Setelah kepergian Fano dari sana, Edrea lantas melompat dengan kegirangan karena pada akhirnya ia bisa selangkah lebih dekat ke arah Fano. Hanya saja satu hal yang tidak Edrea sadari, tepat ketika pembicaraan Fano dan dirinya berlangsung secercah cahaya nampak terlihat dari ibu jari Edrea sepersekian detik, hingga kemudian tubuhnya yang sedari tadi di kampus mendadak menghilang dan muncul pada sebuah tempat yang asing baginya tanpa Edrea sadari.
"Loh bukannya tadi Rea di sini? Kok bisa tiba tiba hilang sih?" ucap Kiera dengan bingung karena jelas jelas ia tadi melihat Edrea di area taman, namun ketika ia mendekat, Edrea mendadak menghilang begitu saja seakan lenyap dan tak berbekas.
Kiera yang bingung ketika melihat Edrea yang tiba tiba menghilang, lantas hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil menengok ke kanan dan ke kiri mencari keberadaan Edrea di sana.
***
Sementara itu di sebuah ruangan
Edrea yang tidak menyadari bahwa dirinya berpindah tempat, lantas tetap meloncat loncat seperti orang bodoh karena saking senangnya bisa makan bersama dengan Fano tanpa harus berdesak desakan dengan yang lainnya yaitu para fans Fano di kampus.
"Apa kau akan terus bertingkah konyol seperti itu sampai nanti?" ucap sebuah suara dingin menggelegar yang lantas mengejutkan Edrea yang sedari tadi tidak menyadari bahwa ia sudah tidak berada di kampus.
"Astaga... kenapa aku di sini? kamu?" pekik Edrea yang terkejut karena tiba tiba ia berada di sebuah ruangan mirip dengan ruangan perkantoran namun dengan suhu ruangan yang sangat dingin. "Mengapa di sini rasanya dingin sekali?" batinnya dalam hati.
Tak tak tak
Suara langkah kaki milik Barra lantas terdengar nyaring beradu dengan lantai keramik di ruangan tersebut, suasana semakin terasa aneh tepat ketika Barra melangkah mendekat ke arahnya.
"Jangan mendekat..." ucap Edrea kemudian yang mendadak takut ketika melihat Barra mendekat ke arahnya, namun Barra malah terus melangkahkan kakinya dengan acuh dan melewati Edrea begitu saja lalu mengambil duduk di sofa.
"Max..." panggil Barra kemudian, membuat Max yang memang tengah berada di depan ruangan Barra, lantas langsung masuk ke dalam dan melangkah mendekat ke arah Barra siap menunggu perintah dari Barra.
"Ada yang bisa saya bantu tuan." tanya Max.
"Hilih dasar pengikut setia..." ucap Edrea dalam hati namun langsung mendapat tatapan tajam dari Max, seakan Max bisa mendengar suara hati Edrea barusan yang mengatai dirinya. Edrea yang mendapat tatapan tajam dari Max barusan lantas langsung diam dan menutup mulutnya rapat rapat.
"Max ajak dia berkeliling dan beri tahu apa saja tugas dia." ucap Barra dengan singkat yang di balas Max dengan anggukan kepala tanda mengerti.
"Mari ikut saya." ucap Max kemudian sambil menuntun Edrea agar mengikuti langkah kakinya.
Pada akhirnya Edrea hanya bisa pasrah mengikuti langkah kaki Max yang terus menuntunnya ke suatu tempat, padahal niatnya tadi ingin sekali melakukan protes pada Barra karena memanggil dirinya seenaknya. Sekedar info jika kalian bertanya tanya mengapa Edrea bisa bersikap biasa saja ketika melihat kelebihan yang di miliki oleh Barra jawabannya karena sebelum Barra dan juga Edrea bertemu, Sita sudah terlebih dahulu menjelaskan terkait perjanjian yang telah di lakukan oleh nenek moyangnya termasuk dengan segala hal yang berkaitan dengan Barra.
Edrea terus melangkahkan kakinya mengikuti kemanapun Max membawanya pergi, hingga ketika keduanya keluar dari lift Edrea yang tadinya cemberut karena kesal akan sikap Barra yang suka seenaknya, kini di buat takjub dengan pemandangan yang terlukis indah di hadapannya. Edrea di bawa masuk ke sebuah tempat yang hampir mirip dengan stasiun kereta api namun ini lebih canggih dan lebih modern di banding yang ia lihat selama ini.
Tepat di sebelah kanan tempatnya berdiri tersusun bangunan bersap sap seperti layaknya bangunan apartment menjulang tinggi hingga tak terlihat bagian ujungnya, untuk bagian kiri terdapat lapangan luas sejauh mata memandang dengan rerumputan hijau menghiasi tanahnya.
Sedangkan pada bagian depan terlihat begitu banyaknya kereta api dengan gerbong gerbong yang panjang berjajar tersusun rapi siap untuk menunggu keberangkatan para penumpangnya. Di sana Edrea juga melihat beberapa sosok nampak berbaris dan mulai masuk ke dalam kereta dengan teratur, sosok mereka tidaklah seseram makhluk makhluk yang biasa kita jumpai, sosoknya benar benar rapi dan tampak seperti manusia pada umumnya.
"Tempat apa ini?" tanya Edrea sambil menatap takjub ke arah sekelilingnya. Edrea benar benar terpukau akan tempat yang baru pertama kali ia lihat itu.
"Ini adalah tempat pemberhentian terakhir bagi arwah arwah yang akan naik ke atas di dunia ini, sebelum keberangkatan mereka untuk ke atas mereka akan terlebih dahulu di kumpulkan di sini." jawab Max sambil terus melangkahkan kakinya membawa Edrea untuk berkeliling.
"Memangnya yang seperti itu benar benar ada? bukankah hanya ada di serial drama atau sejenisnya bukan?" ucap Edrea yang masih tidak percaya akan apa yang baru saja ia lihat dan dengar dari Max, Edrea merasa apa yang ada di hadapannya ini seperti mimpi yang tidak kan pernah bisa ia lihat di dunia nyata.
"Tentu saja ada, hanya orang orang tertentu yang bisa melihatnya dan itu termasuk dengan kamu. Harusnya kamu bersyukur kamu di beri kesempatan untuk melihat semua hal ini ketika kamu masih menjadi manusia, jika saja suatu saat nanti kamu datang sebagai arwah tentu akan sangat berbeda cerita bukan?" ucap Max dengan santainya yang lantas membuat Edrea yang mendengar hal itu hanya bisa melongo menatap ke arah punggung Max yang terus menuntun dirinya berjalan sedari tadi.
"Bisakah kamu sedikit lebih ramah dalam berbicara? nada mu bahkan terdengar sangat ketus sekali!" ucap Edrea kemudian yang lantas membuat langkah kaki Max terhenti seketika dan langsung menatap tajam ke arah Edrea.
Helaan nafas terdengar dari Max ketika mendengar ucapan Edrea barusan. "Diam dan ikuti saja aku, usahakan jangan banyak bicara jika aku tidak meminta pendapat mu!" ucap Max memperingati Edrea untuk diam.
Edrea yang mendengar hal itu lantas langsung terdiam seribu bahasa.
"Dasar.. gak atasan... gak bawahan... semua sama sama bermulut tajam, benar benar menyebalkan! mengapa aku sampai berurusan dengan orang orang seperti mereka sih..." ucap Edrea dalam hati menggerutu kesal setelah mendengar peringatan dari Max barusan.
Max yang sedari tadi mendengar isi hati Edrea lantas langsung menatapnya dengan tatapan yang tajam karena Edrea terus saja mengoloknya sedari tadi.
"Hentikan isi hati mu itu karena aku sudah muak mendengarnya sedari tadi!" ucap Max dengan kesal.
"Jadi kamu bisa mendengarnya?" tanya Edrea dengan nada yang terkejut karena Max ternyata bisa mendengar suara hati seseorang.
"Menurutmu?" ucapnya dengan ketus yang lantas membuat Edrea lagi lagi terdiam seribu bahasa.
Sementara itu di suatu sudut di ruangan tak jauh dari keduanya berjalan, seorang wanita yang mengenakan baju serba hitam terlihat berdiri dengan menatap tidak suka ke arah Edrea. Tatapannya begitu tajam hingga membuat siapa saja yang melihatnya akan ketakutan.
"Seorang wanita? apa yang bisa di lakukan oleh manusia lemah seperti dia ini? benar benar menggelikan." ucapnya sambil menatap tidak suka ke arah Edrea. "Lihat saja apa yang akan aku lakukan padanya." imbuhnya lagi kemudian melenggang pergi dari sana.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments