Setelah kepergian Max dari sana, Barra lantas mendudukkan dirinya di sebelah Edrea yang tengah terbaring di sofa. Barra menyentuh pundak Edrea yang terluka kemudian dengan perlahan mengalirkan energi miliknya di sana berusaha untuk menyembuhkan pundak Edrea yang terluka akibat ulahnya.
Setelah beberapa menit mentransfer energi barulah pundak Edrea berangsur angsur membaik dan kembali seperti semula tanpa meninggalkan jejak sedikitpun.
"Setidaknya dia akan jauh lebih baik setelah menerima energi milik ku." ucap Barra sambil bangkit dan meninggalkan Edrea yang hingga kini masih dengan mata yang terpejam.
Barra terus melangkahkan kakinya keluar dari ruangan tengah yang berada di ruangan kantornya dan berhenti di kursi kebesarannya kemudian mendudukkan dirinya di sana. Agar kalian tidak bingung, sekedar info ruangan kerja Barra terdapat dua bagian di mana di bagian tepat setelah pintu masuk adalah ruangan khusus tempat kerjanya, sedangkan di sebelahnya terdapat ruangan yang berisi kamar tidur lengkap dengan kamar mandi dan juga beberapa peralatan pribadi milik Elbara. Untuk ruangan pribadi Barra terletak di sebelah Apartment tanpa batas di dekat stasiun tempat para arwah tinggal sebelum pemberangkatan mereka menuju ke akhirat.
Tok tok tok
"Masuk" ucap Barra pada seseorang di luar ruangannya.
Tak lama setelah itu pintu nampak terbuka perlahan dengan Max yang melangkahkan kakinya masuk ke dalam mendekat ke arah Barra.
"Apa kau sudah melakukan apa yang ku suruh Max?" tanya Barra ketika melihat kedatangan Max yang begitu cepat dari perkiraannya.
"Sudah tuan, dan nenek Edrea telah menyetujuinya." ucap Max.
"Lalu ada apa lagi kali ini?" tanya Barra lagi.
"Begini tuan saya ingin menyampaikan permintaan dari Mira, tentang keinginannya menguji pelayan anda. Mira tidak ada maksud lain selain mengetes kelayakan dari Edrea tuan, jadi saya harap tuan jangan salah sangka." ucap Max menjelaskan tujuan kedatangannya.
Barra yang mendengar ucapan dari Max barusan lantas mendengus kesal karena Max malah menyampaikannya lagi, padahal Barra sudah malas sekali jika harus kembali membahas tentang kelayakan Edrea berada di sini dan menjadi pelayannya.
"Cih, wanita itu tidak pernah menyerah rupanya... apa dia sama sekali tidak kapok akan kejadian tempo hari?" ucap Barra dengan nada yang malas.
"Tentu saja menyesal tuan, anda sudah memberinya cukup banyak pelajaran waktu itu" ucap Max yang mulai khawatir karena sepertinya Barra tidak akan menyetujui usulannya barusan.
Mendengar hal tersebut Barra kembali terdiam, di ketuk ketukan jari tangannya berulang kali ke meja seperti tengah memikirkan sesuatu hingga kemudian barulah Barra tersenyum ketika mendapat sebuah ide.
"Biarkan saja dia melakukan apa kemauan dari Mira asalkan Arya yang akan menjadi pendampingnya ketika melakukan tugas." ucap Barra kemudian.
"Apa anda yakin tuan?" tanya Max memastikan ucapan dari Barra barusan bukanlah sebuah kesalahan.
"Tentu saja, kenapa tidak?" ucap Barra dengan senyum yang mengembang.
"Baik tuan" ucap Max kemudian melangkahkan kakinya pergi dari sana.
"Baiklah mari kita coba, aku ingin lihat apakah dia akan kembali mampu mengatasinya kali ini." ucap Barra setelah kepergian Max dari ruangannya.
**
Ruangan Mira
Setelah pemberitahuan secara mendadak oleh Max tadi, Edrea langsung di giring untuk menemui Mira di ruangannya dengan di temani oleh Arya. Mira yang melihat Edrea datang bersama dengan Arga lantas di buat kesal karena rencananya untuk mengerjai Edrea pasti akan gagal jika Arya selalu menempel bersama dengan Edrea setiap saat.
Edrea kemudian lantas menggeser iPad dan mengarahkannya ke mendekat ke arah Edrea, Edrea yang melihat hal tersebut lantas langsung dengan sigap menerima iPad tersebut dan mulai melihat isinya.
Nama : Yoga Prasetya
TTL : Bandung, 12 Agustus 1989
Penyebab kematian : Mati tertembak ketika melakukan operasi narkoba
Kode : Dark
Setelah membaca biodata singkat tentang arwah yang harus ia jemput, Edrea kemudian menscroll beberapa gambar yang ada di sana. iPad yang ada di tangannya benar benar memberikan gambaran lengkap tentang data data kehidupan arwah yang akan ia jemput mulai dari masa kecil, masa remaja, hingga masa dewasa dan segala kejahatan yang telah ia lakukan selama hidup di dunia, membuat Edrea benar benar tidak bisa berkata kata lagi akan segala hal yang ia lihat dalam iPad tersebut.
"Baiklah, apakah aku sudah boleh pergi?" tanya Edrea kemudian setelah puas melihat lihat.
"Cih dasar sombong" ucap Mira dalam hati. "Kalian sudah boleh pergi asal biarkan Wili ikut bersama dengan kalian." ucap Mira memberikan syarat.
Edrea yang mendengar syarat dari Mira lantas langsung dengan spontan menoleh ke arah Arya yang sedari tadi ada di belakangnya, Arya yang seakan faham akan maksud dari tatapan Edrea barusan lantas langsung mengangguk tanda agar Edrea mengiyakan syarat dari Mira barusan.
"Baiklah kalau begitu." ucap Edrea pada akhirnya.
Sedangkan Mira yang melihat persetujuan itu tentu saja tersenyum bahagia dan merasa puas syarat yang ia berikan terpenuhi.
**
Salah satu daerah di kota Bandung
Ini adalah pertama kalinya Edrea menjalankan misi tanpa kehadiran Barra maupun Max di sampingnya, walau Edrea hanyalah manusia biasa dan tidak memiliki kemampuan apapun, ia tetap harus bisa bersikap cool dan melaksanakan tugas dengan baik tanpa ada kesalahan atau ia akan membuat Barra kecewa karena telah memilihnya. Edrea sedikit bisa bernafas lega karena beberapa hari yang lalu Max memberi tahunya tentang tata cara penjemputan arwah, hanya saja bukankah setiap arwah mempunyai kode masing masing?
Edrea yang tidak mengetahui arti dari kode tersebut lantas malah tersenyum dengan gembira, Edrea mengira semua arwah akan sama saja dan dapat di jemput dengan mudah.
Edrea, Arya dan juga Wili sampai di sebuah gudang di mana di area sana tengah terjadi penggrebekan bandar narkoba. Terjadi kejar kejaran antara polisi dan juga beberapa orang yang di duga adalah sindikat pengedar narkoba.
Dor dor dor
Suara tembakan menggema terdengar memenuhi area gudang tersebut, membuat Edrea yang terkejut lantas berkali kali terlihat menunduk karena jujur saja ia takut terkena tembakan yang salah sasaran dan mengarah ke arahnya.
"Apakah ini sungguh pelayan tuan Barra? kenapa lemah sekali?" ucap Wili dalam hati yang melihat ekspresi wajah ketakutan Edrea ketika mendengar suara tembakan.
Ketiganya lantas terus berjalan ke arah tengah gudang, hingga kemudian baik Edrea, Arya dan juga Wili nampak menghentikan langkah kakinya ketika melihat seseorang tengah bersembunyi di balik tong oli dengan ukuran yang besar.
"Yoga Prasetya... saatnya untuk kamu berhenti karena waktu mu di dunia ini telah berakhir." ucap Edrea dengan nada yang bangga seakan akan ia benar benar sosok penjemput arwah sungguhan, walau kenyataan sebenarnya Edrea hanyalah penjemput arwah yang masih dalam status magang.
"Apa maksud kalian?" ucap Yoga dengan tatapan yang bingung.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments
Yeonso
mirip drama tale of the nine tailed yg cerita masa lalunya hihiii (kisah pangeran terbuang sama ular)
apa terinspirasi dari drama itu thoor,😁😁
2022-10-05
0