Tok..tok...
Nara mengetuk pelan pintu Kamar Ammar. Ia melihat sekeliling lantai dua itu. Sangat luas dengan pajangan mewah di setiap sudutnya. Sayang sekali rumah besar seperti itu di tinggali oleh manusia batu. Seharusnya rumah ini di isi oleh orang-orang ramah agar suasananya hangat. Pikir Nara.
"Ammar... ini Aku Nara, Aku membawakan sarapan." panggil nya sembari menempelkan telinga ke daun pintu.
"Masuklah..." Ammar terdengar merintih dengan suara beratnya.
"Dia menyuruhku masuk?" gumam Nara, terbesit pula di pikirannya hal-hal aneh.
Ia pun bergegas membuka pintu sebelum pikiran Ammar berubah. Nara tercengang melihat kamar luas itu. Selama ini ia melihat di drama kamar pria yang dingin itu pasti bernuansa gelap dan suram. Namun kamar Ammar tidak begitu, nuansa putih dan biru pastel membuat kesan mewah nan cerah. Seluruh pajangan dan buku tertata rapi di sana. Ada pula beberapa pot bunga hias di sudut menambah kesan manis. Sungguh berbeda jauh dari sifat Ammar yang terkesan suram.
"Letakkan saja di sana." titah Ammar. Ia meringkuk di dalam selimut sambil menggaruk punggung nya.
Nara meletakkan nampan itu sesuai perintah Ammar.
"Anda tidak apa-apa?"
"Pergi lah!" ketus Ammar, namun suaranya terdengar bergetar membuat Nara sedikit khawatir.
Sejatinya di dalam tubuh Nara masih mengalir darah perawat. Ia penasaran dan menerka pasti Ammar sedang tidak baik-baik saja. Ia membuka selimut yang membungkus tubuh Ammar.
"Apa yang Kau lakukan.."
Nara tak menghiraukan suara Ammar, ia menempelkan telapak tangannya di dahi Ammar.
"Astaga, demam Anda tinggi sekali. tunggu sebentar Saya ambilkan obat." Nara berlari keluar dari sana.
Ia mengambil perlengkapan medis nya di dalam kamar. Sebuah tas hitam berisi peralatan medis dan obat-obatan.
Setelah sampai kembali di kamar Ammar, ia langsung memeriksa menggunakan stetoskop dan memeriksa tekanan darah.
"Apa Anda merasa mual?"
"Ti...dak." Ammar terlihat kesal, namun ia menahannya.
"Jangan bohong, Saya tau Anda mengalami mual karena gangguan pencernaan."
"Kenapa masih bertanya." sahut Ammar datar.
"Minumlah, ini pereda nyeri dan demam. Lalu ini untuk mual.."
"Tidak bisa di suntik saja?" mata Ammar terbelalak melihat obat yang di berikan Nara.
"Kenapa? Anda tak bisa minum obat?" ledek Nara.
"Suntik saja!" Ammar duduk, ia menggulung lengan piyama nya. Selain dasi, ia memiliki masalah juga dengan pil tablet. Entah kenapa setiap meminum pil ia tak pernah bisa menelannya, pil itu malah berputar di langit-langit mulutnya hingga terasa sangat pahit.
"Baiklah.. suntik saja, kalau gitu buka celana Anda."
"APA?"
Dengan santainya Nara mengambil jarum suntik dari tasnya.
"Suntik obat dan vitamin lebih ampuh di bok0ng. Kalau suntik Vaksin baru di tangan."
"Berikan obatnya." Ammar menatap angkuh, ia tau pasti Nara sedang meledeknya saat ini. Tapi ia tak mau kalah dan terlihat lemah.
"Keluarlah!" tukasnya.
"Baik..." sahut Nara tersenyum, menunjukkan lesung pipi yang lupa ia tutup dengan plaster.
"ck! Wanita itu benar-benar menyebalkan!" rutuknya sesaat Nara meninggalkan kamar.
...~...
Menjelang sore, Ammar keluar dari kamarnya. Ia melihat seluruh rumah, sepi seperti biasa. Di meja makan masih utuh menu makan siang yang di siapkan pelayan.
"Membosankan.." lirihnya saat melihat jenis menu yang tersaji.
Efek obat demam yang ia minum membuat lidahnya terasa kebas dan pahit. Membuatnya ingin sekali memakan makanan yang menggugah selera dan memiliki rasa yang tajam.
Terbayang oleh nya snack milik Nara yang ia makan kemarin. Rasa keju yang pekat tampak nya cocok mengusir rasa pahit di lidah.
Ammar tau Nara sedang tidak di rumah, itu sebabnya ia langsung masuk ke kamar Nara dan membawa beberapa snack. Ya, dia sedang mencuri sekarang.
"Dari mana tikus itu dapat makanan enak begini? ada rasa rumput laut juga." ia mengambil semuanya, tak hanya snack. Ia juga mengambil biskuit dengan selai matcha. Cokelat batangan, dan beberapa jajanan pedas juga.
Ia tak menyadari dari depan pintu Nara sedang memperhatikannya, ia baru saja pulang beberapa menit yang lalu.
"Anda sedang apa?"
Ammar sangat terkejut, semua jajanan yang ia bawa pun jatuh berserakan di lantai.
Nara menatap nanar, ia menyangka Ammar akan membuang itu semua. "Jangan di buang.. Apa bau nya sampai ke lantai atas? Aku sudah menutup kamar ini serapat mungkin." ia berlutut memunguti jajanannya yang berserak.
Ammar hanya berdiri kaku, dengan raut wajah datar. "Aku ingin memeriksa apakah semua makanan ini membawa virus."
"Virus?" Nara mendongak, menatap kesal Pria batu itu.
"Tidak ada virus yang menyebar melalui makanan kemasan."
"Pasti ada. Aku akan mengambil ini untuk di teliti." Ammar mengambil satu bungkus, berlagak akan meneliti itu. Padahal lidah nya lah yang menginginkan.
Nara sungguh tak tahan lagi dengan prilaku Ammar. Ia berteriak menyumpahi Ammar dalam hatinya. "Pria batu sialan! Tak punya etika! tak punya sopan santun!"
"hei..." Ammar berbalik melangkah ke arahnya.
Seketika Nara panik, apa iya Ammar bisa mendengar rutukan nya barusan.
"Lain kali kalau mau pergi minta izin ku lebih dulu."
"hah?" Nara terheran, bukankah di dalam kontrak di jelaskan ia bebas kemana saja. Lalu kenapa sekarang harus izin lebih dulu.
Ammar mendekat, ia bersedekap dengan snack di tangan kanannya. "Kau membantah?"
"ti..tidak, Aku hanya terkejut. Bukankah di kontrak Kita tertulis Aku bebas kemana saja?"
"Aku tidak ingin ada yang curiga dengan pernikahan ini." tekan Ammar, ia menatap dalam wajah Nara yang tengah gugup.
"Aku tidak melakukan hal yang mencurigakan di luar sana. Jadi jangan melarang ku apalagi di luar kesepakatan kontrak!" Nara bersikukuh tak mau menuruti.
"Kalau begitu boleh Aku tidur dengan mu?"
"TIDAK! Jangan berpikiran seperti itu Ammar!" hampir saja Nara pingsan mendengar itu.
"Kenapa? Apa di kontrak ada kesepakatan yang melarang Kita melakukannya?"
Nara memutar bola matanya, mengingat seluruh isi kontrak yang memang tak ada perjanjian seperti itu.
"Walaupun tidak ada jangan memikirkannya! Kita bukan suami istri sungguhan jadi jangan melewati batas." tegas Nara, mata nya berapi-api karena perkataan Ammar terdengar cabul.
"Kalau begitu Kau harus meminta izin sebelum keluar dari rumah ini. Jangan mendebat lagi !" ketus Ammar sembari melangkah pergi dari sana.
"haiss..! Lama-lama bisa gila Aku di rumah ini." gerutu Nara sambil mengacak-acak rambutnya.
...*********...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
DPuspita
Ada gak ya adegan Ammar ketangkap basah lagi makanin semua snack yg dia ambil dr kamar Nara? 🤔 Pasti mualu banget tuch... 😅
2023-02-20
1
lama2 Ammar..terbiasa dgn sifat dan tingkah Nara. klau nggak ada Nara pasti akan terasa sepi😄
2022-10-19
2
💞 NYAK ZEE 💞
berantem berantem .......keseringan berantem ......sehari ngak berantem nanti rindu loh.....
2022-10-17
1