Bab 14 : Meminta maaf

"m..maaf..." lirih Nara masih tertunduk, ia benar-benar ketakutan sekarang. Apalagi suasana hatinya sedang tak karuan, membuat air matanya dengan mudah mengalir. Ia hanya meletakkan makanan itu ke sana, kenapa Ammar sangat marah padanya?

Nara berjongkok, sambil menangis ia memunguti snack dan wafer lalu memasukkannya kembali ke dalam wadah.

"Dan satu lagi, Jika Kau pulang lewat dari jam 7 malam. Maka sebaiknya jangan kembali ke sini."

Mendengar itu tangis Nara berubah menjadi jengah. Ia mengusap air matanya lalu berdiri mendongakkan wajah menatap Ammar.

"Anda memintaku mematuhi kontrak kan? Apa ucapan Anda barusan tertulis di kontrak? Jika pun Anda menetapkan peraturan seperti itu maka Aku dengan senang hati akan melanggarnya agar Aku tidak kembali ke rumah ini lagi!"

"Lalu, Kau mau kembali ke penjara?" tegas Ammar terlihat amat murka.

"Di penjara atau pun di sini, tidak ada bedanya bagi Ku!" Nara beranjak meninggalkan Ammar di sana.

Ia tak perduli dengan wajah bengis Pria itu, sampai beberapa saat yang lalu ia berpikir bisa berdamai dengan rasa pahit yang di alami. Namun ternyata salah, sekali pun ia mencoba membubuhkan gula rasa pahit itu tetap timbul karena kepekatannya.

...~~~~...

Hari ini Nara berniat menghabiskan waktu untuk bergabung dengan para pelayan. Beberapa orang menolaknya, karena tidak enak dan takut di marah oleh Irene karena membuat Nara repot. Namun Nara memaksa, ia pun mengerjakan hal ringan saja seperti membersihkan pajangan yang ada di lemari kaca.

Setelah membersihkan beberapa guci kecil, Nara mengambil sebuah foto yang tampak sudah sangat lama. Di foto yang menyimpan kenangan Dua keluarga pimpinan GT grup itu juga ada Irene dan Ammar sewaktu kecil. Mungkin berusia sekitar 10 tahun.

"Dia mirip sekali dengan Pak Erland..." gumam nya sembari mengusap bingkai tersebut perlahan.

"Keluarga mereka pasti dulu sangat sempurna. Tapi mungkin tidak dengan keluarga Pak Denias, sampai kematiannya dia bahkan tidak memiliki anak."

Nara pula terharu, andai saja Denias memiliki buah hati. Pasti mereka akan bekerja sama dengan Irene untuk menegakkan keadilan.

Tiba-tiba seluruh pelayan kalang kabut menyembunyikan diri. Mereka tidak tau kalau ternyata Ammar baru hendak berangkat ke kantor.

Nara yang tak biasa dengan kondisi itu pun bingung, ia hanya melihat bayangan Ammar yang sedang menuruni anak tangga.

Suasana mencekam tiba-tiba, Nara teringat akan perdebatan mereka semalam. Bagaimana kalau ternyata Ammar benar-benar marah dan mengembalikannya ke penjara?

"Seharusnya Kau jaga mulutmu Nara!" gumam nya merutuk.

Saat Ammar hampir sampai di ujung tangga, Nara segera bergegas hendak menyembunyikan diri juga. Ia tak ingin suasana hati Ammar memburuk karenanya. Apalagi saat ini Nara tidak memakai plaster untuk menutupi lesung pipi.

"Kau tidak berniat meminta maaf?"

Suara Ammar yang menggema membuat langkah Nara berhenti seketika. Ia ternyata masih kesal atas kejadian semalam.

"Maaf.." ujar Nara pelan, ia membungkukkan badan namun tetap membelakangi Ammar.

Di mata Ammar tindakan itu sangat tidak sopan, meminta maaf tapi malah memunggungi orang yang mengajak bicara.

Dengan rasa kesal membuncah, Ammar menarik lengan Nara hingga tubuh nya berbalik menghadap.

Nara yang terkejut dan merasa takut hanya bisa memejamkan mata sambil mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Tentu saja lesung pipinya jadi sangat menonjol.

Ammar memindahkan pandangannya dari wajah Nara. Lesung pipi itu benar-benar mengusik nya.

"Bukan kah sudah ku bilang jangan menunjukkan lubang tikus itu?" gretak Ammar, ia menghempaskan lengan Nara dari cengkraman nya.

Nara menutup pipinya dengan telapak tangan, ia menunduk sambil menahan detak jantung yang bergemuruh ketakutan.

"i..iya.. itu sebabnya Saya membelakangi Anda tadi."

"Kalau Kau ingin keluar, kembali lah sebelum jam 7 malam."

"Baik.." lirih Nara mengangguk, ia tak berani mendebat. Sudah sangat lega hatinya karena ternyata Ammar tak mengungkit percekcokan mereka semalam.

"Tentang semalam..."

"Saya minta maaf! Saya janji akan menuruti semua peraturan tambahan yang Anda buat." potong Nara cepat sambil menundukkan kepalanya.

Tanpa sadar, senyum tipis Ammar tersimpul di ujung bibir. Padahal tadinya ia ingin minta maaf lebih dulu. Karena Nara berniat baik, ia hanya marah karena Nara begitu lancang memasuki kamarnya.

"Saya pergi dulu.." ucap Ammar, terdengar datar namun di iringi senyum tipis yang tampak kaku.

"Apa barusan dia berpamitan padaku?" gumam Nara terkejut. Biasanya walaupun berpapasan Ammar bahkan tidak mau menegurnya.

...~~~~...

Ammar dan para petinggi lainnya baru selesai menggelar rapat. Di antara para jajarannya, hanya Damar yang menolak mentah-mentah semua yang di katakan Ammar selama rapat tadi. Hal itu pun membuat Irene semakin jengah.

"Beraninya dia membuka mulut memotong pembicaraan mu! Dasar tidak tau malu!" geram Irene, ia mengepalkan tangannya di atas meja.

"Aku akan memecatnya secepat mungkin." imbuh Ammar, ia hanya tinggal mencari celah untuk menendang Damar dari kehidupan mereka.

"Kalau bisa secepatnya Ammar. Atau Aku akan kehilangan kesabaran dan membereskannya dengan tanganku sendiri."

Ammar menarik nafasnya, ia mengamati wajah Irene yang tampak amat marah itu.

"Bersabarlah.. Jangan melakukan tindakan gegabah lagi. Kau tau seberapa sulit Aku membereskan kekacauan yang Kau buat selama ini."

"Aku melakukannya untuk mu juga, untuk kebaikan hidup Kita."

"Aku tau, Kau mengejar seseorang saat keluar Negeri kemarin kan? Mengurus perusahaan hanya alasanmu saja." Ammar menurunkan volume suaranya. Ia menatap Irene dengan sudut mata tajam.

Tangan Irene yang mengepal kuat seketika meregang, ia membalas tatapan Ammar dengan penuh rasa penasaran.

"Kau tau tentang itu?"

"Aku yang membereskan sisa nya, Kau memang tidak pernah teliti dalam hal itu."

"chh.... Seharusnya Aku mengajakmu saja kemarin."

Mereka berdua sama-sama melempar senyum tipis, namun raut mata tajam seolah saling mengikat kedua nya untuk bungkam.

"Aku merindukan tatapan itu." ucap Irene memecah suasana. Tatapan dingin Ammar yang beberapa hari terakhir ini jarang ia lihat.

Ammar memutar kursinya agar sejajar dengan Irene.

"Benarkah? Kau mau ku tatap seperti ini? Aku bisa melakukannya seharian di depan mu."

"hahahaha... Ubah lah tatapan mu, terutama untuk Nara. Tidak bisakah Kau menatapnya dengan hangat? Kau bahkan terus memarahinya hanya karena kesalahan kecil. Dia itu penting bagi Kita, Kau harus membuat nya senyaman mungkin di rumah Kita."

Raut wajah Ammar berubah datar dan masam, ia muak jika Irene sudah mengomel apalagi menyuruhnya bersikap baik pada Nara.

"Salah mu memilih orang bodoh sepertinya. Merepotkan saja.." kesal nya, kalau bisa hari ini juga ia ingin mengakhiri pernikahan kontrak itu.

"Kita memang harus memilih orang bodoh agar mudah di manfaatkan."

"Terserah lah... Setelah Damar ku singkirkan maka Kau harus menyingkirkannya juga. Aku ingin Kita kembali fokus dengan kehidupan Kita dan Perusahaan saja."

Menjalani kehidupan tanpa orang asing di sekitarnya adalah impian bagi Ammar. Namun tidak dengan Irene, ia menginginkan keadaan berubah. Mereka harus berubah dan mempunyai penerus agar bisa menjalani hari tua dengan tenang.

...************...

Terpopuler

Comments

dina firara

dina firara

hemmm...nara anak siapa?? denias?

2022-12-05

1

NayaRaa Chika

NayaRaa Chika

mungkin Ammar dari kecil punya nya cuma Irene,tapi kalo baca interaksi mereka bukan kek Kaka adek... 🤭
duh kasian Nara yaa, memang dari awal cuma buat di manfaatin sih ya, semoga amat lekas terbuka hatinya... 🤗🤗😘

2022-10-24

1

🌺awan's wife🌺

🌺awan's wife🌺

jangan2 mereka berdua ada kaitannya dengan pembunuhan berantai 🤔🤔🤔🤔🤔

2022-10-18

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog (Bab 1)
2 Bab 2 : Lembah hitam
3 Bab 3 : Kesepakatan
4 Bab 4 : Pernikahan
5 Bab 5 : Beradaptasi
6 Bab 6 : Dasi
7 Bab 7 : Pelantikan
8 Bab 8 : Rubanah
9 Bab 9: Pintu rahasia
10 Bab 10 : Kopi dan Snack
11 Bab 11 : Hantu?
12 Bab 12 : Demam
13 Bab 13 : Kucing Bu Mina
14 Bab 14 : Meminta maaf
15 Bab 15 : Membagi kompensasi
16 Bab 16: Orang-orang dengan rahasia
17 Bab 17 : Pembaruan kontrak
18 Bab 18 : Penyelidikan para korban
19 Bab 19 : Menghadiri pesta
20 Bab 20 : Pencucian uang
21 Bab 21 : Micky mouse
22 Bab 21 : Menyerahkan bukti
23 Bab 23 : Penggerak boneka
24 Bab 24 : Menginap di rumah Nenek
25 Bab 24 : Dendam balasan
26 Bab 26 : Kesaksian Palsu
27 Bab 27 : Ruang rahasia.
28 Bab 28 : Usaha yang salah
29 Bab 29 : Tikus peliharaan
30 Bab 30 : Merasa tertipu
31 Bab 31 : Sangat membingungkan
32 Bab 32 : Data pribadi
33 Bab 33 : Pernikahan sesungguhnya
34 Bab 34 : Sidang
35 Bab 35 : 5 Miliar
36 Bab 36 : Korban baru
37 Bab 37 : Mengelabui
38 Bab 38 : Mall X2
39 Bab 39 : Meninggalkan kesan
40 Bab 40 : Obat bius
41 Bab 41 : Mimpi palsu
42 Bab 42 : Mimpi atau bukan?
43 Bab 43 : Hari peringatan
44 Bab 44 : 1003
45 Bab 45 : Tiga detik
46 Bab 46 : Kejutan berulang
47 bab 47 : Villa terpencil
48 Bab 48 : Hancur
49 Bab 49 : Bukan Cinta
50 Bab 50 : Balas membalas
51 Bab 51 : Akhir dari segalanya
52 Bab 52 : Kekosongan
53 Bab 53 : Tidak ingin egois
54 Bab 54 : Hidup baru, lembaran lama.
55 Bab 55 : Kembali setelah 15 tahun
56 Bab 56 : Tangis haru
57 Bab 57 : Breaking News
58 Bab 58 : Jangan datang
59 Bab 59 : Rantai dendam
60 Bab 60 : Salah jalan
61 Bab 61 : Bermuka lebih dari dua
62 Bab 62 : Merah muda
63 Bab 63 : Merah muda 2
64 Bab 64 : Membuat sup buah
65 Bab 65 : Sesuatu yang janggal
66 Bab 66 : Memancing
67 Bab 67 : Fakta tentang kematian
68 Bab 68 : Pisau dalam genggaman
69 Bab 69 : Sikap yang tak bisa di tebak.
70 Bab 70 : Melindungi.
71 Bab 71 : Terkepung
72 Bab 72 : Queen of Game
73 Bb 73 : Wajah asli
74 Bab 74 : Sifat yang membingungkan
75 Bab 75 : Perasaan yang salah
76 Bab 76 : Pria paling egois
77 Bab 77 : Hormon
78 Bab 78 : Pernyataan
79 Bab 79 : Kecurigaan Ayah
80 Bab 80 : Ingin tetap bersama
81 Episode 81 : Mengubah keadaan.
82 Episode 82 : VIP
83 Bab 83 : Ambulance
84 Bab 84 : Takdir lain dari Tuhan
85 Bab 85 : Berbahagialah...
86 Bonus Chapter
87 Bunos chapter 2
88 Salam sayang
89 Tak Mau (jadi) Yang Kedua
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Prolog (Bab 1)
2
Bab 2 : Lembah hitam
3
Bab 3 : Kesepakatan
4
Bab 4 : Pernikahan
5
Bab 5 : Beradaptasi
6
Bab 6 : Dasi
7
Bab 7 : Pelantikan
8
Bab 8 : Rubanah
9
Bab 9: Pintu rahasia
10
Bab 10 : Kopi dan Snack
11
Bab 11 : Hantu?
12
Bab 12 : Demam
13
Bab 13 : Kucing Bu Mina
14
Bab 14 : Meminta maaf
15
Bab 15 : Membagi kompensasi
16
Bab 16: Orang-orang dengan rahasia
17
Bab 17 : Pembaruan kontrak
18
Bab 18 : Penyelidikan para korban
19
Bab 19 : Menghadiri pesta
20
Bab 20 : Pencucian uang
21
Bab 21 : Micky mouse
22
Bab 21 : Menyerahkan bukti
23
Bab 23 : Penggerak boneka
24
Bab 24 : Menginap di rumah Nenek
25
Bab 24 : Dendam balasan
26
Bab 26 : Kesaksian Palsu
27
Bab 27 : Ruang rahasia.
28
Bab 28 : Usaha yang salah
29
Bab 29 : Tikus peliharaan
30
Bab 30 : Merasa tertipu
31
Bab 31 : Sangat membingungkan
32
Bab 32 : Data pribadi
33
Bab 33 : Pernikahan sesungguhnya
34
Bab 34 : Sidang
35
Bab 35 : 5 Miliar
36
Bab 36 : Korban baru
37
Bab 37 : Mengelabui
38
Bab 38 : Mall X2
39
Bab 39 : Meninggalkan kesan
40
Bab 40 : Obat bius
41
Bab 41 : Mimpi palsu
42
Bab 42 : Mimpi atau bukan?
43
Bab 43 : Hari peringatan
44
Bab 44 : 1003
45
Bab 45 : Tiga detik
46
Bab 46 : Kejutan berulang
47
bab 47 : Villa terpencil
48
Bab 48 : Hancur
49
Bab 49 : Bukan Cinta
50
Bab 50 : Balas membalas
51
Bab 51 : Akhir dari segalanya
52
Bab 52 : Kekosongan
53
Bab 53 : Tidak ingin egois
54
Bab 54 : Hidup baru, lembaran lama.
55
Bab 55 : Kembali setelah 15 tahun
56
Bab 56 : Tangis haru
57
Bab 57 : Breaking News
58
Bab 58 : Jangan datang
59
Bab 59 : Rantai dendam
60
Bab 60 : Salah jalan
61
Bab 61 : Bermuka lebih dari dua
62
Bab 62 : Merah muda
63
Bab 63 : Merah muda 2
64
Bab 64 : Membuat sup buah
65
Bab 65 : Sesuatu yang janggal
66
Bab 66 : Memancing
67
Bab 67 : Fakta tentang kematian
68
Bab 68 : Pisau dalam genggaman
69
Bab 69 : Sikap yang tak bisa di tebak.
70
Bab 70 : Melindungi.
71
Bab 71 : Terkepung
72
Bab 72 : Queen of Game
73
Bb 73 : Wajah asli
74
Bab 74 : Sifat yang membingungkan
75
Bab 75 : Perasaan yang salah
76
Bab 76 : Pria paling egois
77
Bab 77 : Hormon
78
Bab 78 : Pernyataan
79
Bab 79 : Kecurigaan Ayah
80
Bab 80 : Ingin tetap bersama
81
Episode 81 : Mengubah keadaan.
82
Episode 82 : VIP
83
Bab 83 : Ambulance
84
Bab 84 : Takdir lain dari Tuhan
85
Bab 85 : Berbahagialah...
86
Bonus Chapter
87
Bunos chapter 2
88
Salam sayang
89
Tak Mau (jadi) Yang Kedua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!