"Benar benar menyusahkan!" gerutu Barra dalam hati sambil terus mengusap pergelangan tangan Edrea dan memanggil namanya berulang kali seakan mencoba untuk memanggil roh Edrea yang tengah mengembara mencari tahu tentang sosok hantu tersebut.
Barra yang melihat Edrea tidak kunjung bangun dan sadar juga, lantas mulai bangkit dan berpindah tempat di sebelah telinga kanan Edrea, tepat di area telinga sebelah kanan milik Edrea, Barra mulai meniupnya sebanyak tiga kali setelah itu memanggil namanya dengan halus seakan tengah berusaha menuntun roh Edrea agar kembali ke tubuhnya lewat panggilan itu, hingga pada panggilan yang ketiga kalinya Edrea nampak mulai membuka matanya dengan kondisi tubuh yang bermandikan keringat seakan baru saja bangun dari mimpi buruknya.
Edrea yang sadar dan juga terkejut, dengan spontan lantas langsung memeluk tubuh Barra dengan erat sambil bersembunyi pada dada bidang milik Barra di sana dalam waktu yang cukup lama, membuat Barra yang tadinya terkejut lantas mulai terlihat kesal ketika menyadari Edrea memeluknya dengan posisi tubuhnya yang penuh dengan keringat.
"Apa kau akan terus memeluk ku seperti ini?" ucap Barra dengan nada yang dingin, membuat Edrea yang sedari tadi memeluk tubuhnya lantas sadar dan langsung memundurkan tubuhnya sambil menunduk, Edrea tahu dengan pasti saat ini Barra tengah menatapnya dengan tatapan yang tajam.
"Maaf" ucap Edrea dengan lirih.
"Lain kali jangan memaksakan tubuh mu seperti itu, kau hampir membunuh dirimu sendiri barusan." ucap Barra dengan nada yang dingin membuat Edrea lantas langsung melongo menatap ke arah Barra ketika mendengar ucapannya. "Kau tahu? tugas pertama mu kali ini benar benar buruk, sangat jauh dari kata sempurna." imbuhnya lagi dengan nada yang meremehkan sambil menatap ke arah Edrea.
"Apa maksud mu? jangan bilang kau..." ucap Edrea hendak mengatakan bahwa Barra lah dalang di balik semua hal yang di alaminya kini, namun sebelum Edrea mengucapkannya Barra malah dengan santainya bangkit dan memotong ucapan Edrea.
"Bukankah kau sudah tahu di mana letaknya bukan? ayo sekarang kita pergi!" ajak Barra dengan santainya sambil bangkit berdiri.
"Pergi? baju ku bahkan saat ini basah karena keringat. Setidaknya ijinkan aku untuk berganti pakaian terlebih dahulu." gerutu Edrea dengan kesal.
Barra yang mendengar gerutuan itu hanya diam saja dan tidak menanggapinya, tanpa banyak bicara Barra lantas menjentikan jarinya dengan pelan, tepat setelah itu pakaian Edrea telah berganti dengan yang baru sehingga membuat Edrea lagi lagi melongo tak percaya menatap ke arah Barra.
"Apa yang telah kau lakukan?" ucap Edrea setengah berteriak sambil menyilangkan kedua tangannya tepat di bagian dadanya, entah mengapa kali ini Edrea benar benar merasa telah ternodai. Walau Barra tidak mengganti pakaiannya secara langsung tapi tetap saja Edrea merasa di lecehkan oleh tingkah laki laki di hadapannya ini.
"Apa? bukankah kau mengatakan ingin berganti pakaian? mengapa kau malah menyalahkan ku?" ucap Barra dengan entengnya yang lantas membuat Edrea geleng geleng kepala melihat kelakuan Barra.
"Tapi tidak dengan cara seperti ini juga bukan?" ucap Edrea dengan mendengus kesal menatap ke arah Barra yang menatapnya dengan tatapan yang bingung.
Barra yang mendengar protesan dari Edrea barusan lantas menghela nafasnya panjang, Barra kemudian lantas mengangkat tangannya ke atas hendak menjentikkan kembali tangannya namun urung karena mendengar teriakan dari Edrea barusan.
"HENTIKAN!" teriak Edrea yang tahu dengan pasti apa yang akan di lakukan oleh Barra barusan.
"Apa lagi?" ucap Barra sambil memutar bola matanya dengan jengah.
Edrea yang mendengar hal itu lantas langsung bangkit dan melangkah mendekat ke arah Barra.
"Sebaiknya kita pergi saja, tidak perlu mengganti baju ku kembali itu tidak sopan!" ucap Edrea dengan kesal kemudian berlalu begitu saja melewati Barra, membuat Barra yang melihat kelakuan Edrea hanya bisa geleng geleng kepala.
"Mau kemana kamu?" ucap Barra kemudian yang langsung menghentikan langkah kaki Edrea.
"Mau pergi mencari potongan tubuh gadis itu lah!" ucap Edrea dengan kesal.
"Tahu, tapi kau salah arah..." ucap Barra yang lantas membuat Edrea yang masih memunggungi Barra lantas dengan spontan menepuk jidatnya cukup keras.
"Bodoh kau Rea!" ucapnya dalam hati merutuki kebodohannya kemudian perlahan berbalik dan mendekat ke arah Barra sambil memasang wajah sok cool seakan tidak terjadi apa apa.
"Dasar!" ucap Barra dengan lirih sambil melirik sekilas ke arah Edrea.
***
Sementara itu di Kafe
Kiera yang sedari tadi mengobrol dengan Fano agak bingung sekaligus penasaran ketika tidak kunjung melihat Edrea keluar dari toilet juga. Sedangkan Fano yang melihat Kiera nampak gelisah lantas menatap ke arah Kiera seakan bertanya ada apa kepada Kiera lewat bahasa isyarat.
"Bukankah Rea sudah terlalu lama di dalam kamar mandi?" ucap Kiera dengan nada yang khawatir.
"Tenanglah, mungkin Rea tengah sakit perut atau semacamnya." ucap Fano mencoba untuk menenangkan Kiera.
Kiera yang mendengar ucapan Fano barusan lantas mengecek jam di pergelangan tangannya. "Ini udah gak wajar No, dia pergi udah hampir satu jam lebih dan bodohnya aku baru menyadari hal itu." ucap Kiera dengan nada yang menyesal.
"Kamu tenang dulu ya..." ucap Fano lagi.
Merasa tidak puas dengan jawaban Fano barusan Kiera lantas bangkit dan melangkahkan kakinya menuju ke arah kamar mandi dengan atau tanpa Fano, perasaan Kiera benar benar khawatir pada Edrea yang tak kunjung keluar dari kamar mandi. Sedangkan Fano yang melihat Kiera bangkit dan berlalu pergi lantas mau tidak mau menyusul langkah kaki Kiera ke arah kamar mandi.
**
Kamar mandi
Kiera yang sudah tidak sabar ingin segera mengecek kondisi Edrea, lantas langsung buru buru masuk ke dalam kamar mandi dan memeriksa setiap biliknya. Kiera kemudian terlihat mengacak acak rambutnya dengan kasar setelah memeriksa setiap bilik dan tak menemukan Edrea di manapun.
"Kemana perginya Rea?" ucap Kiera dengan kesal karena tak menemukan Edrea di dalam kamar mandi.
Dengan langkah yang frustasi Kiera lantas keluar dari kamar mandi berniat mencari Edrea di luar.
"Gimana Ki?" tanya Fano yang langsung mendekat ketika melihat Kiera keluar dari kamar mandi khusus wanita.
"Gak ada?" ucap Kiera sambil menggeleng dengan keras, terlihat jelas raut wajah khawatir dari Kiera membuat Fano lantas ikut kebingungan mencari Edrea di sekitaran Kafe.
Di saat keduanya sedang dalam keadaan bingung, seorang laki laki mengenakan baju pelayan nampak melangkah mendekat ke arah Kiera dan juga Fano.
"Ada yang bisa saya bantu mbak, mas?" ucap laki laki tersebut.
"Saya sedang mencari teman saya, apakah mas tahu atau melihatnya?" tanya Kiera dengan raut wajah yang bingung.
"Boleh saya lihat foto temannya mbak?" ucap pelayan itu lagi.
Kiera yang mendengar hal itu lantas mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan ke arah pelayan itu, laki laki tersebut nampak terdiam sejenak seperti tengah mengingat ingat apakah ia pernah melihatnya atau tidak.
"Ah.. mbak ini, tadi saya lihat mbak ini pergi buru buru keluar dan titip pesan kalau temannya mencari mbak yang di foto ini sudah kirim pesan via wa, karena saya tidak tahu dengan pasti temannya mbak ini jadi saya bingung mau memberitahu ke siapa, malah saya kira mbaknya sudah dapat pesan tersebut." ucap pria itu yang lantas membuat Kiera dan juga Fano saling pandang satu sama lain.
"Saya gak menerima pesan apapun darinya, saya..." ucap Kiera hendak mengelak opsi dari pria tersebut namun terhenti ketika ia tak sengaja melihat pesan tak terbaca dari layar ponselnya. "Oh iya, sepertinya saya lupa... makasih ya mas." ucap Kiera kemudian.
"Ya sudah kalau begitu saya permisi." ucap pelayan laki laki itu yang di balas keduanya dengan anggukan.
Pelayan laki laki itu kemudian lantas melangkah pergi dari sana, tanpa keduanya ketahui setelah pelayan laki laki itu masuk ke dalam area gudang wajah pria tersebut perlahan lahan berubah menjadi Max dengan penampilan yang masih memakai baju pelayan tadi.
"Selalu saja begini? kenapa tuan selalu saja berbuat sesuka hatinya sih? lagi lagi aku yang harus membereskan kekacauan ini." gerutu Max dalam hati kemudian menjentikkan tangannya perlahan dan menghilang dari sana begitu saja.
**
Sementara itu setelah perdebatan kecil antara Barra dan juga Edrea tadi, Barra yang sedari tadi melangkah lantas menghentikan langkah kakinya secara tiba tiba.
"Ada apa?" tanya Edrea dengan penasaran.
"Sebelum kita melanjutkan perjalanan sekarang kau pilih, biarkan dia mendekam di penjara atau membalas perbuatannya dengan hukuman yang setimpal dengan perbuatannya?" tanya Barra dengan tiba tiba yang lantas membuat Edrea mengernyit dengan bingung ketika mendengarnya.
"Ha?"
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments