"Bukankah sudah ku bilang jangan ikut campur dalam urusan ku? kau benar benar ingin ku lenyapkan rupanya..." ucap Barra dengan senyum menyeringai menatap tajam ke arah Mira yang tengah kesakitan karena cengkraman Barra yang begitu kuat di lehernya.
Baik Barra maupun Mira pada akhirnya lantas terlibat saling kejar kejaran dengan menggunakan kemampuan mereka untuk berteleportasi satu tempat ke tempat yang lain tanpa henti. Barra yang mulai muak akan tingkah dari Mira lantas memusatkan energinya lalu mengarahkannya kepada Mira, sehingga tubuh Mira yang tadinya hendak berteleportasi mendadak terpental dan berguling beberapa kali ke lantai sebuah bangunan tua yang sudah terbengkalai.
Barra tersenyum sinis ketika melihat tubuh Mira tergeletak di lantai. Barra kemudian lantas membuka tangannya dengan lebar dan detik selanjutnya tubuh Mira berpindah tepat di hadapan Barra dengan posisi lehernya yang sudah di cengkram kembali dengan kuat oleh Barra.
"Kau sangat suka bermain main rupanya..." ucap Barra dalam hati.
"Le..paskan.. aku Bar.. aku bahkan... hanya mengatakan ingin meminta gadis itu... tapi kau malah langsung.. ingin melenyapkan ku.. apa kau menyukainya?" ucap Mira dengan nada yang tercekat sambil menahan rasa sakit di area lehernya.
Barra yang mendengar ucapan Mira tentang Edrea lantas terdiam, kepalanya mendadak berdenyut dengan hebat, membuat Barra lantas dengan spontan memejamkan kelopak matanya. Sebuah bayangan tiba tiba saja terlintas di benaknya. Di mana seorang gadis tengah berlarian dengan mengenakan pakaian tradisional dengan rambut yang tergerai cantik disertai beberapa bunga menghiasi rambutnya.
Hahaha jangan kejar aku Bar...
Kamu menakuti kelincinya..
Hahahaha...
Bayangan tersebut terdengar dan tergambar begitu jelas di kepala Barra membuat kepalanya berdenyut dengan begitu hebat, hingga cengkraman tangannya pada leher Mira sedikit mengendur.
"Edrea" sebutnya lirih ketika rasa sakit yang menyerang kepalanya begitu hebat.
"Apa kau baik baik saja Bar?" tanya Mira yang melihat gelagat aneh dari Barra, Barra yang mendengar suara Mira barusan lantas berusaha menyadarkan dirinya.
"Diam kau Mir!" sentak Barra dengan nada yang tidak suka sambil mencoba menahan rasa sakit di kepalanya.
Barra yang sudah terlanjur emosi dan juga kesal, lantas langsung mengarahkan tangannya ke arah kepala Mira hendak menyerap energi dari Mira kemudiaan melenyapkannya. Cahaya merah keemasan terlihat mulai terpancar dari tangan Barra, dengan perlahan Barra yang sudah merasakan energi Mira mulai terkumpul lantas mendorong tangannya semakin dekat ke arah kepala Mira.
"Hentikan tuan!" teriak Max yang tiba tiba muncul di belakang Barra dan langsung memukul punggung Barra hingga membuat cengkraman tangan Barra dan juga proses penarikan energi terlepas begitu saja.
Tubuh Mira melayang dan berguling beberapa kali di tanah, kali ini Mira benar benar sudah kehabisan eneginya beruntung Max datang tepat waktu sehingga energi Mira belum sepenuhnya terkuras habis oleh Barra.
"Apa yang kau lakukan Max!" teriak Barra dengan nada yang tidak suka karena Max mengacaukan segalanya.
"Ini sudah kelewatan tuan, bukankah anda sudah berjanji tidak akan melenyapkan seseorang hanya karena sebuah emosi semata? anda bahkan sudah melenyapkan arwah kemarin di stasiun dan yang kedua anda sudah membantu arwah wanita tadi membalaskan dendamnya. Ini sudah lebih dari cukup tuan, anda sudah melakukannya dua kali dalam waktu kurang dari seminggu." ucap Max memperingati Barra agar tidak bertindak gegabah.
"Persetan dengan itu, aku benar benar tidak perduli!" ucap Barra dengan kesal sambil mendorong tubuh Max yang menghalanginya.
"Ini jelas jelas salah tuan, bukankah anda juga menginginkan reinkarnasi? jika anda terus begini semua akan jadi berantakan!" ucap Max lagi masih berusaha menyadarkan tuannya.
Barra yang mendengar ucapan Max barusan lantas terdiam, ia sendiri bahkan juga tidak tahu mengapa ia melakukan hal hal di luar batas seperti ini?
"Biarkan saya yang mengurus ini tuan, anda beristirahatlah..." ucap Max kemudian kali ini dengan nada yang lebih lirih.
Barra yang mendengar saran dari Max lantas hanya diam namun kemudian berteleportasi dan menghilang dari sana tanpa mengucap sepatah kata apapun.
Max menghela nafasnya lega ketika melihat Barra seperti mendengarkan ucapannya. Setelah kepergian Barra dari sana, Max kemudian lantas melangkahkan kakinya mendekat ke arah di mana Mira yang tengah terbaring di lantai.
"Apa kau bisa bangkit?" tanya Max dengan posisi berjongkok dan menyodorkan tangannya ke arah Mira.
"Jangan sok care pada ku, tinggalkan saja aku di sini dan biarkan aku beristirahat sebentar." ucap Mira dengan ketus sambil memalingkan wajahnya ke arah sebelah kiri.
"Baiklah aku tidak akan memaksa" ucap Max kemudian bangkit berdiri dan berlalu pergi. "Jangan lakukan sesuatu yang membahayakan dirimu seperti itu, jika kau ingin mencoba kemampuan gadis itu... bukankah masih ada cara lain yang bisa kau lakukan selain cara yang tadi?" ucap Max lagi sebelum pada akhirnya benar benar menghilang dari sana.
"Benar benar sialan!" ucap Mira masih dengan posisi berbaring di lantai sebuah bangunan tua yang terbengkalai.
**
Sementara itu
Edrea yang tidak tahu menahu kemana perginya Barra dan juga Mira tadi, lantas hanya bisa celingak celinguk menatap ke arah sekitar mencari seseorang yang mungkin ia kenali di sekitaran sini. Edrea merutuki kebodohannya yang tidak menanyakan terlebih dahulu kepada Barra tadi di mana tepatnya lokasinya saat ini, Edrea benar benar bingung harus bagaimana? mengingat ponsel dan segala benda benda penting miliknya tertinggal di kamar mandi Kafe.
"Ah benar benar menyebalkan, lain kali aku akan membuat tas slempang ku melekat pada tubuh ku sehingga ketika Barra memanggil ku, aku tidak akan kebingungan seperti ini. Lalu sekarang bagaimana aku pulangnya?" ucap Edrea dengan bingung.
Setelah kematian pria tersebut hujan di daerah itu lantas berhenti. Hanya saja kali ini Edrea benar benar seperti anak ayam yang kehilangan induknya tak tahu harus pergi kemana. Hingga kemudian suara langkah kaki yang mendekat lantas mengejutkan Edrea yang tengah dalam posisi kebingungan hendak pergi ke arah mana.
"Astaga" pekik Edrea.
"Saya akan mengantar anda pulang." ucap Max yang datang dengan tiba tiba menghampiri Edrea.
"Pulang? lalu bagaimana dengan Barra?" tanya Edrea dengan raut wajah yang penasaran mengingat tadi Barra dan Mira terlibat perkelahian dan menghilang dengan tiba tiba.
"Tuan sedang ada kepentingan, mari... saya akan mengantar anda pulang." ucap Max dengan singkat seakan tidak ingin Edrea bertanya lebih lanjut lagi perihal tentang Barra.
"Baiklah jika begitu" ucap Edrea pada akhirnya.
Keduanya kemudian lantas pergi meninggalkan tempat itu, hanya saja kepergian keduanya kali ini bukan dengan teleportasi melainkan dengan mengendarai sebuah mobil Pajero berwarna hitam metalik selayaknya manusia pada umumnya, membuat Edrea yang mengira Max akan mengantarnya dengan kekuatan, malah berakhir terkejut ketika mengetahui sebuah mobil telah menunggu mereka dan bersiap mengantarnya pulang.
**
Sementara itu di sebuah ruangan nan gelap, terlihat Barra tengah melangkahkan kakinya mendekat ke arah satu cahaya terang di tengah gelapnya ruangan tersebut.
"Takdir apa sebenarnya yang sedang Penguasa siapkan untuk diriku? bukankah Tuhan terlalu jahat dengan menjadikan ku makhluk setengah manusia seperti ini?" ucap Barra dengan nada yang lirih sambil menatap ke arah pancaran sinar di ruangan tersebut di mana di atasnya terdapat sebuah pisau belati antik terlihat melayang di udara.
"Mungkinkah Edrea ada hubungannya dengan kehidupan masa lalu ku?" ucap Barra lagi bertanya tanya sambil memijat pelipisnya yang terasa berdenyut.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments