Bab 12 : Demam

Tok..tok...

Nara mengetuk pelan pintu Kamar Ammar. Ia melihat sekeliling lantai dua itu. Sangat luas dengan pajangan mewah di setiap sudutnya. Sayang sekali rumah besar seperti itu di tinggali oleh manusia batu. Seharusnya rumah ini di isi oleh orang-orang ramah agar suasananya hangat. Pikir Nara.

"Ammar... ini Aku Nara, Aku membawakan sarapan." panggil nya sembari menempelkan telinga ke daun pintu.

"Masuklah..." Ammar terdengar merintih dengan suara beratnya.

"Dia menyuruhku masuk?" gumam Nara, terbesit pula di pikirannya hal-hal aneh.

Ia pun bergegas membuka pintu sebelum pikiran Ammar berubah. Nara tercengang melihat kamar luas itu. Selama ini ia melihat di drama kamar pria yang dingin itu pasti bernuansa gelap dan suram. Namun kamar Ammar tidak begitu, nuansa putih dan biru pastel membuat kesan mewah nan cerah. Seluruh pajangan dan buku tertata rapi di sana. Ada pula beberapa pot bunga hias di sudut menambah kesan manis. Sungguh berbeda jauh dari sifat Ammar yang terkesan suram.

"Letakkan saja di sana." titah Ammar. Ia meringkuk di dalam selimut sambil menggaruk punggung nya.

Nara meletakkan nampan itu sesuai perintah Ammar.

"Anda tidak apa-apa?"

"Pergi lah!" ketus Ammar, namun suaranya terdengar bergetar membuat Nara sedikit khawatir.

Sejatinya di dalam tubuh Nara masih mengalir darah perawat. Ia penasaran dan menerka pasti Ammar sedang tidak baik-baik saja. Ia membuka selimut yang membungkus tubuh Ammar.

"Apa yang Kau lakukan.."

Nara tak menghiraukan suara Ammar, ia menempelkan telapak tangannya di dahi Ammar.

"Astaga, demam Anda tinggi sekali. tunggu sebentar Saya ambilkan obat." Nara berlari keluar dari sana.

Ia mengambil perlengkapan medis nya di dalam kamar. Sebuah tas hitam berisi peralatan medis dan obat-obatan.

Setelah sampai kembali di kamar Ammar, ia langsung memeriksa menggunakan stetoskop dan memeriksa tekanan darah.

"Apa Anda merasa mual?"

"Ti...dak." Ammar terlihat kesal, namun ia menahannya.

"Jangan bohong, Saya tau Anda mengalami mual karena gangguan pencernaan."

"Kenapa masih bertanya." sahut Ammar datar.

"Minumlah, ini pereda nyeri dan demam. Lalu ini untuk mual.."

"Tidak bisa di suntik saja?" mata Ammar terbelalak melihat obat yang di berikan Nara.

"Kenapa? Anda tak bisa minum obat?" ledek Nara.

"Suntik saja!" Ammar duduk, ia menggulung lengan piyama nya. Selain dasi, ia memiliki masalah juga dengan pil tablet. Entah kenapa setiap meminum pil ia tak pernah bisa menelannya, pil itu malah berputar di langit-langit mulutnya hingga terasa sangat pahit.

"Baiklah.. suntik saja, kalau gitu buka celana Anda."

"APA?"

Dengan santainya Nara mengambil jarum suntik dari tasnya.

"Suntik obat dan vitamin lebih ampuh di bok0ng. Kalau suntik Vaksin baru di tangan."

"Berikan obatnya." Ammar menatap angkuh, ia tau pasti Nara sedang meledeknya saat ini. Tapi ia tak mau kalah dan terlihat lemah.

"Keluarlah!" tukasnya.

"Baik..." sahut Nara tersenyum, menunjukkan lesung pipi yang lupa ia tutup dengan plaster.

"ck! Wanita itu benar-benar menyebalkan!" rutuknya sesaat Nara meninggalkan kamar.

...~...

Menjelang sore, Ammar keluar dari kamarnya. Ia melihat seluruh rumah, sepi seperti biasa. Di meja makan masih utuh menu makan siang yang di siapkan pelayan.

"Membosankan.." lirihnya saat melihat jenis menu yang tersaji.

Efek obat demam yang ia minum membuat lidahnya terasa kebas dan pahit. Membuatnya ingin sekali memakan makanan yang menggugah selera dan memiliki rasa yang tajam.

Terbayang oleh nya snack milik Nara yang ia makan kemarin. Rasa keju yang pekat tampak nya cocok mengusir rasa pahit di lidah.

Ammar tau Nara sedang tidak di rumah, itu sebabnya ia langsung masuk ke kamar Nara dan membawa beberapa snack. Ya, dia sedang mencuri sekarang.

"Dari mana tikus itu dapat makanan enak begini? ada rasa rumput laut juga." ia mengambil semuanya, tak hanya snack. Ia juga mengambil biskuit dengan selai matcha. Cokelat batangan, dan beberapa jajanan pedas juga.

Ia tak menyadari dari depan pintu Nara sedang memperhatikannya, ia baru saja pulang beberapa menit yang lalu.

"Anda sedang apa?"

Ammar sangat terkejut, semua jajanan yang ia bawa pun jatuh berserakan di lantai.

Nara menatap nanar, ia menyangka Ammar akan membuang itu semua. "Jangan di buang.. Apa bau nya sampai ke lantai atas? Aku sudah menutup kamar ini serapat mungkin." ia berlutut memunguti jajanannya yang berserak.

Ammar hanya berdiri kaku, dengan raut wajah datar. "Aku ingin memeriksa apakah semua makanan ini membawa virus."

"Virus?" Nara mendongak, menatap kesal Pria batu itu.

"Tidak ada virus yang menyebar melalui makanan kemasan."

"Pasti ada. Aku akan mengambil ini untuk di teliti." Ammar mengambil satu bungkus, berlagak akan meneliti itu. Padahal lidah nya lah yang menginginkan.

Nara sungguh tak tahan lagi dengan prilaku Ammar. Ia berteriak menyumpahi Ammar dalam hatinya. "Pria batu sialan! Tak punya etika! tak punya sopan santun!"

"hei..." Ammar berbalik melangkah ke arahnya.

Seketika Nara panik, apa iya Ammar bisa mendengar rutukan nya barusan.

"Lain kali kalau mau pergi minta izin ku lebih dulu."

"hah?" Nara terheran, bukankah di dalam kontrak di jelaskan ia bebas kemana saja. Lalu kenapa sekarang harus izin lebih dulu.

Ammar mendekat, ia bersedekap dengan snack di tangan kanannya. "Kau membantah?"

"ti..tidak, Aku hanya terkejut. Bukankah di kontrak Kita tertulis Aku bebas kemana saja?"

"Aku tidak ingin ada yang curiga dengan pernikahan ini." tekan Ammar, ia menatap dalam wajah Nara yang tengah gugup.

"Aku tidak melakukan hal yang mencurigakan di luar sana. Jadi jangan melarang ku apalagi di luar kesepakatan kontrak!" Nara bersikukuh tak mau menuruti.

"Kalau begitu boleh Aku tidur dengan mu?"

"TIDAK! Jangan berpikiran seperti itu Ammar!" hampir saja Nara pingsan mendengar itu.

"Kenapa? Apa di kontrak ada kesepakatan yang melarang Kita melakukannya?"

Nara memutar bola matanya, mengingat seluruh isi kontrak yang memang tak ada perjanjian seperti itu.

"Walaupun tidak ada jangan memikirkannya! Kita bukan suami istri sungguhan jadi jangan melewati batas." tegas Nara, mata nya berapi-api karena perkataan Ammar terdengar cabul.

"Kalau begitu Kau harus meminta izin sebelum keluar dari rumah ini. Jangan mendebat lagi !" ketus Ammar sembari melangkah pergi dari sana.

"haiss..! Lama-lama bisa gila Aku di rumah ini." gerutu Nara sambil mengacak-acak rambutnya.

...*********...

Terpopuler

Comments

DPuspita

DPuspita

Ada gak ya adegan Ammar ketangkap basah lagi makanin semua snack yg dia ambil dr kamar Nara? 🤔 Pasti mualu banget tuch... 😅

2023-02-20

1

lama2 Ammar..terbiasa dgn sifat dan tingkah Nara. klau nggak ada Nara pasti akan terasa sepi😄

2022-10-19

2

💞 NYAK ZEE 💞

💞 NYAK ZEE 💞

berantem berantem .......keseringan berantem ......sehari ngak berantem nanti rindu loh.....

2022-10-17

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog (Bab 1)
2 Bab 2 : Lembah hitam
3 Bab 3 : Kesepakatan
4 Bab 4 : Pernikahan
5 Bab 5 : Beradaptasi
6 Bab 6 : Dasi
7 Bab 7 : Pelantikan
8 Bab 8 : Rubanah
9 Bab 9: Pintu rahasia
10 Bab 10 : Kopi dan Snack
11 Bab 11 : Hantu?
12 Bab 12 : Demam
13 Bab 13 : Kucing Bu Mina
14 Bab 14 : Meminta maaf
15 Bab 15 : Membagi kompensasi
16 Bab 16: Orang-orang dengan rahasia
17 Bab 17 : Pembaruan kontrak
18 Bab 18 : Penyelidikan para korban
19 Bab 19 : Menghadiri pesta
20 Bab 20 : Pencucian uang
21 Bab 21 : Micky mouse
22 Bab 21 : Menyerahkan bukti
23 Bab 23 : Penggerak boneka
24 Bab 24 : Menginap di rumah Nenek
25 Bab 24 : Dendam balasan
26 Bab 26 : Kesaksian Palsu
27 Bab 27 : Ruang rahasia.
28 Bab 28 : Usaha yang salah
29 Bab 29 : Tikus peliharaan
30 Bab 30 : Merasa tertipu
31 Bab 31 : Sangat membingungkan
32 Bab 32 : Data pribadi
33 Bab 33 : Pernikahan sesungguhnya
34 Bab 34 : Sidang
35 Bab 35 : 5 Miliar
36 Bab 36 : Korban baru
37 Bab 37 : Mengelabui
38 Bab 38 : Mall X2
39 Bab 39 : Meninggalkan kesan
40 Bab 40 : Obat bius
41 Bab 41 : Mimpi palsu
42 Bab 42 : Mimpi atau bukan?
43 Bab 43 : Hari peringatan
44 Bab 44 : 1003
45 Bab 45 : Tiga detik
46 Bab 46 : Kejutan berulang
47 bab 47 : Villa terpencil
48 Bab 48 : Hancur
49 Bab 49 : Bukan Cinta
50 Bab 50 : Balas membalas
51 Bab 51 : Akhir dari segalanya
52 Bab 52 : Kekosongan
53 Bab 53 : Tidak ingin egois
54 Bab 54 : Hidup baru, lembaran lama.
55 Bab 55 : Kembali setelah 15 tahun
56 Bab 56 : Tangis haru
57 Bab 57 : Breaking News
58 Bab 58 : Jangan datang
59 Bab 59 : Rantai dendam
60 Bab 60 : Salah jalan
61 Bab 61 : Bermuka lebih dari dua
62 Bab 62 : Merah muda
63 Bab 63 : Merah muda 2
64 Bab 64 : Membuat sup buah
65 Bab 65 : Sesuatu yang janggal
66 Bab 66 : Memancing
67 Bab 67 : Fakta tentang kematian
68 Bab 68 : Pisau dalam genggaman
69 Bab 69 : Sikap yang tak bisa di tebak.
70 Bab 70 : Melindungi.
71 Bab 71 : Terkepung
72 Bab 72 : Queen of Game
73 Bb 73 : Wajah asli
74 Bab 74 : Sifat yang membingungkan
75 Bab 75 : Perasaan yang salah
76 Bab 76 : Pria paling egois
77 Bab 77 : Hormon
78 Bab 78 : Pernyataan
79 Bab 79 : Kecurigaan Ayah
80 Bab 80 : Ingin tetap bersama
81 Episode 81 : Mengubah keadaan.
82 Episode 82 : VIP
83 Bab 83 : Ambulance
84 Bab 84 : Takdir lain dari Tuhan
85 Bab 85 : Berbahagialah...
86 Bonus Chapter
87 Bunos chapter 2
88 Salam sayang
89 Tak Mau (jadi) Yang Kedua
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Prolog (Bab 1)
2
Bab 2 : Lembah hitam
3
Bab 3 : Kesepakatan
4
Bab 4 : Pernikahan
5
Bab 5 : Beradaptasi
6
Bab 6 : Dasi
7
Bab 7 : Pelantikan
8
Bab 8 : Rubanah
9
Bab 9: Pintu rahasia
10
Bab 10 : Kopi dan Snack
11
Bab 11 : Hantu?
12
Bab 12 : Demam
13
Bab 13 : Kucing Bu Mina
14
Bab 14 : Meminta maaf
15
Bab 15 : Membagi kompensasi
16
Bab 16: Orang-orang dengan rahasia
17
Bab 17 : Pembaruan kontrak
18
Bab 18 : Penyelidikan para korban
19
Bab 19 : Menghadiri pesta
20
Bab 20 : Pencucian uang
21
Bab 21 : Micky mouse
22
Bab 21 : Menyerahkan bukti
23
Bab 23 : Penggerak boneka
24
Bab 24 : Menginap di rumah Nenek
25
Bab 24 : Dendam balasan
26
Bab 26 : Kesaksian Palsu
27
Bab 27 : Ruang rahasia.
28
Bab 28 : Usaha yang salah
29
Bab 29 : Tikus peliharaan
30
Bab 30 : Merasa tertipu
31
Bab 31 : Sangat membingungkan
32
Bab 32 : Data pribadi
33
Bab 33 : Pernikahan sesungguhnya
34
Bab 34 : Sidang
35
Bab 35 : 5 Miliar
36
Bab 36 : Korban baru
37
Bab 37 : Mengelabui
38
Bab 38 : Mall X2
39
Bab 39 : Meninggalkan kesan
40
Bab 40 : Obat bius
41
Bab 41 : Mimpi palsu
42
Bab 42 : Mimpi atau bukan?
43
Bab 43 : Hari peringatan
44
Bab 44 : 1003
45
Bab 45 : Tiga detik
46
Bab 46 : Kejutan berulang
47
bab 47 : Villa terpencil
48
Bab 48 : Hancur
49
Bab 49 : Bukan Cinta
50
Bab 50 : Balas membalas
51
Bab 51 : Akhir dari segalanya
52
Bab 52 : Kekosongan
53
Bab 53 : Tidak ingin egois
54
Bab 54 : Hidup baru, lembaran lama.
55
Bab 55 : Kembali setelah 15 tahun
56
Bab 56 : Tangis haru
57
Bab 57 : Breaking News
58
Bab 58 : Jangan datang
59
Bab 59 : Rantai dendam
60
Bab 60 : Salah jalan
61
Bab 61 : Bermuka lebih dari dua
62
Bab 62 : Merah muda
63
Bab 63 : Merah muda 2
64
Bab 64 : Membuat sup buah
65
Bab 65 : Sesuatu yang janggal
66
Bab 66 : Memancing
67
Bab 67 : Fakta tentang kematian
68
Bab 68 : Pisau dalam genggaman
69
Bab 69 : Sikap yang tak bisa di tebak.
70
Bab 70 : Melindungi.
71
Bab 71 : Terkepung
72
Bab 72 : Queen of Game
73
Bb 73 : Wajah asli
74
Bab 74 : Sifat yang membingungkan
75
Bab 75 : Perasaan yang salah
76
Bab 76 : Pria paling egois
77
Bab 77 : Hormon
78
Bab 78 : Pernyataan
79
Bab 79 : Kecurigaan Ayah
80
Bab 80 : Ingin tetap bersama
81
Episode 81 : Mengubah keadaan.
82
Episode 82 : VIP
83
Bab 83 : Ambulance
84
Bab 84 : Takdir lain dari Tuhan
85
Bab 85 : Berbahagialah...
86
Bonus Chapter
87
Bunos chapter 2
88
Salam sayang
89
Tak Mau (jadi) Yang Kedua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!