"Lalu dimana arwah dokter tersebut?" tanya Edrea setelah beberapa orang barusan berlalu melewati dirinya dan juga Max di sana.
"Dia baru saja lewat, apa kau tidak melihatnya?" ucap Max dengan entengnya namun malah membuat Edrea menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena ia merasa sama sekali tidak melihat sosok arwah di sekitaran sini.
"Apa? yang benar saja, kau jangan bercanda Max..." ucap Edrea yang tidak mengerti maksud perkataan dari Max barusan.
Max hanya bisa menghela nafasnya panjang ketika melihat Edrea yang tidak percaya sekaligus tidak paham maksud dari perkataannya barusan. Tanpa menjelaskan kembali pada Edrea, Max kemudian lantas melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruang IGD di ikuti dengan Edrea di belakangnya. Sebuah iPad mendadak muncul di tangan Max ketika keduanya masuk ke dalam ruangan IGD membuat Edrea lantas menatap dengan takjub akan hal yang baru saja ia lihat.
"Arya Pramono, usia 30 tahun, meninggal karena kelelahan dalam bekerja." ucap Max kemudian yang lantas membuat dokter yang sedari tadi memompa jantung pasien secara manual menghentikan gerakannya. Beberapa perawat nampak sibuk menyelamatkan pasien korban kecelakaan tersebut, ketika suster menempelkan lead sensor pada dada pasien, tangan suster tersebut menembus begitu saja pada tubuh dokter yang sedang berada di atas tubuh pasien tersebut.
"Dia sudah meninggal?" ucap Edrea yang terkejut karena tadinya Edrea pikir yang meninggal bukanlah dokter yang menyelamatkan pasien itu.
Di saat kebingungan sedang melanda dokter tersebut, suara isak tangis samar samar mulai terdengar di brankar yang terletak di sebelah pasien korban kecelakaan tadi. Dokter tersebut yang penasaran akan suara isak tangis itu, lantas mulai melangkahkan kakinya ke arah sebelah untuk mengecek apa yang telah terjadi. Dokter tersebut lantas terkejut ketika melihat dirinya sudah terbujur kaku di ranjang pasien dan tengah dikerumuni keluarganya saat ini.
"Kematian di konfirmasi pukul 13.00, silahkan ikut dengan kami sekarang..." ucap Max kemudian menunjukkan jalan agar dokter tersebut segera pergi dari sana menuju tempat pemberhentian terakhir di dunia.
"Tapi... bagaimana dengan keluarga ku nantinya jika aku pergi..." ucap dokter tersebut seakan tidak rela bila takdirnya harus meninggal dengan cara seperti ini.
"Tak perlu khawatir, mereka akan tetap melanjutkan hidup mereka seperti biasanya, tugas mu di dunia sudah selesai kau sudah melakukan yang terbaik selama ini." ucap Max dengan nada yang santai namun juga tegas.
Pada akhirnya dokter tersebut lantas mengikuti langkah kaki Max dan juga Edrea yang membawanya ke tempat pemberhentian terakhir bagi para arwah sebelum akhirnya menuju ke akhirat.
**
Sementara itu setelah menyelesaikan tugasnya menjemput arwah tadi, Max terlihat melangkahkan kakinya memasuki ruangan kamar pribadi milik Barra, ketika masuk ke dalam Max masih melihat tuannya memejamkan matanya dengan erat, membuat Max lantas menghela nafasnya panjang ketika melihat keadaan Barra yang tetap sama seperti pertama kali Max menemukannya.
"Apa yang harus saya lakukan untuk membuat anda sadar tuan?" ucap Max dalam hati dengan tatapan yang khawatir pada tubuh Barra yang masih terbaring di tempat tidur.
Max kemudian melangkahkan kakinya menuju ke arah almari pakaian berniat untuk menggantikan pakaian Barra dengan yang baru, dipilihnya satu setelan kemeja berwarna coklat kemudian di bawa menuju ke arah di mana Barra berada. Hanya saja ketika Max jarak Max dan tempat tidur hanya beberapa meter saja, Max lantas menghentikan langkah kakinya ketika sampai di dekat ranjang dan tidak melihat Barra di sana.
"Kemana perginya tuan? bukankah tadi jelas jelas tuan masih ada di sana?" ucap Max bertanya tanya sambil menatap ke arah sekitaran mencoba mencari keberadaan Barra.
**
Ruangan Barra
Setelah mengantar arwah dokter tadi, Max mengatakan pada Edrea untuk menunggunya di ruangan Barra sebentar. Edrea yang mulai bosa lantas mengedarkan pandangannya ketika melihat ruangan tersebut kosong tanpa kehadiran Barra di sana. Edrea menghela nafasnya panjang ketika ia di tinggal sendirian di ruangan itu.
"Ternyata kehadiran Barra tidak terlalu buruk walau dia menjengkelkan." ucapnya sambil bangkit berdiri melihat lihat ruangan kantor Barra.
Edrea yang melihat kumpulan buku koleksi milik Barra lantas mulai tertarik kemudian melangkahkan kakinya mendekat ke arah lemari buku tersebut. Diambilnya satu buku milik Barra yang menarik perhatian Edrea, hanya saja ketika buku itu di buka Edrea lantas mengernyit karena bingung akan tulisan yang terdapat pada buku itu di mana di bagian dalamnya menggunakan aksara jawa, Edrea lantas mendengus kesal ketika ia tidak bisa membaca buku tersebut kemudian menaruhnya kembali pada tempatnya karena kesal tidak bisa membacanya.
"Hu dasar, orang sama bukunya sama aja... sama saka kuno" gerutu Edrea dengan kesal.
Edrea kemudian lantas melangkahkan kakinya kembali ketika ia melihat pajangan lucu berbentuk kucing seperti yang terdapat di toko toko yang pemiliknya kebanyakan adalah orang China.
"Ah lucunya.." ucap Edrea sambil mengelus elus kepala pajangan tersebut hingga kemudian tanpa sengaja memutar kepalanya.
Criet...
Suara lemari buku yang terbuka setelah Edrea memeutar kepala kucing tersebut, lantas mengejutkan Edrea. Sebuah ruangan rahasia tiba tiba saja terbuka membuat Edrea bingung namun juga penasaran tentang ruangan tersebut. Rasa penasaran yang tinggi membuat Edrea tanpa berpikir panjang lantas melangkahkan kakinya menuruni anak tangga di ruangan rahasia itu.
Jantung Edrea lantas berpacu dengan kencang ketika ia menuruni satu persatu anak tangga menuju ujung dari anak tangga tersebut. Ketika langkah kaki Edrea sampai di ujung anak tangga, dengan perlahan Edrea mulai membuka pintu dan masuk ke dalamnya. Suasana di dalam ruangan sangat gelap tanpa penerangan satu pun di sana, hingga kemudian Edrea yang melihat secerca sinar terpancar dari arah tengah ruangan itu, lantas langsung melangkahkan kakinya mendekat ke arah di mana sinar itu terlihat.
"Sebuah belati?" ucap Edrea ketika melihat benda melayang di tengah tengah pancaran sinar di ruangan itu.
Edrea yang sudah terlanjur penasaran lantas dengan bodohnya malah meraih benda itu begitu saja tanpa permisi, ketika belati sudah berada tepat di tangan Edrea, ruangan yang semula gelap mendadak berubah menjadi terang benderang membuat Edrea lantas terkejut akan pencahayaan yang tiba tiba itu.
"Siapa kau sebenarnya?" ucap sebuah suara yang lantas membuat Edrea mundur beberapa langkah karena terkejut akan suara berat seseorang di belakangnya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments