Di kantor Detektif...
Sam membuat daftar nama para korban di sebuah papan. Ia juga membuat analisa bagaimana mereka secara tidak langsung berhubungan dengan kasus kebakaran tersebut.
"Pembunuhan berantai ini di mulai sejak 10 tahun silam. Sudah 15 korban tewas mengenaskan. 11 di antaranya adalah Pengacara, Polisi, mantan karyawan GT grub serta dua orang pekerja lepas. Lalu tiga orang anak berusia di bawah umur.
Anak pertama berusia 11 tahun. ia tewas sekitar 9 tahun silam. Ibunya seorang pekerja paruh waktu di gedung pertemuan itu.
Anak kedua berusia 9 tahun, ia putra seorang pekerja lepas. Tiga hari setelah kebakaran itu terjadi, ia menerima uang dalam jumlah besar melalui rekening pribadi.
Dan Anak ketiga berusia 14 tahun, cucu tunggal Pimpinan Excel grup. Di ketahui ia beberapa kali terlibat kerja sama dengan Direktur GT grub."
Sam berhenti sejenak, ia membuat tulisan baru yakni nama Damar.
"Seperti yang Kita ketahui, Sejak GT grub berdiri Damar merupakan orang yang paling dekat dengan Pimpinan dan Wakilnya. Dia juga orang yang melimpahkan kejadian itu pada Ayah, hingga akhirnya di penjara dengan tuduhan kecerobohan."
Sandra merasa ada yang janggal, jika 14 korban memiliki hubungan secara tidak langsung dengan Damar. Lalu apa hubungan Nenek nya Nara?
"Keluarga Nara tak pernah terlibat dengan Damar. Lalu siapa dan kenapa Psikopat itu menjebak Nara sedemikian rupa?"
"Ini yang harus Kita pecahkan. Jadi Kita hanya harus fokus terhadap kasus Nara. Jika ini terungkap, Kita akan mengetahui siapa pembunuh itu. Dan Kita bisa tau apakah Direktur Rumah sakit itu memiliki hubungan juga dengan kasus ini."
Seketika sekujur tubuh Galih merinding membayangkan semua kasus itu saling bertaut. "Wahhh... Nara benar-benar kartu Emas bagi Kita. Jika ternyata Damar dalang dari semua ini, maka Kita bisa memecahkan Kasus Nara, membebaskan Ayahmu dan menemukan pelaku sebenarnya. Ini sungguh gila...!"
"Tapi Damar sangat dekat dengan mendiang Pimpinan dan Wakilnya, apakah mungkin dia yang melakukan itu?" Sandra tiba-tiba ragu, sejauh ini tampaknya Damar tak pernah terlibat kasus seperti itu.
Sam menarik nafasnya, lalu kembali duduk di kursi sembari menggulung lengan kemejanya.
"Sebuah pohon bahkan merasa bahagia saat benalu merambat di batangnya, ia pikir mereka akan bisa tumbuh bersama. Namun benalu malah menyerap nutrisi si pohon dan tumbuh merayap, sementara pohon itu perlahan kehilangan daun dan buahnya. Lama kelamaan pohon akan mati di kuasai benalu. Bukan tidak mungkin Damar melakukan semua ini dengan sangat apik, karena dia tau caranya tumbuh subur di atas pohon. yakni merayap perlahan."
"Bagaimana kalau ternyata Nara memang membunuh? Tak jarang juga pelaku yang mengaku sebagai korban. Bagaimana kalau ternyata Kita dipermainkan oleh Psikopat itu?" ujar Sandra lagi.
"Otak mu benar-benar rusak. Bagaimana bisa Kau mengatakan itu? Nara bahkan tak tega memukul seekor lalat, dan Kau bilang dia benar-benar membunuh Nenek nya?"
"Sam.. jaga ucapan mu, bagaimana pun dia yang paling berguna di antara Kita." Galih tampak tak terima melihat Sandra diomeli.
Kalau bukan karena keahlian Sandra dalam meretas segala macam perangkat, mereka pasti kesulitan mendapatkan barang bukti. Memang itu perbuatan ilegal, mereka tau itu. Tapi jika para penjahat melakukan segala cara, bukan kah mereka juga harus melakukan segala cara untuk menangkapnya?
"Kau membela nya?" Sam terdengar kesal saat melihat sahabatnya lebih membela adik perempuannya.
Galih menangguk cepat. "mm.. Karena dia cantik dan bisa di andalkan. Kita hanya Detektif biasa tanpa dirinya."
Mendengar itu Sandra melempar tatapan sinis, namun hati nya sedikit berdebar walau wajahnya mengatakan sebaliknya.
"Bagaimana denganmu? Kau membela Nara karena dia juga cantik?" lanjut Galih sambil melempar lirikan meledek.
"Hei..! jaga ucapan mu, jika orang lain mendengar bisa menyebabkan salah paham." Sam mengacungkan jarinya di depan wajah Galih.
"Ya...ya..ya..." sahut Galih menangguk dengan senyum kecil.
...~~~~...
Pukul 16:00...
Di halaman depan, tampak Nara tengah menyiram tanaman bonsai menggunakan selang. Namun tak hanya bonsai yang ia guyur, ia mengarahkan selang ke atas kepala lalu menari di bawah percikan air. Ia merasa tengah bermain di bawah hujan yang menyejukkan.
"Apa yang Kau lakukan?" suara dalam Ammar yang tiba-tiba muncul itu membuat Nara terkejut hingga selang yang di pegang nya jatuh dan membuat kaki Ammar basah.
"Astaga..!" pekik Nara saat melihat wajah Ammar. Ia langsung berlari mematikan kran air yang tak jauh dari sana.
"aissss..! Dasar tikus pembawa sial." gerutu Ammar kesal.
"Maaf.. maafkan Aku. Aku tidak bermaksud membuat mu seperti ini." Nara mengatupkan tangannya ke arah Ammar.
Seluruh tubuhnya yang basah kuyup sungguh membuatnya terlihat seperti tikus kecil di mata Ammar.
Begitu pula dengan Ammar, mulai dari lutut hingga sepatunya basah kuyup akibat ulah Nara barusan. Benar-benar menjengkelkan.
"Bersiaplah... Aku di undang ke pernikahan salah satu pemegang saham."
"Baik.. Apa yang perlu Ku siapkan? menyetrika baju mu? atau menyemir sepatumu?" ia mengira Ammar akan memberinya hukuman.
Ammar mendorong dahi Nara dengan jari telunjuknya. "Kenapa otakmu dungu sekali? Kau yang harus bersiap, Kita akan pergi ke sana."
"Aku..? Kenapa bukan Irene?"
"Karena Kau istri ku..." Ammar langsung berbalik menuju rumah.
"HEI... Bukan kah barusan Kau menyentuhku!" pekik Nara kesal. Lagi-lagi Ammar melanggar kontraknya.
"Ya.. Aku akan mengirim 100 juta sekarang." sahut Ammar tanpa berbalik, tampak pula ia mengambil ponselnya dan mengirimkan uang 100 juta ke nomor rekening Nara.
Nara menyabetkan selangnya ke pohon bonsai hingga beberapa daunnya gugur.
"sss! Kenapa dia jadi seenaknya padaku? Apa dia pikir membayar penalti serupa dengan nafkah? Pria itu benar-benar brengshake!"
"Cepatlah..!" seru Ammar.
"Iya..!" sahut Nara sambil membelalakkan matanya.
...~...
Sampailah mereka di gedung pernikahan. Tak banyak tamu yang datang. Hanya beberapa rekan dan kerabat dekat yang menghadiri acara tersebut. Meski begitu pernikahan itu tampak sangat mewah.
"khm..." Ammar melipat tangannya di samping pinggang dan mengkode Nara untuk memasukkan lengannya di sana.
Nara memahami, namun ia ragu karena itu pelanggaran kontrak kan?
"Aku tak mau melanggar kontrak." bisik nya.
Ammar membuang nafas kesal, namun tetap tersenyum walau tampak hambar. "Hari ini anggap saja kontrak itu tidak berlaku." ia menggamit lengan Nara dan merangkulnya.
Namun Nara menepis, ia menarik kembali lengannya. "Tidak mau, Katamu tidak ada pengecualian. Lagi pula kenapa sekarang Kau jadi seenaknya menyentuhku? Apa karena Kau memiliki banyak uang makanya Kau dengan mudah melanggar kontrak itu?"
"Kau terlihat cantik.." bisik Ammar sembari menyelipkan rambut Nara ke belakang telinga.
Nara membelalak, hampir saja ia mengomeli Ammar lagi. Tapi ia langsung paham, Ammar melakukan itu karena Damar sedang menuju ke arah mereka.
"Wah... Pengantin baru ini tampak mesra sekali." sapa Damar.
"Tapi dari kejauhan Ku lihat kalian sedikit berdebat tadi, ada apa?" imbuh nya, membuat Ammar semakin kesal karena Damar berlagak akrab.
Walaupun tak disahuti oleh Ammar, ia tetap tersenyum lebar. Tatapan piciknya kini berpindah kepada Nara.
"Hallo nona, bagaimana perkembangan kasus mu? Jika Kau membutuhkan bantuan ku tidak usah sungkan."
"Jangan menganggu nya! urus saja dirimu sendiri." ketus Ammar.
Damar mendekat dan berbisik pada Ammar. "Kau tampak sangat melindungi istri kontrak mu ini."
"Jaga ucapan mu!" balas Ammar menggeratkan rahangnya.
"Kalau Kau bisa menjaga sikapmu, Aku akan menjaga sikap ku. Kau pikir Aku tidak tau rahasia mu hah?"
"Omong kosong.." Ammar menggandeng Nara dan membawa nya pergi dari hadapan Damar.
Di tinggali tatapan tajam oleh Ammar, ia malah tersenyum lebar. "ck..ck.. Kasihan sekali gadis polos itu di kelabui olehnya."
Ammar dan Nara duduk di sebuah kursi yang telah di sediakan. Sembari menyaksikan pengantin yang mengikat janji, Nara mencicipi hidangan yang tersedia. Sementara Ammar hanya duduk diam dengan wajah datarnya yang tampak kaku seperti biasa.
"Boleh kah Aku bertanya, kenapa waktu itu Kau menemui Direktur rumah sakit?"
"Tidak." sahut Ammar cepat.
"Detektif yang menangani kasus Nenek bilang kalau dia sedang menjalani bisnis pengedaran obat ilegal. Mereka mencurigai dia dalang dari kejadian itu. Kau tidak terlibat dengan bisnis kotor itu kan?"
Ammar menatap tajam Nara, ia risih mendengarkan Nara terlalu banyak bicara. Ingin sekali ia mencabik wajah gadis itu menggunakan kedua matanya.
...*********...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
dina firara
heemmmm...nara ??? salah satu anak dadi petinggi GT group kah??
2022-12-05
1
Rinnie Erawaty
ini setiap tokohnya punya misteri masing2 kayaknya 🤔
2022-11-28
0
💞 NYAK ZEE 💞
kak othor.....kepala Q pusing......ini yang benar yg salah yg mana ....
mereka punya mesteri semua.....
di sini hanya Nara yg kelihatan oon sendiri ....
2022-10-20
1