Bola mata Nara tampak sangat berbinar saat memandangi snack kesukaannya yang masih tergeletak di atas meja dapur.
"Maafkan Aku sayang.. Aku melupakanmu hehehe.."
Ia meraih bungkus snack itu, namun terasa ada yang aneh. Beratnya tak lagi sama, ia pun mengintip kedalam bungkus snack itu. Betapa syok nya ia saat melihat isinya tinggal tiga butir.
"Apa ini...? Aku baru membukanya tadi, siapa yang memakannya?"
Nara melihat sekeliling, atas dan bawah, memeriksa lagi bungkus snack nya. Ia yakin betul tidak sedang berhalusinasi, ia sangat yakin saat membuat kopi, ia hanya mencicipi beberapa.
"Lalu kemana isinya..?" Nara masih tak percaya. jika tikus yang memakan tak mungkin tak ada jejak remahan, semut? lebih tidak mungkin lagi. Berapa koloni yang di butuhkan semut untuk menghabiskan Snack itu dalam waktu singkat?
"Apa jangan-jangan...." bulu kuduk Nara berdiri serentak, di tambah angin yang bertiup entah dari mana menggoyangkan helaian tirai besar di dekat kaca.
Nara menarik nafas dalam-dalam, ia menutup mulutnya rapat-rapat kemudian mengambil langkah seribu menuju kamarnya.
"Tuhan.. tolong Aku.. tolong...!" ucap nya sambil terengah-engah.
BLAK..!!!
Nara membanting pintu kamarnya sekuat tenaga. Berharap makhluk yang ia bayangkan tidak mengikutinya ke sana.
Setelah memastikan Nara masuk ke kamarnya, Ammar pun keluar dari dalam lemari kabinet dengan susah payah. Tentu saja kabinet yang tak seberapa lebar itu terasa menghimpit tubuhnya sedari tadi.
"huhh... Akhirnya..." keluh Ammar, ia merebahkan punggung pada kabinet. Suasana pengap di dalam sana membuat seluruh tubuhnya berkeringat.
Ammar menarik nafas dalam-dalam, terasa lega. Lalu tiba-tiba ia tertawa kecil saat teringat Nara yang sangat panik tadi.
"chh.. Apa dia bodoh? Jaman sekarang masih percaya hal-hal mistis." gumamnya mengulum senyum smirk.
...~~...
Keesokan harinya....
Ammar sedang bersiap berangkat ke kantornya. Kali ini ia melilitkan dasi sekenanya, entah kenapa sudah berhari-hari menonton tutorial memasang dasi, ia masih tak bisa mempraktikkannya.
"Kapan Kau akan pulang?" ia sedang melakukan panggilan video bersama Irene, sebagai pemandu untuk memasang dasi.
"Secepatnya Ammar, Aku juga ingin segera pulang." balas Irene tersenyum, ia tampak meminum sampanye sembari menikmati pemandangan dari balkon hotel.
"Kenapa? Kemarin Kau tampak antusias ingin pergi?"
"Di sini cukup melelahkan..." keluhnya, sorot lampu kendaraan di bawah sana terasa berpendar di matanya.
Ammar mengalihkan pandangannya dari cermin, menatap ke dalam layar ponsel. "Sejak awal sudah kukatakan jangan mengambil langkah sendiri, Kau membutuhkan bantuan?"
"Jangan khawatir." Irene tersenyum kecil. Memastikan bahwa ia bisa mengatasi urusannya sendiri.
...~...
Sam dan Sandra mendatangi rumah sakit tempat Nara bekerja dulu. Mereka tidak datang sebagai Detektif, melainkan sebagai pasien yang hendak berobat.
"Apa keluhan Anda?" tanya salah seorang perawat.
"Akhir-akhir ini Saya merasa pusing setelah mengonsumsi obat pereda nyeri, Saya pikir obatnya salah. Apa mungkin rumah sakit ini memberikan obat tak layak edar kepada pasiennya?"
Sam berpura-pura merintih, memegangi kepalanya. Sementara Sandra mengusap-usap punggung Sam agar tampak meyakinkan.
Mendengar keluhan Sam, Perawat itu mengurung senyum. Tidak mungkin rumah sakit mereka memberikan obat sembarangan kepada pasiennya.
"Apa ada bukti transaksi bahwa Anda menerima obat itu dari Kami? Boleh Saya lihat?"
"Sebentar..." Sandra mengeluarkan obat beserta struk yang tentu saja mereka manipulasi. Sebenarnya itu tindakan ilegal, tapi mau bagaimana. Kalau mengikuti jalur legal pembunuh itu pasti akan lolos lagi.
Perawat itu memeriksa obat nya, dan memang benar merk tersebut berasal dari rumah sakit mereka.
"Siapa yang memberi Anda obat ini?" tanya si perawat, ia tampak kaku bahkan menghindari kontak mata dengan Sandra.
Beberapa Staff di rumah sakit itu tau, Direktur tengah mengembangkan obat penenang. Namun mereka menggunakan bahan kimia tertentu yang jauh lebih murah, namun efeknya mungkin malah akan berbahaya. Maka dari itu Direktur membayar sejumlah orang untuk mencoba obat tersebut dalam jangka panjang. Mereka yang di bayar akan di berikan sanksi apabila menyebarluaskan obat yang belum layak edar tersebut.
Maka dari itu si perawat tampak syok, bukankah orang yang sudah di bayar setuju untuk bungkam? Lalu kenapa Sam mengeluhkannya?
"Anda sendiri, dua minggu yang lalu Anda yang memberikan obat ini pada Saya. Apa anda lupa!" pekik Sam, ia sengaja memancing perhatian orang-orang di sana.
Perawat itu tampak terkejut, "Maaf.. tapi Saya.."
"Saya tidak mau tahu, Pertemukan Saya dengan Direktur rumah sakit ini, atau Saya akan menyebarkan berita ini ke media."
Sam menggebrak meja pelayanan di sana, orang-orang mulai memperhatikannya. Bahkan tak sedikit dari mereka yang merekam kejadian tersebut.
"Sam.. orang-orang merekam Kita." bisik Sandra.
"Tenanglah, penyamaran Kita kali ini benar-benar sempurna." balas Sam pula berbisik. Tak lupa ia membenarkan kumis palsunya.
...~...
Akhir pekan yang membosankan, sudah melewati 3 minggu Nara tinggal di sana. Setiap harinya terasa membosankan, membuka mata di dalam kamar yang sama saat ia menutup mata. Ingin sekali ia terbangun dalam keadaan yang berbeda.
"Aku rindu rumah Nenek..." gumamnya.
Nara keluar dari kamarnya, jam sudah menunjukkan pukul 9 lewat. Ia langsung menuju ke meja makan yang ada di dapur.
"Nyonya... bisa Anda panggilkan Tuan Ammar? Dia belum keluar sejak tadi." pinta salah satu pelayan.
Biasanya di akhir pekan Ammar akan sarapan pukul 7 pagi, setelah itu keluar untuk berolahraga di pusat kebugaran yang ada di lantai paling atas. Namun hari ini Ammar belum menunjukkan wajahnya sama sekali. Membuat para pelayan khawatir.
"h..hah?" Nara tertegun. Jangankan mereka, ia saja tidak berani naik ke lantai dua. Apalagi sampai ke kamar Ammar.
"Nyonya Irene bilang pada Kami untuk memastikan Tuan Ammar tidak terlambat sarapan. Kami khawatir nyonya.." pinta pelayan itu lagi.
Dua orang lainnya pula mengangguk, mencoba meminta pengertian Nara.
"mm.. begini, Kalian tau kan Aku hanya istri kontrak? Aku tidak berani menganggunya."
"Entah itu kontrak atau bukan, Anda tetap menyandang status sebagai istrinya. sedangkan Kami hanya pelayan. Kalau pun dia marah, setidaknya dia hanya sekedar marah pada Anda. Sedangkan Kami, Kami bisa di pecat nyonya.. Kalau dia sampai jatuh sakit pun Kami akan dimarah oleh nyonya Irene. tolong Kami.."
Nara berpikir lagi, kasihan juga kalau sampai para pelayan ini kena imbasnya hanya gara-gara sikap Ammar yang seperti batu itu.
"Baiklah.. Akan ku coba."
"Terimakasih nyonya.."
Pelayan itu menyerahkan sebuah nampan berisi menu sarapan Ammar. Nara menerima itu dengan penuh rasa ragu. Ia hanya bisa berdoa semoga suasana hati Ammar sedang bagus kali ini.
...*************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
💞 NYAK ZEE 💞
kebanyakan makan Snack kali Ammar kekenyangan .....ngak bisa bangun.....😂😂😂
2022-10-17
1
Anis Yafi Mairah
lanjut kak,jgn lama lama up nya,aku menunggu dag Dig dug ini🤭
2022-10-17
1
🌺awan's wife🌺
jangan bilang amar alergi makan Snack jg tuh,,,,
serasa nonton detektif Conan thor
2022-10-17
1