Bab 13 : Kucing Bu Mina

[Aku pergi ke rumah Nenek.]

Nara mengirimkan pesan singkat kepada Ammar. Ia tengah menunggu jemputan Sandra, mereka akan pergi untuk menyelidiki Bu Mina.

Walaupun sangat tidak mungkin bagi Nara bahwa Bu Mina pelakunya, Sandra tetap ingin menyelidiki. Mereka harus benar-benar melihat celah yang tersembunyi agar bisa menemukan pembunuh itu.

Sembari menunggu Sandra, Nara melihat-lihat seluruh ruangan. Selama Dua bulan ia tinggal di sana, belum pernah sekalipun Nara melihat-lihat rumah itu.

Nara membuka salah satu ruangan yang ternyata ruang CCTV. "wahh.. hebat sekali mereka, berapa uang yang mereka habiskan untuk membeli semua ini." gumamnya berdecak kagum.

Setiap sudut rumah itu terangkum jelas di layar monitor. Terpikir pula oleh Nara untuk melihat kemana camilan nya malam itu. Apa benar benar makhluk halus yang menghabiskannya?

Nara mencari rekaman malam itu, setelah beberapa menit ia pun menemukan detik-detik saat ia meninggalkan camilannya di dapur.

Ia terlihat sedikit memicingkan mata ke arah layar monitor, takut kalau ternyata benar-benar makhluk astral yang muncul.

"OH!! Ternyata Kau yang memakannya!" Nara heboh sendiri saat menyaksikan Ammar menghabiskan camilannya.

Jengkel rasanya, kemarin Ammar mengatakan kalau jajanan itu membawa virus. tapi ternyata dia menyantapnya begitu lahap.

Beberapa saat kemudian, rasa jengkel Nara berganti menjadi tawa geli saat melihat Ammar bersembunyi di dalam lemari kabinet. Ya, saat ia datang ke sana dan Ammar terburu-buru bersembunyi, membuat perut Nara geli ingin tertawa lebar.

"Dia kelihatan menyukai itu, kenapa tidak bilang saja. eh, jangan-jangan kemarin dia sengaja mengambil snack ku untuk di makan, bukan di teliti? ck... gengsi nya besar sekali." ledek nya tak henti-henti.

Namun jika di pikir pikir Ammar seperti menemukan hal baru. Mungkin selama ini ia hanya makan makanan yang sudah di siapkan, tak pernah menyentuh makanan luar apalagi snack yang di jual bebas di pasaran.

Nara jadi membayangkan, seberapa dalam diri Ammar terkurung di dalam kesunyiannya. Entah kenapa tiba-tiba ia merasa iba kepada Pria batu itu. Mengurung diri selama bertahun-tahun bukanlah hal mudah. Pasti lah ada sebab yang begitu menyakitkan hingga ia bertahan di dalam kesunyian nya selama ini.

Tiba-tiba Nara berpikir untuk memberikan beberapa snack. Ia kembali ke kamarnya kemudian mengambil sejumlah jajanan yang kemarin sempat di pegang oleh Ammar.

"ah.. dia juga sempat mengambil ini kemarin." Nara mengambil biskuit matcha kemudian memasukkannya ke dalam wadah bersama jajanan yang lain.

Kemudian ia menuliskan sesuatu di atas kertas, dan menempelkan ke wadah jajanan tersebut.Ia akan membawa itu ke kamar Ammar.

...~~~...

Sandra dan Nara tiba di rumah Bu Mina, mereka tampak di jamu oleh Bu Mina dengan menu yang ia jual hari ini.

"Tumben warung Ibu sepi, biasanya ada beberapa kucing yang berseliweran."

Nara membuka percakapan, ia sengaja memancing ke arah sana.

"Iya nih, kucing Saya mati baru-baru ini. Seperti nya kena penyakit menular." sahut Bu Mina, ia tengah menata beberapa lauk pauk yang baru matang.

Sandra dan Nara langsung bertukar tatapan penuh tanya.

"Berarti mati semua Bu? Padahal cantik-cantik ya kucing Ibu." lanjut Nara, ia memperlihatkan raut wajah prihatin.

"Nggak semua nya punya Saya sih, Saya cuma punya satu. Yang lain cuma datang untuk mencuri makanan hahahahah..."

Nara sedikit merinding membayangkan jika Bu Mina benar membunuh kucing-kucing itu. Sementara Sandra berpikir keras, tak ada bukti lagi untuk membuat Bu Mina masuk ke dalam daftar tersangka. Namun ia tak berniat mundur, ia akan tetap menyimpan video Bu Mina yang membunuh kucing tempo hari.

Bisa saja Bu Mina memang dalang nya. Tapi ia tak mau gegabah, jika mereka bertindak ceroboh sedikit saja. Maka bisa jadi peluang besar untuk tersangka melarikan diri.

...~...

Setelah satu minggu, Irene kini pulang ke rumah. Dari raut wajahnya yang sumringah tampaknya ia bisa mengendalikan masalah di luar sana. Seluruh aset, saham serta keuntungan sudah ia balikkan atas namanya dan Ammar.

Irene menuju kamar Ammar, namun ternyata Ammar belum pulang padahal hari sudah malam. Ia memasuki kamar itu, memandangi seluruh kamar yang tertata rapi seperti biasa.

Kemudian pandangannya terpaku pada wadah camilan di atas meja. "Seharusnya Anda bilang saja kalau ingin memakannya... Nara."

Irene membaca tulisan di kertas yang tertempel pada wadah snack tersebut. Ia pun mengulum senyum, "Ada orang lain yang memasuki kamar ini.."

"Irene.. Kau sudah pulang? Kenapa tidak memberitahu, Aku bisa menjemputmu." Ammar memeluk Irene, melepaskan rindu dan menghempaskan kegelisahannya. Kepergian Irene membuat hari-hari Ammar terasa sedikit kosong.

"ch.. berhenti mengkhawatirkan ku, Aku bahkan lebih mengkhawatirkan mu." Irene membalas pelukan Ammar, ia pula menepuk pundak Ammar pelan.

Walaupun Ammar terlihat keras dan tangguh, Irene tau betul Ammar masih sangat layak di khawatirkan. Apalagi dengan tempramen Ammar yang sangat buruk, ia takut Ammar menjadikan Nara sasaran empuk.

"Tidak ada yang menganggu mu selama Aku pergi kan?" tanya Irene.

"Tidak, tapi tikus mu benar-benar menganggu."

Irene melepas pelukannya, menatap geli wajah Ammar yang tampak sangat kesal. "Tikus...? Nara maksud mu?"

"mm.. Kapan Kau akan mengusirnya? Aku sudah tidak tahan lagi dengan keberadaannya di sini."

"Ku pikir ada yang berubah setelah Aku meninggalkan kalian." ujar Irene terkekeh pelan.

"Semenjak ada dia Aku selalu sial, dan Kau bilang tidak ada yang berubah? Kedamaian Ku berubah Irene." kesal Ammar, ia bertambah jengah karena Irene terus terkekeh.

"Bertahanlah sebentar lagi Ammar, rencana Kita belum sepenuh nya berhasil. Kita harus memberi pelajaran kepada pembunuh orang tua Kita. Setelah itu baru Kita bisa mengembalikan Nara ke asalnya."

"Tidak bisa kah sampai di sini? Aku tidak mau orang lain terlalu jauh mencampuri urusan Kita." Ammar mencela perkataan Irene. Bukankah dari sini mereka bisa bertindak sendiri tanpa status pernikahan? Walaupun pasti banyak yang mengecam dan mengatakan mereka hanya memanfaatkan pernikahan itu.

Irene menghela nafas berat, ia memejamkan matanya agar tak mengeluarkan kata-kata yang bisa memancing emosi Ammar.

"Kau menceraikan istrimu tak lama setelah mendapatkan kursi Pimpinan, Ku rasa semua orang akan mempertanyakan itu Ammar. Bersabarlah..."

"Aku paling benci bersabar.." gumam Ammar terdengar ketus. Ia melempar jas nya ke atas kasur kemudian masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

hhhhffff.....!

Deru nafas Irene terdengar kasar, baru saja ia menginjakkan kaki di rumah nya tapi malah langsung terlibat hal panas dengan Ammar. Jika bukan karena untuk kebaikan Ammar, Irene akan langsung memakai cara buta untuk melenyapkan orang-orang yang mencelakai orang tua mereka.

Karena merasa lelah, Irene pun pergi ke kamarnya untuk beristirahat.

Setelah beberapa saat, Ammar keluar dari kamar mandi. Ia memikirkan yang barusan terjadi, sedikit sesal menghinggapi benaknya saat teringat wajah lelah Irene. Tak seharusnya ia membentak nya tadi.

"Maafkan Aku Irene.." lirihnya tertunduk.

Ia melihat ke arah meja, dimana terletak wadah penuh dengan camilan yang kemarin hendak di curi. Ia pun menghampirinya, lalu membaca tulisan di kertas kecil yang tertempel di sana.

Namun bukannya senang, ia malah merasa kesal karena Nara dengan lancang masuk ke dalam kamarnya. Ia mengambil wadah itu dan berjalan dengan langkah jenjangnya yang terdengar cepat.

Saat ia sampai di lantai satu, bertepatan pula dengan Nara yang baru pulang. Seharian ia dan Sandra berkeliling mencari petunjuk petunjuk kecil yang ada.

"NARA..!" panggil Ammar. Suara besarnya membuat Nara terhentak kaget.

Ammar menumpahkan isi wadah yang ia bawa hingga snack dan wafer yang di berikan Nara berjatuhan ke lantai.

Nara hanya melihat itu, ia mengepalkan tangan agar jemari nya tak gemetaran. Apakah tindakannya itu membuat Ammar sangat marah?

"Kau tidak ingat? Di kontrak tertulis jelas bahwa Kau di larang masuk ke kamar Ku! Kenapa Kau bertindak sangat lancang!"

...*********...

Terpopuler

Comments

mbak i

mbak i

sini mar,,tak cium,,,biar nggak marah marah Mulu😁

2022-10-22

1

Laura Wijaya

Laura Wijaya

amarrr sukanya marah2 nanti Bucin ma Nara tau rasa Lo🙄

2022-10-22

1

Eni Istiarsi

Eni Istiarsi

pengin nyubit Ammar dech 🙄

2022-10-18

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog (Bab 1)
2 Bab 2 : Lembah hitam
3 Bab 3 : Kesepakatan
4 Bab 4 : Pernikahan
5 Bab 5 : Beradaptasi
6 Bab 6 : Dasi
7 Bab 7 : Pelantikan
8 Bab 8 : Rubanah
9 Bab 9: Pintu rahasia
10 Bab 10 : Kopi dan Snack
11 Bab 11 : Hantu?
12 Bab 12 : Demam
13 Bab 13 : Kucing Bu Mina
14 Bab 14 : Meminta maaf
15 Bab 15 : Membagi kompensasi
16 Bab 16: Orang-orang dengan rahasia
17 Bab 17 : Pembaruan kontrak
18 Bab 18 : Penyelidikan para korban
19 Bab 19 : Menghadiri pesta
20 Bab 20 : Pencucian uang
21 Bab 21 : Micky mouse
22 Bab 21 : Menyerahkan bukti
23 Bab 23 : Penggerak boneka
24 Bab 24 : Menginap di rumah Nenek
25 Bab 24 : Dendam balasan
26 Bab 26 : Kesaksian Palsu
27 Bab 27 : Ruang rahasia.
28 Bab 28 : Usaha yang salah
29 Bab 29 : Tikus peliharaan
30 Bab 30 : Merasa tertipu
31 Bab 31 : Sangat membingungkan
32 Bab 32 : Data pribadi
33 Bab 33 : Pernikahan sesungguhnya
34 Bab 34 : Sidang
35 Bab 35 : 5 Miliar
36 Bab 36 : Korban baru
37 Bab 37 : Mengelabui
38 Bab 38 : Mall X2
39 Bab 39 : Meninggalkan kesan
40 Bab 40 : Obat bius
41 Bab 41 : Mimpi palsu
42 Bab 42 : Mimpi atau bukan?
43 Bab 43 : Hari peringatan
44 Bab 44 : 1003
45 Bab 45 : Tiga detik
46 Bab 46 : Kejutan berulang
47 bab 47 : Villa terpencil
48 Bab 48 : Hancur
49 Bab 49 : Bukan Cinta
50 Bab 50 : Balas membalas
51 Bab 51 : Akhir dari segalanya
52 Bab 52 : Kekosongan
53 Bab 53 : Tidak ingin egois
54 Bab 54 : Hidup baru, lembaran lama.
55 Bab 55 : Kembali setelah 15 tahun
56 Bab 56 : Tangis haru
57 Bab 57 : Breaking News
58 Bab 58 : Jangan datang
59 Bab 59 : Rantai dendam
60 Bab 60 : Salah jalan
61 Bab 61 : Bermuka lebih dari dua
62 Bab 62 : Merah muda
63 Bab 63 : Merah muda 2
64 Bab 64 : Membuat sup buah
65 Bab 65 : Sesuatu yang janggal
66 Bab 66 : Memancing
67 Bab 67 : Fakta tentang kematian
68 Bab 68 : Pisau dalam genggaman
69 Bab 69 : Sikap yang tak bisa di tebak.
70 Bab 70 : Melindungi.
71 Bab 71 : Terkepung
72 Bab 72 : Queen of Game
73 Bb 73 : Wajah asli
74 Bab 74 : Sifat yang membingungkan
75 Bab 75 : Perasaan yang salah
76 Bab 76 : Pria paling egois
77 Bab 77 : Hormon
78 Bab 78 : Pernyataan
79 Bab 79 : Kecurigaan Ayah
80 Bab 80 : Ingin tetap bersama
81 Episode 81 : Mengubah keadaan.
82 Episode 82 : VIP
83 Bab 83 : Ambulance
84 Bab 84 : Takdir lain dari Tuhan
85 Bab 85 : Berbahagialah...
86 Bonus Chapter
87 Bunos chapter 2
88 Salam sayang
89 Tak Mau (jadi) Yang Kedua
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Prolog (Bab 1)
2
Bab 2 : Lembah hitam
3
Bab 3 : Kesepakatan
4
Bab 4 : Pernikahan
5
Bab 5 : Beradaptasi
6
Bab 6 : Dasi
7
Bab 7 : Pelantikan
8
Bab 8 : Rubanah
9
Bab 9: Pintu rahasia
10
Bab 10 : Kopi dan Snack
11
Bab 11 : Hantu?
12
Bab 12 : Demam
13
Bab 13 : Kucing Bu Mina
14
Bab 14 : Meminta maaf
15
Bab 15 : Membagi kompensasi
16
Bab 16: Orang-orang dengan rahasia
17
Bab 17 : Pembaruan kontrak
18
Bab 18 : Penyelidikan para korban
19
Bab 19 : Menghadiri pesta
20
Bab 20 : Pencucian uang
21
Bab 21 : Micky mouse
22
Bab 21 : Menyerahkan bukti
23
Bab 23 : Penggerak boneka
24
Bab 24 : Menginap di rumah Nenek
25
Bab 24 : Dendam balasan
26
Bab 26 : Kesaksian Palsu
27
Bab 27 : Ruang rahasia.
28
Bab 28 : Usaha yang salah
29
Bab 29 : Tikus peliharaan
30
Bab 30 : Merasa tertipu
31
Bab 31 : Sangat membingungkan
32
Bab 32 : Data pribadi
33
Bab 33 : Pernikahan sesungguhnya
34
Bab 34 : Sidang
35
Bab 35 : 5 Miliar
36
Bab 36 : Korban baru
37
Bab 37 : Mengelabui
38
Bab 38 : Mall X2
39
Bab 39 : Meninggalkan kesan
40
Bab 40 : Obat bius
41
Bab 41 : Mimpi palsu
42
Bab 42 : Mimpi atau bukan?
43
Bab 43 : Hari peringatan
44
Bab 44 : 1003
45
Bab 45 : Tiga detik
46
Bab 46 : Kejutan berulang
47
bab 47 : Villa terpencil
48
Bab 48 : Hancur
49
Bab 49 : Bukan Cinta
50
Bab 50 : Balas membalas
51
Bab 51 : Akhir dari segalanya
52
Bab 52 : Kekosongan
53
Bab 53 : Tidak ingin egois
54
Bab 54 : Hidup baru, lembaran lama.
55
Bab 55 : Kembali setelah 15 tahun
56
Bab 56 : Tangis haru
57
Bab 57 : Breaking News
58
Bab 58 : Jangan datang
59
Bab 59 : Rantai dendam
60
Bab 60 : Salah jalan
61
Bab 61 : Bermuka lebih dari dua
62
Bab 62 : Merah muda
63
Bab 63 : Merah muda 2
64
Bab 64 : Membuat sup buah
65
Bab 65 : Sesuatu yang janggal
66
Bab 66 : Memancing
67
Bab 67 : Fakta tentang kematian
68
Bab 68 : Pisau dalam genggaman
69
Bab 69 : Sikap yang tak bisa di tebak.
70
Bab 70 : Melindungi.
71
Bab 71 : Terkepung
72
Bab 72 : Queen of Game
73
Bb 73 : Wajah asli
74
Bab 74 : Sifat yang membingungkan
75
Bab 75 : Perasaan yang salah
76
Bab 76 : Pria paling egois
77
Bab 77 : Hormon
78
Bab 78 : Pernyataan
79
Bab 79 : Kecurigaan Ayah
80
Bab 80 : Ingin tetap bersama
81
Episode 81 : Mengubah keadaan.
82
Episode 82 : VIP
83
Bab 83 : Ambulance
84
Bab 84 : Takdir lain dari Tuhan
85
Bab 85 : Berbahagialah...
86
Bonus Chapter
87
Bunos chapter 2
88
Salam sayang
89
Tak Mau (jadi) Yang Kedua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!