Bab 2 : Lembah hitam

Pukul 02:00 pagi...

Rumah sakit tempat Nara bekerja tidak jauh dari rumahnya. Hanya berjarak 30 menit menggunakan Bus.

Gelap dan sunyi sudah biasa Nara lewati saat pulang berjaga malam. rumahnya yang memasuki gang kecil membuat dia harus berjalan kaki untuk sampai ke depan rumah.

Sesampainya di rumah, Nara membuka pintu menggunakan kunci cadangan. Nara langsung menuju ke dapur untuk mengambil air minum.

Ia meraba sekeliling yang gelap gulita karena lampu di matikan. Langkahnya terhenti saat ujung kakinya menyenggol sesuatu. Ia menunduk dan mengambil benda itu, lalu mengangkatnya.

"Pisau? Nenek memang ceroboh..!" rutuknya kemudian membuka pintu kulkas. Lampu kuning dari dalam kulkas membuat penglihatannya sedikit jelas. Dan ia sangat terkejut saat melihat pisau yang di pegang nya berlumuran darah.

Rasa dahaga yang tadi membeludak sontak terganti menjadi rasa takut. Tangannya gemetaran, ia meraih saklar lampu di atas kulkas dan dalam sekejap dapur itu menjadi terang.

"Mungkin saja nenek habis memotong ikan dan lupa membersihkan pisaunya.." lirihnya menenangkan diri, walau di pikirannya sudah banyak hal negatif.

Ia menggerakkan pelan kepalanya, lalu seketika nyawanya hampir hilang saat melihat Nenek tergeletak bersimbah darah di dekat pintu kamar mandi.

"Nenek...!" teriak Nara, pisau ia campakkan dan langsung memeriksa denyut nadi di leher Nenek.

"Tidak mungkin..." ia terduduk lemas, seluruh tubuhnya bergetar ketakutan saat mengetahui denyut nadi Nenek tidak ada.

Dengan tangan bersimbah darah, Nara menelpon Ambulance dari tempatnya bekerja. Setengah kesadarannya hampir hilang saat itu, takdir buruk apalagi yang menghampirinya kali ini?

15 menit kemudian...

 

Ambulance dan Dokter tiba bersamaan dengan Petugas Kepolisian. Mereka langsung menyegel rumah itu hingga membuat para tetangga penasaran.

Polisi dan tim forensik memeriksa semua benda yang terkait. Bercak darah, Pisau dan baju Nenek di amankan oleh Polisi.

Nara meringkuk di dekat jenazah sang Nenek, Dokter menyatakan bahwa Nenek nya sudah meninggal dunia. Sungguh miris, di tengah duka dan ketakutan ia malah di jadikan tersangka utama. Kedua tangannya di borgol dan dia harus ikut ke kantor polisi untuk di selidiki.

"Nenek...." tangisnya terisak, ia bahkan belum sempat meminta maaf atas ucapannya kemarin.

"Aku berharap Nenek mati agar Aku bisa hidup dengan tenang!" kalimat itu terus terulang di kepalanya. Sungguh ia sangat menyesal telah mengatakan itu.

Selama ini ia selalu berdoa agar hubungannya dan Nenek bisa seperti keluarga pada umumnya. Mengobrol, bercanda, dan tertawa bersama. Ia selalu meminta itu kepada Tuhan, tapi tak pernah di kabulkan.

Lalu kenapa Tuhan mengabulkan perkataan terkutuk itu? Jika memang Tuhan berencana mengambil nyawa Nenek, kenapa harus dengan cara seperti ini?

Lelucon macam apa ini? Ucapan sampahnya terkabul dan dia terseret ke dalam lembah hitam. Sungguh, jika ia bisa memilih lebih baik hidup sebagai anjing jalanan dari pada hidup dengan semua penderitaan ini.

...~...

Di ruang interogasi, Nara berhadapan dengan Detektif dan Kepala Polisi. Masih dengan darah di sekujur tangannya, Nara hanya bisa tertunduk dan terus menangis.

"Anda berhak menolak untuk bersaksi, Anda juga berhak di dampingi pengacara dan jika Anda tidak bisa mencari pengacara, Kami akan menunjuk pengacara untuk membantu." ucap Detektif berwajah garang itu.

"Aku tidak punya siapapun... Aku tidak melakukannya... Aku tidak membunuh Nenek." isak nya parau, ia benar-benar berharap ini hanya bagian dari mimpi buruk.

Melihat tangis dan keluguan Nara, Mereka juga kasihan. Namun siapa yang tau jika Nara sengaja bersandiwara agar identitasnya sebagai pembunuh berantai tidak terungkap.

"Baiklah Nona Nara, Apa Kau tau di tubuh Nenekmu terdapat tiga tusukan sejajar."

"Nenek pasti di bunuh oleh Psikopat itu, Bukan Aku yang melakukannya.." lirih Nara memelas, kedua pergelangan tangannya masih bergetar di kungkungan borgol.

"Bukankah Anda mengatakan membuka pintu dengan kunci cadangan? itu berarti sampai Anda tiba pintu masih terkunci kan? Kami tidak menemukan kerusakan di pintu ataupun jendela, tidak ada DNA orang lain di sana dan di pisau itu jelas sekali hanya ada sidik jari Anda."

"Aku memang memegang pisau itu, tapi Aku mengambilnya karena keadaan gelap, dan Kakiku tidak sengaja menyenggol pisau itu."

"Apa ada bukti? rekaman atau saksi yang bisa membenarkan ucapan Anda?"

Nara menggeleng, di rumah tua itu, jangankan CCTV. Memiliki kulkas saja ia harus bekerja keras selama tiga bulan. Saksi apalagi, Nara benar-benar terpojok oleh keadaan, ia tidak memiliki alibi ataupun pembelaan karena Dokter forensik mengatakan waktu kematian Nenek persis di jam 02:50 dimana Nara sudah tiba di rumah selama 20 menit. Waktu yang sangat cukup untuk menghabisi nyawa wanita tua yang tak berdaya.

...~...

Nara sudah tampak mengenakan baju tahanan, ia hanya tinggal menunggu persidangan yang akan membawa hidupnya ke surga, atau neraka. Jika di lihat dari situasinya, sepertinya Nara akan mendapat hukuman seumur hidup, atau hukuman mati. Mengingat fakta bahwa dia pembunuh berantai tak dapat di sangkal dengan kurangnya bukti.

"Tahanan 2151, Anda memiliki pengunjung." Polisi membuka sel tahanan dan meminta Nara keluar.

Nara bangkit dengan rasa penasaran, ia tidak punya siapa-siapa lagi sekarang. Lalu siapa orang yang mengunjungi seorang pembunuh? pastilah ia punya alasan khusus.

Di ruang kunjungan Nara terheran, ia duduk sambil terus memandangi wanita cantik dan berpenampilan elegan itu.

"Anda siapa?" tanya Nara ragu. Ia sama sekali tak pernah bertemu dengan wanita itu.

Wanita itu membuka kacamata hitamnya, kemudian tersenyum kepada Nara. "Saya Irene, usia Saya 35 tahun...."

"Apakah kita saling mengenal?" potong Nara.

"Tidak, maka itu Saya memperkenalkan diri." ujar Irene, wajah tegas serta tatapannya yang legam menunjukkan bahwa dia bukan wanita biasa.

"Apa Anda pengacara Saya?" Nara baru ingat, hari ini ia akan bertemu dengan pengacaranya. Mungkin saja itu Irene.

"Bukan, Saya kesini untuk membantumu bebas dari tuduhan pembunuhan."

Nara tercekat, bahkan polisi tidak bisa membantunya karena bukti kuat pembunuhan mengarah padanya, lalu kenapa orang asing ini bilang akan membantunya?

"Dari mana Anda tau kalau Saya bukan pelakunya?"

Irene tersenyum kecil, bibir merah terang nan tipis itu seolah menertawakan kebodohan Nara. "Pembunuh pasti akan merasa puas setelah melenyapkan tergetnya, sedangkan Kau? wajahmu penuh dengan ketakutan, kesedihan. Melihat mu hanya bisa tertunduk saat di sorot wartawan membuatku yakin Kau bukan pelakunya."

"Aku akan membebaskan mu..." imbuhnya, Nara seolah tak percaya mendengar itu.

"Akan sulit mengeluarkan ku dari sini, semua buktinya mengarah pada ku." Nara senang mendengar Irene akan membebaskannya, namun bagaimana caranya?

"Kau hanya perlu menjawab ku dengan jujur. Apa Kau benar-benar membunuh Nenekmu?"

"Tidak." sahut Nara yakin. Ia memberanikan diri menatap wajah cantik Irene yang sangat mengintimidasi.

"Maka percayalah padaku." senyum Irene merekah.

"Bagaimana caranya? Anda malah akan menjadi tersangka jika membantuku..."

"Tenanglah, Aku punya banyak uang. Semua akan berjalan dengan mudah jika uang yang berbicara." pungkas Irene percaya diri.

"Apa yang Anda inginkan? menjual ku?" tanya Nara tak percaya, ia tau di dunia ini tidak ada yang gratis. Jika Irene menawarkan bantuan yang begitu besar, pastilah Nara harus membayar dengan hal yang besar pula.

...************...

Terpopuler

Comments

Esti Restianti

Esti Restianti

ucapan adalah do'a,maka berhati"lah saat akan berucap,terutama kepada anak

2023-02-19

2

mbak i

mbak i

kadang kata yang sengaja terucap,,,itu yang didengar malaikat,,,makanya kita selalu dianjurkan berkata yang baik baik😥😥nggak nyangka nenek beneran mati😥

2022-10-22

1

titissusilo

titissusilo

waduh,mau di apain tuh

2022-10-16

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog (Bab 1)
2 Bab 2 : Lembah hitam
3 Bab 3 : Kesepakatan
4 Bab 4 : Pernikahan
5 Bab 5 : Beradaptasi
6 Bab 6 : Dasi
7 Bab 7 : Pelantikan
8 Bab 8 : Rubanah
9 Bab 9: Pintu rahasia
10 Bab 10 : Kopi dan Snack
11 Bab 11 : Hantu?
12 Bab 12 : Demam
13 Bab 13 : Kucing Bu Mina
14 Bab 14 : Meminta maaf
15 Bab 15 : Membagi kompensasi
16 Bab 16: Orang-orang dengan rahasia
17 Bab 17 : Pembaruan kontrak
18 Bab 18 : Penyelidikan para korban
19 Bab 19 : Menghadiri pesta
20 Bab 20 : Pencucian uang
21 Bab 21 : Micky mouse
22 Bab 21 : Menyerahkan bukti
23 Bab 23 : Penggerak boneka
24 Bab 24 : Menginap di rumah Nenek
25 Bab 24 : Dendam balasan
26 Bab 26 : Kesaksian Palsu
27 Bab 27 : Ruang rahasia.
28 Bab 28 : Usaha yang salah
29 Bab 29 : Tikus peliharaan
30 Bab 30 : Merasa tertipu
31 Bab 31 : Sangat membingungkan
32 Bab 32 : Data pribadi
33 Bab 33 : Pernikahan sesungguhnya
34 Bab 34 : Sidang
35 Bab 35 : 5 Miliar
36 Bab 36 : Korban baru
37 Bab 37 : Mengelabui
38 Bab 38 : Mall X2
39 Bab 39 : Meninggalkan kesan
40 Bab 40 : Obat bius
41 Bab 41 : Mimpi palsu
42 Bab 42 : Mimpi atau bukan?
43 Bab 43 : Hari peringatan
44 Bab 44 : 1003
45 Bab 45 : Tiga detik
46 Bab 46 : Kejutan berulang
47 bab 47 : Villa terpencil
48 Bab 48 : Hancur
49 Bab 49 : Bukan Cinta
50 Bab 50 : Balas membalas
51 Bab 51 : Akhir dari segalanya
52 Bab 52 : Kekosongan
53 Bab 53 : Tidak ingin egois
54 Bab 54 : Hidup baru, lembaran lama.
55 Bab 55 : Kembali setelah 15 tahun
56 Bab 56 : Tangis haru
57 Bab 57 : Breaking News
58 Bab 58 : Jangan datang
59 Bab 59 : Rantai dendam
60 Bab 60 : Salah jalan
61 Bab 61 : Bermuka lebih dari dua
62 Bab 62 : Merah muda
63 Bab 63 : Merah muda 2
64 Bab 64 : Membuat sup buah
65 Bab 65 : Sesuatu yang janggal
66 Bab 66 : Memancing
67 Bab 67 : Fakta tentang kematian
68 Bab 68 : Pisau dalam genggaman
69 Bab 69 : Sikap yang tak bisa di tebak.
70 Bab 70 : Melindungi.
71 Bab 71 : Terkepung
72 Bab 72 : Queen of Game
73 Bb 73 : Wajah asli
74 Bab 74 : Sifat yang membingungkan
75 Bab 75 : Perasaan yang salah
76 Bab 76 : Pria paling egois
77 Bab 77 : Hormon
78 Bab 78 : Pernyataan
79 Bab 79 : Kecurigaan Ayah
80 Bab 80 : Ingin tetap bersama
81 Episode 81 : Mengubah keadaan.
82 Episode 82 : VIP
83 Bab 83 : Ambulance
84 Bab 84 : Takdir lain dari Tuhan
85 Bab 85 : Berbahagialah...
86 Bonus Chapter
87 Bunos chapter 2
88 Salam sayang
89 Tak Mau (jadi) Yang Kedua
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Prolog (Bab 1)
2
Bab 2 : Lembah hitam
3
Bab 3 : Kesepakatan
4
Bab 4 : Pernikahan
5
Bab 5 : Beradaptasi
6
Bab 6 : Dasi
7
Bab 7 : Pelantikan
8
Bab 8 : Rubanah
9
Bab 9: Pintu rahasia
10
Bab 10 : Kopi dan Snack
11
Bab 11 : Hantu?
12
Bab 12 : Demam
13
Bab 13 : Kucing Bu Mina
14
Bab 14 : Meminta maaf
15
Bab 15 : Membagi kompensasi
16
Bab 16: Orang-orang dengan rahasia
17
Bab 17 : Pembaruan kontrak
18
Bab 18 : Penyelidikan para korban
19
Bab 19 : Menghadiri pesta
20
Bab 20 : Pencucian uang
21
Bab 21 : Micky mouse
22
Bab 21 : Menyerahkan bukti
23
Bab 23 : Penggerak boneka
24
Bab 24 : Menginap di rumah Nenek
25
Bab 24 : Dendam balasan
26
Bab 26 : Kesaksian Palsu
27
Bab 27 : Ruang rahasia.
28
Bab 28 : Usaha yang salah
29
Bab 29 : Tikus peliharaan
30
Bab 30 : Merasa tertipu
31
Bab 31 : Sangat membingungkan
32
Bab 32 : Data pribadi
33
Bab 33 : Pernikahan sesungguhnya
34
Bab 34 : Sidang
35
Bab 35 : 5 Miliar
36
Bab 36 : Korban baru
37
Bab 37 : Mengelabui
38
Bab 38 : Mall X2
39
Bab 39 : Meninggalkan kesan
40
Bab 40 : Obat bius
41
Bab 41 : Mimpi palsu
42
Bab 42 : Mimpi atau bukan?
43
Bab 43 : Hari peringatan
44
Bab 44 : 1003
45
Bab 45 : Tiga detik
46
Bab 46 : Kejutan berulang
47
bab 47 : Villa terpencil
48
Bab 48 : Hancur
49
Bab 49 : Bukan Cinta
50
Bab 50 : Balas membalas
51
Bab 51 : Akhir dari segalanya
52
Bab 52 : Kekosongan
53
Bab 53 : Tidak ingin egois
54
Bab 54 : Hidup baru, lembaran lama.
55
Bab 55 : Kembali setelah 15 tahun
56
Bab 56 : Tangis haru
57
Bab 57 : Breaking News
58
Bab 58 : Jangan datang
59
Bab 59 : Rantai dendam
60
Bab 60 : Salah jalan
61
Bab 61 : Bermuka lebih dari dua
62
Bab 62 : Merah muda
63
Bab 63 : Merah muda 2
64
Bab 64 : Membuat sup buah
65
Bab 65 : Sesuatu yang janggal
66
Bab 66 : Memancing
67
Bab 67 : Fakta tentang kematian
68
Bab 68 : Pisau dalam genggaman
69
Bab 69 : Sikap yang tak bisa di tebak.
70
Bab 70 : Melindungi.
71
Bab 71 : Terkepung
72
Bab 72 : Queen of Game
73
Bb 73 : Wajah asli
74
Bab 74 : Sifat yang membingungkan
75
Bab 75 : Perasaan yang salah
76
Bab 76 : Pria paling egois
77
Bab 77 : Hormon
78
Bab 78 : Pernyataan
79
Bab 79 : Kecurigaan Ayah
80
Bab 80 : Ingin tetap bersama
81
Episode 81 : Mengubah keadaan.
82
Episode 82 : VIP
83
Bab 83 : Ambulance
84
Bab 84 : Takdir lain dari Tuhan
85
Bab 85 : Berbahagialah...
86
Bonus Chapter
87
Bunos chapter 2
88
Salam sayang
89
Tak Mau (jadi) Yang Kedua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!