"Aku menyelidikinya, dan ku peringatan Kau menjauh dari nya. Dia sangat berbahaya, lagi pula dia tidak ada sangkut pautnya dengan kematian Nenekmu."
"Benarkah? Apa yang membuatmu yakin?" Nara memicingkan matanya, bagaimana bisa Ammar mengatakan hal itu dengan ekpresi datar.
"Perasaanku."
Hampir saja Nara tertawa mendengar jawaban Ammar. Bagaimana tidak, Pria yang sehari-hari tampak seperti batu itu mengaku mempunyai perasaan.
"Selamat malam Pak Ammar." sapa seorang Pria yang tak lain adalah Ayah mempelai wanita.
"Selamat malam Tuan." Ammar berdiri dan menerima jabat tangan Pria itu.
Begitu pula dengan Nara, ia bersalaman dengan Pria yang merupakan rekan Ammar. Saat Ammar dan rekannya berbincang, Nara berbisik memberitahu Ammar bahwa ia akan ke toilet sebentar.
"Kau tau jalannya?" tanya Ammar, khawatir Nara tersesat seperti saat di rumah.
Nara mengangguk, ia membuat Ammar yakin kalau ia tau kemana arah toilet di gedung itu. Ia pun keluar, bertanya kepada salah satu staff yang bertugas. Staff itu dengan ramah menunjukkan jalan ke toilet.
"Terimakasih..." ucap Nara, Staf itu tersenyum lebar kemudian meninggalkan Nara yang hendak menyelesaikan keperluannya di toilet.
10 menit berlalu, Nara keluar dari toilet dengan perasaan lega. "his.. gaun ini membuat ku susah." rutuknya.
Tiba-tiba seseorang menariknya kedalam toilet Pria. Nara hampir berteriak, namun orang itu membungkam mulut Nara.
"Siapa Kau!" bentak Nara saat orang itu melepaskan mulutnya.
"Aku rekan suami mu, lebih tepatnya suami kontrak mu." Pria itu tersenyum picik, tatapan bengisnya membuat Nara ingin meludahi wajahnya saat itu juga. Terlebih saat ia menyinggung pernikahan nya.
"Jaga ucapan mu!" Nara berusaha mendorong tubuh pria itu, namun sayang tenaga nya tak sebanding. Pria itu mengurung tubuhnya di depan tembok.
Pria itu menggerakkan jarinya membelai dagu Nara.
"Santai saja, Aku tau semua nya. Berapa dia membayar mu? Aku bersedia membayar mu tiga kali lipat, datang lah padaku jika urusan kalian sudah selesai."
cuihhh..!
Nara benar-benar meludahi wajah pria itu, pria baj!ngan yang dengan lancang menyentuh wajahnya.
Pria itu menyeka wajahnya, bukannya merasa jijik. Ia malah merasa semakin tertarik dengan Nara. Tangannya semakin turun, dari wajah menuju bahu dan mencengkram nya penuh nafsu.
"Tolong...!" pekik Nara berusaha melepaskan diri. Namun Pria itu dengan kurang ajarnya malah mendorong tubuh Nara hingga terpojok di wastafel.
Di saat yang bersamaan, Ammar masuk dan langsung menendang Pria itu hingga tersungkur di lantai dan merintih kesakitan.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Ammar, ia memeriksa seluruh tubuh Nara dengan pandangan cemas.
Nara yang masih syok hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Penampilannya tampak kacau dan berantakan. Ia berusaha mengatur nafas dengan tatapan kosong yang berkaca-kaca.
Setelah memeriksa Nara, Ammar mendatangi Pria yang tersungkur itu lalu menarik kerah bajunya dengan kasar.
"Apa yang Kau lakukan pada istriku!" genggaman Ammar membuat Pria itu merasa tercekik.
"Aku hanya memintanya mendatangi ku setelah urusan kalian selesai. Aku bilang akan membayarnya..."
BAG!
Ammar melayangkan tinjunya hingga mulut Pria itu terbungkam. "Tutup mulutmu jika Kau masih ingin hidup!"
Pria itu menatap sinis wajah Ammar, ia menyeka darah di ujung hidung sembari tersenyum tajam.
Kemudian Ammar kembali melihat kondisi Nara, gadis itu tampak masih mematung dengan wajah penuh rasa takut.
Ammar melepaskan jas nya, lalu menutup tubuh Nara dengan itu. "Ayo Kita pulang..."
...~~...
Malam telah larut, Irene berjalan di ruang bawah tanah. Ruangan yang tempo hari di kunjungi oleh Nara karena menyelamatkan anak tikus.
Irene membawa sesuatu di tangannya. Kantong hitam yang tampak terisi penuh oleh barang. Ia sangat hapal setiap sudut ruangan itu. Dan sampailah ia di sebuah pintu besar berwarna hijau tua.
Irene mengeluarkan kunci, lalu membuka pintu besar tersebut. Tampak minim cahaya, Irene sengaja membuatnya demikian. Ruangan yang amat besar itu di penuhi oleh rak.
"Koleksi terbaru..." lirih Irene tersenyum bangga. Ia menyusun barang bawaannya di sebuah rak yang masih kosong.
Tak lama kemudian, Ammar pun pulang. Ia langsung mengantarkan Nara ke kamarnya. Sepanjang perjalanan, ia hanya diam. Tak bertanya, tak pula tampak perduli dengan kejadian yang menimpa Nara barusan.
Sikap dingin Ammar itu pun mengusik benak Nara. Apakah dia bersikap marah hanya karena formalitas saja? Bukan karena ia merasa benar-benar marah pada Pria itu? Walaupun pernikahan mereka hanya sebatas bisnis, bukankah seharusnya dia memiliki empati sebagai sesama manusia?
Sikap Pria itu benar-benar seperti es, membatu dan dingin. Membuat Nara menampar dirinya sendiri dengan perasaan penuh sadar diri.
Setelah mengantarkan Nara naik ke ranjang, Ammar langsung berbalik badan tanpa satu pun pertanyaan. Pergi begitu saja, padahal tadi ia bersikap seolah-olah khawatir dengan keadaannya.
Nara hanya menghela nafasnya, ia mengingat kembali ucapan Pria yang berusaha melecehkannya tadi.
"Dari mana dia tau soal pernikahan Kami?" lirihnya menatap kosong langit-langit kamar.
...-...
...-...
Setelah membersihkan dirinya di kamar mandi, Ammar mendapati Irene yang tengah duduk di atas ranjang.
"Bagaimana? Bertemu dengan para petinggi sangat membosankan bukan?" tanya Irene, ia tersenyum manis dengan riasan bold. Entah kenapa hari ini terlihat lebih tajam dari biasanya.
"Bisa Kau urus seseorang untukku?"
"Seseorang..?" Irene terlihat penasaran, Ammar tak pernah meminta hal seperti itu sebelumnya.
"Direktur ED corporation."
"Apa? Bukankah dia salah satu pemegang saham terbesar? Memang nya apa yang dia lakukan?"
"Dia mengetahui pernikahan Ku dan Nara. Dia pasti bersekongkol dengan Damar."
"Kau ingin Aku melakukan apa?"
"Keluarkan dia.." tegas Ammar, kedua tangannya mengepal erat di atas lutut.
"Sungguh? Saham yang dia tanam hampir 20 persen, Kau yakin ingin mengeluarkannya?"
"Irene.. Lakukan saja, buat dia sebisa mungkin menutup mulutnya."
"Baiklah.." akhirnya Irene menyetujui.
...~~...
Di tempat lain, Sam dan Galih tampak sedang membuntuti Direktur rumah sakit. Mereka berdua saling melempar tatapan bulat saat melihat Direktur itu memasuki rumah Bu Mina.
"Apa hubungan mereka?" gumam Sam, ini benar-benar di luar dugaan mereka.
"Entah lah.." sahut Galih masih tak percaya.
Sam segera menghubungi Sandra, ia menyuruh nya mencari tahu apa hubungan Bu Mina dan Direktur rumah sakit itu.
...************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
mbak i
aq tuh pingin berlagak jadi detektif,,,tapi kok malah sirahku mumet Yo Miss😥
2022-10-22
1
koq aku curiga yg jd pembunuh berantai itu Irene 🤔🤔 smoga aja bukan 😔
ruang bawah tanah buat apa,. buat nyimpan apa, hadeew aku koq penasaran + takut 😬
2022-10-20
1
Eni Istiarsi
Irene membunuh neneknya Nara agar dia bisa memanipulasi Nara untuk menjadi bonekanya dengan mudah!...begitukah????
2022-10-20
1