Nara menoleh pada sumber suara yang tenyata Ammar. Ia membelalak, "Apa yang Anda lakukan di sini?"
"Bukankah seharusnya Aku yang bertanya, pesta apa yang sedang Kau rayakan bersama seorang Pria?"
Sam berdiri, dan mendekati Nara. "Siapa dia?"
"Dia Ammar. Ammar perkenalkan dia Detektif yang membantu kasus pembunuhan..."
"Aku suami mu, kenapa Kau hanya menyebutkan namaku?" potong Ammar menatap tajam, ia juga melangkah lebih dekat ke arah Nara.
"ohh.. ini suami kontrak yang Kau bicarakan." Sam mengulum senyum, lalu mundur sambil menatap tipis wajah Ammar.
"Kau membicarakan pernikahan Kita pada nya? Itu jelas tertulis di kontrak Kau tidak membaca?" Ammar mengecilkan suaranya, namun tetap ketus dan terdengar kesal.
"Jangan menyalahkannya, untuk membantu Klien terkadang Kami perlu riwayat hidupnya. Entah itu hubungan palsu ataupun bukan, itu sangat berpengaruh bagi Kami." sahut Sam membela, ia tak tega melihat Nara terintimidasi oleh tatapan Ammar.
Tentu saja Ammar semakin kesal, ia mengepalkan tangannya. Beraninya orang asing seperti Sam membicarakan urusan pribadinya.
"Kami tidak hanya berdua Ammar. Ada dua orang lainnya yang.."
"Aku tau. " ketus Ammar memotong, ia bisa melihat dari empat gelas yang tersaji di sana.
"Sekarang pulanglah, ada yang ingin Aku bicarakan denganmu!" ia menarik lengan Nara pergi dari sana.
"Pulang? bukankah ini masih jam kerja? Bagaimana dengan Kantor.."
"Tidak bisakah Kau tak banyak bertanya!" rutuk Ammar lagi-lagi memotong ucapan Nara.
"Maaf.." hanya itu yang terucap, ia berlari kecil menyesuaikan langkah jenjang Ammar yang berjalan cepat sembari menggeret tangannya.
...-...
...-...
Sesampainya di rumah, Ammar langsung menodong Nara dengan tatapan tajamnya. Ia menunggu Nara menjelaskan situasi tadi, tapi Nara yang tak memahami arti tatapan Ammar malah menerka apakah Ammar akan benar-benar memasukkannya lagi ke dalam penjara.
"Kau tidak mau menjelaskan?" ketus Ammar membuka suara.
"Menjelaskan apa..?" tanya Nara pelan, suaranya bahkan nyaris tak terdengar.
"Seberapa jauh mereka tau tentang Kita? Apa Kau juga membeberkan.."
"Tidak. Aku hanya menjelaskan pada mereka bahwa Kita terikat pernikahan kontrak untuk saling menguntungkan. Dia tidak tau Anda siapa, apalagi latar belakang keluarga Anda."
"Dia? berarti Kau hanya bertukar cerita dengan satu orang itu?" tanya Ammar lagi,
"hmm.. Dia kepala nya di sana, jadi dia yang harus paling tau." kini Nara berani menaikkan pandangannya menatap Ammar.
"Kalau Anda, apa yang Anda lakukan di sana?" Karena insiden tak terduga yang menimpanya, belakangan ini ia selalu mencurigai semua orang di sekitarnya tak terkecuali pula Ammar.
"Kau pikir dirimu berhak bertanya?" Ammar membuang muka, lalu menyilangkan kakinya di atas meja.
"Kurasa berhak." sahut Nara.
"ch.. Memang nya Kau siapa? Kau hanya orang asing jadi jangan berpikir untuk mencampuri urusanku."
"Kalau begitu Aku akan bertanya sebagai istrimu."
Ammar kembali menatap wajah Nara, melihat kedua mata bulat gadis itu yang berbinar. Tak ada rasa takut atau pun rasa hormat di rasa. Namun entah kenapa suasana hati Ammar tiba-tiba terasa tenang setelah sebelumnya berkecamuk seperti di terjang badai panas.
"Bukankah Anda sendiri yang mengatakan, walaupun pernikahan Kita kontrak. Itu tetap sah di mata hukum. Jadi biarkan Aku bertanya sebagai istrimu, bukan sebagai orang asing." ia menatap lekat Pria yang menyandang status suaminya tersebut. Bukan tanpa sebab kecurigaannya, bukan kah Irene mengatakan Ammar tidak mau berbaur walaupun untuk urusan bisnis, jangankan bertemu di luar. Bertemu di kantor saja ia tak mau kalau bukan karena hal penting.
Lalu hal penting macam apa yang membuat Ammar keluar dan menemui seseorang di tepat private seperti itu?
"Aku menemui Direktur rumah sakit tempat mu bekerja dulu." jawaban itu mengalir begitu saja dari mulut Ammar. Padahal tadinya ia sangat kesal karena Nara dengan lancang mempertanyakan itu.
"Jangan bertanya lagi, Aku mau istirahat." Ammar beranjak meninggalkan Nara yang duduk mematung dengan beribu pertanyaan di kepalanya.
...~...
Setelah berbicara dengan seseorang melalui telepon, Irene bergegas ke kamar Ammar. Wajahnya tampak menyimpan amarah, begitu pula langkah nya yang begitu jenjang menghentak ke lantai dengan amat cepat.
Tanpa mengetuk, ia langsung membuka pintu kamar Ammar. Namun itu bukan pintu yang biasa di lihat oleh Nara, pintu itu terdapat di ruang pakaian Ammar yang mana terhubung langsung dengan ruang kerja, dan kamar Irene.
Ammar yang baru memejamkan matanya menoleh, ia mengangkat selimut lalu duduk menatap Irene.
"Apa yang Kau lakukan tadi siang? Kenapa Kau menemui Direktur rumah sakit itu!" kecam Irene, seolah semua rencana nya berantakan karena tindakan Ammar.
"Aku menyelidiki nya, karena Nara mencurigai Direktur itu lah penyebab kematian Neneknya."
Irene duduk di tepi ranjang Ammar, tatapan lekatnya tak lepas dari wajah sayu Ammar.
"Jangan terlibat dengan rencana Nara! Kita bisa terseret juga kalau begini. Kalau dia mencurigai Kita juga bagaimana?"
"Kenapa dia mencurigai Kita? Memangnya apa yang Kita lakukan?" Ammar kembali masuk ke dalam selimut dan menutupi wajahnya.
"Ammar, gadis itu tidak sebodoh yang Kau pikirkan. Jadi berhentilah mengurusi urusannya, lakukan saja rencana Kita untuk membereskan semua ini."
"hmm..." sahut Ammar malas.
...-...
...-...
Sementara itu di kamarnya Nara sedang berpikir keras. Ada keperluan apa Ammar dengan Direktur itu? Apakah hanya urusan bisnis? Lalu urusan bisnis macam apa yang melibatkan perusahaan software dan bidang kesehatan bertemu?
Karena sepakat untuk membagi informasi sekecil apapun, Nara langsung mengirim pesan pada Sandra mengenai pertemuan Ammar dan Direktur. Apa Ammar benar-benar menemui Direktur, dan apa sebenarnya tujuan Ammar. Sudah pasti Nara berharap Ammar membantu, namun Ammar bukanlah orang yang akan melakukan hal khusus secara cuma-cuma.
...~~...
Keesokan harinya....
Matahari tampak belum bersinar seutuhnya. Di iringi deburan ombak dan kicauan burung pagi, Bu Mina dengan semangat membersihkan pekarangan warungnya.
"Selamat pagi Bu Mina...." sapa seseorang yang barusan turun dari mobil.
Bu Mina berbalik, lalu senyum nya merekah saat melihat siapa yang datang.
"Selamat pagi Direktur Ryan. Sayang sekali saya belum membuka warung, tapi kalau Anda ingin sarapan. Saya bisa memasakkan menu spesial untuk Anda hehehe.." ia langsung meletakkan sapu nya, lalu mempersilahkan Direktur Ryan masuk.
"Penawaran mu tak pernah mengecewakan. Setelah berjaga malam Aku merasa sangat lapar." ujar Ryan sembari melangkah masuk mengikuti Bu Mina.
"Bagaimana kabar tetanggamu?" imbuhnya sembari menghempaskan diri pada sandaran kursi.
"Sepertinya kacau..." sahut Bu Mina, ia sedang berkutat menyiapkan sarapan untuk Direktur Ryan.
"Ku dengar dia di nikahi oleh Pria kaya, apa Kau tau siapa orang nya?"
"Melihat dari penampilannya yang berubah, sepertinya benar begitu. Ku dengar Pria dari sebuah perusahaan terbesar di asia. Tapi Aku tidak tau pasti seperti apa orang nya."
Nara memang tak pernah menceritakan siapa orang yang menikahinya, bagaimana latar belakang nya, serta bisnis apa yang di jalani. Itu semua tertulis dalam kontrak di barisan paling awal.
"Begitu... ternyata dia mendapatkan pijakan besar. Pantas saja begitu berani naik ke permukaan tanpa oksigen yang cukup. Kalian cukup dekat bukan? Bisa kah Kau mencari tahu siapa Pria yang menopang nya hingga berani mengguncang posisiku."
"Akan ku coba.." sahut Bu Mina menyanggupi.
Biar bagaimana ia tau sifat Nara, maka tidak akan sulit untuk mencari celah. Kalau ia beruntung mungkin ia juga bisa mengundang Nara dan suaminya makan malam di sana.
...***************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
mbak i
Soyo mumet Yo😁😁😁😁
2022-10-22
1
mbak i
otak ku berputar putar pada Irene,,,,apa mungkin,,,,demi mendapatkan gadis untuk dinikahi Ammar,,,dia rela mbunuh,,,tapi ora mungkin ya,,,tapi mungkin juga sih,,,alah Miss moon,,,you selalu penuh misteri🤣
2022-10-22
1
masih banyak teka teki nya, aku nggak bisa menerka-nerka jawabannya, oouww jadi penasaran akut🤭🤣🤣🤣🤣
2022-10-19
1