Keesokan harinya
Sesuai janji yang telah di buat oleh Fano dan juga Edrea, mereka bertiga makan siang di salah satu Kafe yang tak jauh dari Kampus. Hari ini Edrea bahkan rasanya sudah panas dingin sedari tadi.
Obrolan terus berlanjut antara ketiganya, mungkin lebih tepatnya antara Kiera dan juga Fano sih, kalau Edrea saking groginya ia hanya diam saja tanpa bisa berkata apa apa seakan ngeleg begitu saja.
Kiera yang paham akan situasinya lantas menyikut Edrea agar ikut bergabung bersamanya dalam mengobrol, tapi bukannya bergabung Edrea malah menginjak kaki Kiera kemudian menatapnya dengan tajam, membuat Fano yang sedari tadi bercerita lantas bingung ketika melihat keduanya.
"Apa ada sesuatu yang salah?" tanya Fano ketika melihat kode kodean dari keduanya.
Edrea dan juga Kiera yang mendengar hal itu langsung dengan spontan menatap ke arah Fano dan tersenyum dengan garing, membuat Fano yang melihat ekspresi itu semakin di buat bingung akan ekspresi yang di tunjukkan oleh keduanya.
"Sepertinya aku harus ke kamar mandi, kalian lanjutkan dulu saja obrolannya..." ucap Edrea sambil bangkit berdiri dari tempat duduknya.
"Biar aku temani..." ucap Kiera hendak bangkit namun urung karena Edrea menghentikannya.
"Jangan, kamu temani Fano saja aku gak akan lama kok." ucap Edrea sambil tersenyum membuat Kiera hanya bisa menghela nafasnya panjang ketika melihat penolakan dari Edrea.
Dengan langkah bergegas Edrea lantas melangkahkan kakinya menuju ke arah kamar mandi khusus wanita di Kafe tersebut. Ditutupnya pintu kamar mandi dengan cepat lalu berhenti tepat di wastafel, entah mengapa bertemu dengan Fano membuat lidah Edrea keluh sehingga sulit untuk merangkai kata kata, padahal Edrea adalah tipe orang yang cerewet dan suka sekali berbicara, sungguh berbanding terbalik dengan dirinya saat ini.
Edrea mencuci mukanya sebentar lalu mengeringkannya dengan tisu, ia berharap dengan membasuh wajahnya dapat menenangkan dirinya yang saat ini tengah gugup.
"Aku bisa... aku bisa... ini bahkan hanya makan Rea.. bukan kencan! jangan terlalu berlebihan deh." ucapnya sambil menarik nafas berulangkali.
Edrea yang sudah memastikan bahwa dirinya siap lantas merapikan rambutnya yang sedikit berantakan kemudian melangkah kakinya kembali. Hanya saja tepat ketika dirinya baru berbalik badan Edrea tanpa sadar telah berpindah tempat di sebuah ruangan seperti kasino yang lengkap dengan permainannya, membuat Edrea lantas melongo ketika menatap ke arah sekitar.
"Hai..." ucap Barra ketika pandangan Edrea berhenti tepat ke arahnya.
"Kau.." ucap Edrea dengan kesal, Edrea bahkan sudah tidak bisa berkata kata lagi saking kesalnya karena Barra selalu saja memindahkannya sesuka hati tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, setidaknya berikan dia sebuah pertanda.
"Saatnya untuk bekerja" ucap Barra dengan santainya sambil melangkahkan kakinya meninggalkan Edrea.
Edrea yang sudah kesal tentu saja langsung mempercepat langkah kakinya untuk menyusul Barra karena ingin protes akan kelakuan Barra yang semena mena.
"Bisakah berikan aku sebuah pertanda? aku hari ini bahkan sedang kencan, tapi kau malah seenaknya memindahkan ku kesini." gerutu Edrea dengan kesal kepada Barra.
Barra yang mendengar ocehan tersebut hanya bisa tersenyum. "Kencan katamu? mana ada kencan bertiga? orang bodoh bahkan juga tahu hal itu." ucap Barra dengan nada yang datar membuat Edrea menatap tak percaya ke arah Barra yang terus berjalan tanpa bisa berkata kata lagi.
Barra yang tak lagi mendengar suara protes Edrea lantas tersenyum kemudian menjentikkan tangannya dengan pelan. Tepat setelah jentikan tangan itu, baik Barra dan juga Edrea kembali berpindah tempat, kali ini keduanya berteleportasi ke sebuah tempat yang sama seperti sebelumnya tempat selayaknya kasino namun dalam ukuran yang kecil.
Yang membedakan di sini dengan tempat sebelumnya adalah suasana ramai yang saat ini di rasakan oleh keduanya, tempat ini benar benar ramai dengan orang orang yang melakukan perjudian baik laki laki maupun wanita, membuat Edrea yang tidak tahu apa apa lantas hanya bisa menatap bingung ke arah sekeliling.
Barra mendudukkan dirinya di sebuah sofa panjang diikuti Edrea di sampingnya yang masih tidak tahu menahu tentang maksud dari Barra yang mengajaknya ke sini.
"Apa kamu ingin membuka bisnis baru di sini? biar ku beri tahu ya... bisnis yang di dasari dari perjudian itu tidak baik, lagipula masih banyak bukan bisnis lain yang bisa kamu mulai kecuali di sini?" cerocos Edrea yang lantas membuat Barra menatap tajam ke arahnya, Edrea yang mendapat tatapan tersebut tentu saja langsung terdiam seribu bahasa karena takut akan mata itu.
"Lihatlah ke arah jam sembilan dan jangan berisik, mengerti?" ucap Barra dengan nada yang singkat.
Edrea yang mendengar perintah itu tentu saja dengan spontan langsung menoleh ke arah yang di maksud oleh Barra barusan, Edrea sedikit terkejut ketika melihat sosok hantu perempuan dengan wujud yang berlumuran darah dan luka seperti bekas di kampak pada sekujur tubuhnya, kini tengah berdiri di belakang seorang pria yang tengah asyik bermain judi di sana. Edrea yang melihat itu tentu saja langsung memejamkan matanya karena takut akan keberadaan makhluk tersebut.
"Jangan menumbuhkan rasa takut di hatimu semakin besar, ketakutan yang terus bertumbuh akan memancing mereka mendekat dan mengganggu dirimu." ucap Barra dengan nada yang langsung membuat Edrea merinding ketika mendengarnya.
"Jangan menakut nakuti ku seperti itu!" ucap Edrea dengan kesal sambil menatap tajam ke arah Barra.
"Kau pikir ini lelucon? jika kau tak percaya lihatlah kembali ke arah pria itu.!" perintah Barra yang lantas membuat Edrea menelan salivanya dengan kasar.
Edrea benar benar takut dan belum terbiasa melihat wujud mereka yang seperti itu. Hanya saja rasa penasaran yang memuncak membuat Edrea dengan perlahan mulai menoleh kembali ke arah laki laki itu dan benar saja, apa yang di katakan oleh Barra bukanlah hanya sekedar bualan saja. Tepat ketika Edrea menoleh kembali ke arah sana sosok tersebut tengah menatap tajam ke arah Edrea, seakan sosok tersebut tahu jika Edrea bisa melihat kehadirannya di sana.
Edrea yang ketakutan lantas dengan spontan meremas dengan erat kemeja milik Barra, sehingga membuat Barra lantas langsung menatap ke arah Edrea dengan tatapan yang tidak bisa di artikan. Barra yang tahu Edrea tengah ketakutan saat ini lantas mengambil tangan Edrea yang memegang erat kemejanya, kemudian menggenggamnya seakan akan menenangkan gadis itu dan mengatakan bahwa semua akan baik baik saja lewat bahasa tubuhnya.
Edrea yang bingung akan perlakuan dari Barra hanya bisa menatap ke arah Barra dengan tatapan yang bingung, hingga kemudian Barra mendekatkan tubuhnya ke arah telinga sebelah kanan Edrea dan membisikkannya sesuatu.
"Atasi ketakutan terbesar mu itu, tugas mu kali ini adalah mencari tahu di mana potongan demi potongan tubuh sosok makhluk itu di kuburkan!" ucap Barra dengan pelan namun mampu membuat seluruh tubuh Edrea merinding karena kengeriannya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments