah bukan hal yang mengejutkan lagi bagi nya. Dulu sewaktu Nara berumur 15 tahun mereka pernah bertengkar hebat, dan tentu saja Nenek yang memulai pertengkaran itu.
Nenek melarang Nara mengunjungi makam Ibu nya, bukan tanpa alasan. Ia merasa tak adil karena hanya jasad menantunya yang di temukan, sementara jasad anak lelakinya sampai saat ini tak pernah ia lihat.
"Gara-gara Ibu mu, Aku kehilangan anakku satu-satunya!"
Kata-kata itu lantas di balas dengan Nara yang masih berumur 15 tahun, "Salahkan saja semua padaku! Jika Nenek mati nanti, jangan lupa salahkan Aku juga..!"
Wanita renta itu langsung mengamuk saat Nara menjawab, barang-barang di rumah ia lempar dengan sekuat tenaga. "Kalau Aku bisa menukar nyawa, maka akan ku biarkan Kau yang mati menggantikan Anakku!" pekik Nenek membabi buta, membuat Nara yang masih belia merasakan hujaman amat tajam di batinnya.
Ia bahkan tak pernah meminta dilahirkan, Ia akan sangat bersedia jika Tuhan menukarkan nyawanya dengan nyawa sang Ayah. Dari pada hidup seperti didalam neraka setiap hari.
...************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
DPuspita
Mungkin bukan perkelahian x ya thor? tapi pertengkaran.
2023-02-20
1
Esti Restianti
aku mampir..
baru bab pertama aja sudah campur aduk gini sih kak,sedih,sakit,dan juga bingung,klu aku jadi Nara aku mending kabur deh
2023-02-19
2
Wati Lestari
aku datang...
2022-12-23
3