Setelah perdebatan kecil antara Barra dan juga Edrea tadi, keduanya kemudian langsung berpindah tempat ke sebuah gang perumuhan kumuh yang sempit dengan jalanan yang cukup sepi saat itu. Dari arah sebelah kanan terlihat laki laki yang tadi ada di tempat perjudian tengah melangkahkan kakinya sambil menghisap sebatang rokok kemudian menghembuskan asapnya secara perlahan.
Edrea yang melihat kedatangan pria itu lantas langsung bersembunyi di belakang tubuh Barra karena takut orang itu akan melihatnya.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Barra dengan nada yang kesal karena dirinya di jadikan tameng oleh Edrea saat ini.
"Aku hanya takut." ucap Edrea sambil terus bersembunyi di belakang Barra.
"Kita bahkan tidak terlihat, jangan melakukan hal bodoh dan teruslah fokus!" ucap Barra dengan nada yang dingin sambil menggeser tubuhnya ke samping hingga membuat tubuh Edrea tidak tertutupi.
"Apakah itu benar?" tanya Edrea yang tak percaya begitu saja pada ucapan Barra.
"Terserah apa katamu." ucap Barra dengan singkat kemudian berjalan perlahan tepat di belakang laki laki itu.
Edrea yang melihat Barra mulai melangkahkan kakinya lantas mulai mengikutinya secara perlahan. Sebenarnya Edrea sendiri tidak tahu apa tujuan dari Barra mengikuti laki laki itu. Hanya saja Edrea terlalu takut untuk bertanya alasannya sehingga yang bisa ia lakukan sekarang adalah mengikuti kemanapun langkah kaki Barra melangkah.
Pria tersebut nampak masuk ke dalam sebuah rumah dan menutupnya dengan rapat, sehingga membuat langkah kaki Barra lantas terhenti begitu juga dengan Edrea.
"Sekarang kau pilih, biarkan dia mendekam di penjara atau membalas perbuatannya dengan hukuman yang setimpal dengan perbuatannya?" tanya Barra tiba tiba yang lantas membuat Edrea mengernyit dengan bingung ketika mendengarnya.
"Ha?"
"Sudah pilih saja!" ucap Edrea dengan nada yang kesal.
"Jika di suruh memilih tentu aku akan memilih dengan hukuman yang setimpal, hanya saja apa maksud dari hukuman yang setimpal itu?" ucap Edrea sambil menatap ke arah Barra dengan penasaran.
"Kau tentu pernah mendengar istilah gigi di balas dengan gigi bukan?" ucap Barra dengan senyum yang menyeringai membuat Edrea lantas merinding ketika melihat senyuman itu.
"Tentu" jawab Edrea dengan cepat, hingga kemudian ia lantas menatap ke arah Barra dengan tatapan terkejut ketika ia membayangkan sesuatu yang lain akan ucapan dari Barra barusan. "Jangan bilang.." ucap Edrea dengan nada yang tercekat tidak berani meneruskannya.
"Keputusan sudah di buat dan tidak akan bisa di tarik kembali." ucap Barra lagi dengan tersenyum.
Setelah mengatakan hal tersebut suasana di luar rumah itu mendadak terasa dingin dan mencekam, awan pekat dan juga angin perlahan lahan mulai datang disertai dengan hujan yang deras.
Edrea yang tidak mengerti akan situasi di sekelilingnya semakin di buat bingung ketika ternyata tubuhnya dan juga Barra sama sekali tidak basah walau terkena air hujan. Tunggu sebentar! itu bahkan bukan point pentingnya untuk saat ini. Hanya saja apa yang akan terjadi jika tiba tiba badai datang namun Barra malah tersenyum menyeringai seperti itu?
Aaaaaaaaa
Suara teriakan dari dalam rumah lantas membuat Edrea menatap bingung akan apa yang sebenarnya terjadi, sedangkan Barra malah tampak terlihat sangat tenang sambil masih terus tersenyum dengan wajah dinginnya itu.
**
Tak berapa lama pria yang tadi masuk ke dalam rumah nampak berlarian keluar dengan wajah yang ketakutan, sosok makhluk berlumur darah yang dilihat oleh Edrea waktu itu tampak melayang keluar dari arah dalam rumah dan mengejar laki laki itu.
"Apa yang sedang terjadi?" tanya Edrea dengan bingung menatap ke arah Barra yang masih diam dan mengamati segalanya.
"Pembalasan baru saja di mulai, bukankah ini adalah keputusan yang sudah kau ambil?" ucap Barra dengan santainya.
"Tapi... aku tidak tahu jika akan jadi seperti ini..." ucap Edrea dengan nada yang kebingungan.
"Kenapa? apa kau menyesal sekarang?" ucap Barra yang lantas membuat Edrea menelan salivanya dengan kesal.
Barra yang melihat Edrea terdiam lantas menjentikan perlahan jarinya ke atas, tepat setelah itu keduanya lantas berteleportasi ke sebuah tempat penggergajian kayu dengan lokasi yang tak jauh dari rumah pria tadi.
"Dimana ini?" ucap Edrea dalam hati sambil menatap ke arah sekeliling.
Dari arah gang perumahan, pria tersebut nampak berlarian dengan raut wajah yang ketakutan hingga menabrak beberapa tumpukan kayu di sana dan jatuh ke dalam kubangan air. Suasana waktu itu sangatlah sepi karena di daerah tersebut sedang terjadi hujan badai yang jelas saja tidak akan ada orang yang keluar ketika cuaca itu sedang berlangsung.
Edrea yang melihat pria itu jatuh lantas dengan spontan hendak menolongnya namun langsung di cegah oleh Barra dengan memegang erat tangan Edrea agar tidak ikut campur dalam hal ini.
"Jangan mencampuri sesuatu yang bukan urusan mu, diamlah di tempat mu dan jangan melakukan apapun yang akan membuat mu menyesal!" ucap Barra memperingati sambil mencengkram tangan Edrea dengan erat.
"Tapi..." ucap Edrea hendak menolak namun urung ketika mendapat tatapan tajam dari Barra barusan sehingga Edrea hanya bisa diam dan menyaksikan apa yang tengah terjadi di hadapannya.
"Pergi kau... pergi... kau bahkan sudah mati..." ucap pria tersebut sambil melempar balok kecil ke arah makhluk itu, namun langsung melayang dan tembus begitu saja melewati sosok itu karena memang ia bukanlah manusia yang pastinya tidak akan mempan dengan lemparan kayu tersebut.
Aku datang untuk membalas dendam! sesuatu yang sudah kau mulai harus kau akhiri dengan benar dan setimpal hahahaha
Bukankah kau hanya ingin bersama ku? jika begitu kemarilah sayang hihihi
"Dasar setan sialan! aku membunuh mu agar kau tidak bisa bersama pria itu dan meninggalkan ku sendirian, bukan malah mengejar ku seperti ini. Hahaha kau sudah mati jadi menyingkirlah dari hadapan ku...."teriak pria tersebut yang lantas ketakutan ketika mendengar ucapan dari sosok makhluk tersebut.
Itulah alasan mengapa aku kembali agar kau merasakan apa yang aku rasakan saat kau membunuh ku dengan keji!
"Jangan mimpi kau!" teriak pria itu di tengah derasnya hujan yang mengguyur daerah tersebut.
Pria itu lantas bangkit berniat untuk kembali kabur dan berlari, hanya saja ketika ia bangkit tubuhnya tiba tiba melayang begitu saja dan terlempar cukup jauh ke sudut tempat tersebut.
Uhuk uhuk
Tubuh pria tersebut rasanya seperti remuk redam ketika terlempar dengan posisi yang cukup jauh.
Bukankah kau mencintai ku? jika begitu mari ikutlah dengan ku ke alam baka hahahaha
Tepat setelah ucapan itu terdengar, tubuh pria tersebut kembali melayang kemudian terlempar pada sebuah meja kayu di mana terdapat gergaji mesin yang besar di sana. Pria tersebut terlihat panik ketika mendengar suara mesin gergaji itu hidup dan menyala dengan sendirinya, di tengah rasa kebingungan dan juga ketakutan yang melanda, tubuh pria tersebut perlahan tapi pasti terlihat mendekat ke arah mata gergaji itu. Melihat hidupnya sudah di ujung tanduk pria tersebut lantas berusaha meronta dengan sekuat tenaga namun tubuhnya seakan kaku dan tidak bisa di gerakkan.
Hahahaha
Hahahaha
Hahaha
Edrea yang masih berada di sana dan tahu betul apa yang akan terjadi sebentar lagi, hanya bisa terdiam sambil memejamkan matanya karena takut dengan apa yang sebentar lagi akan terjadi.
Aaaaaa
Crash...
Darah segar terlihat bermuncratan ke segala arah tepat ketika tubuh pria itu masuk ke dalam gergaji besar tersebut. Tubuhnya yang terpotong menjadi dua bagian lantas jatuh begitu saja ke bawah kolong meja dengan darah yang menggenang membasahi sekitar karena bercampur dengan air hujan.
Edrea yang semula memejamkan matanya lantas langsung membukannya secara perlahan ketika merasa beberapa tetesan air terasa mengenai bagian tubuhnya yang ternyata adalah darah milik pria tersebut.
"Tugas ini terlalu berat bagi ku..." ucapnya dalam hati dengan tangan yang gemetaran hebat seakan shock akan segala hal yang baru saja terjadi.
**
Sementara itu tanpa keduanya sadari tak jauh dari tempat Barra dan juga Edrea berdiri Mira terlihat menatap ke arah keduanya dengan tatapan yang tidak suka.
"Benar benar mengesalkan, kenapa Barra sampai bersikap sebegitunya kepada dia? bukankah ini bukanlah kali pertama Barra mendapat seorang pelayan? lalu mengapa kali ini sungguh berbeda?" ucap Mira dengan tatapan yang tidak suka.
"Baik, jika memang Barra melakukan hal itu, maka jangan salahkan aku jika aku juga ingin mengetes kemampuan gadis itu." imbuhnya lagi kemudian dengan senyum yang menyeringai.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments