Suamiku Dilamar Sahabatku
Hari ini hari Minggu, Luna dan Aril tengah duduk santai di ruang tengah sambil nonton tivi. Setelah selesai sarapan pagi, mereka menikmati hidup layaknya pengantin baru, Aril tidur dengan menaruh kepalanya di paha Luna. Sedangkan Luna, ia mengelus kepala Aril dengan penuh cinta dan kasih sayang, sedangkan matanya menatap ke arah tivi.
"Nanti sore kita ke Mall yuk Mas," ajak Luna sambil menatap wajah suaminya sebentar, lalu fokus lagi ke layar televisi.
"Boleh, emang kamu mau beli apa?" tanyanya sambil memainkan game di hpnya.
"Aku ingin beli baju couple."
"Loh bukannya Minggu lalu sudah beli ya?"
"Itu kan Minggu lalu, Mas. Dan sudah di pakai dua kali dipakai, aku ingin yang baru, gak papakan?" tanyanya sambil melihat ke arah suaminya.
"Enggak papa dong, yank. Lagian kan aku kerja buat kamu, jadi kamu bisa beli apa aja yang kamu sukai. Kalau uangnya kurang, kamu bilang aja. Nanti aku transfer."
"Makasih ya, Mas." Luna merasa senang punya suami seperti Ariel. Dia selalu bisa memenuhi keinginannya. Bahkan uang belanja, uang jajan, uang pribadi di bedakan. Jadi, Luna menerima tiga jatah setiap bulannya. Ya, Luna patut bersyukur karena secara materi, Ariel tak pernah membuat Luna merasa kekurangan. Bahkan semua kebutuhan dan keinginan Luna, selalu di penuhi.
Ariel juga menyewa dua jasa ART untuk membantu Luna mengurus rumah tangga, sehingga Luna hanya fokus merawat diri aja, agar selalu tampil cantik dan fress. Luna juga harus bisa menjaga berat badannya, karena suaminya itu kurang suka jika Luna punya lemak berlebih. Apalagi jika wajahnya dan kulitnya sampai terlihat kusam.
Hari-hari Luna hanya di habiskan untuk olah raga dan merawat diri, bahkan tak jarang suaminya mendatangkan orang-orang dari salon terkenal untuk membantu Luna agar Luna terlihat cantik setiap harinya. Luna juga harus menjaga pola makannya, sehingga Luna tak bisa makan sembarangan.
Lelah, pastinya. Jika dari materi, Luna memang sangat di manjakan. Sayangnya, ada harga yang harus dibayar. Yaitu dengan tampil sempurna, berat badan yang gak boleh naik dan juga gak boleh turun, dan harus tampil cantik paripurna. Tak heran di usianya yang sudah dua puluh empat tahun, Luna masih terlihat seperti anak belasan tahun. Karena perawatan yang ia pakai pun cukup mahal.
Dalam urusan ranjang, Ariel juga selalu meminta dirinya untuk bergerak lebih aktiv. Sedangkan Ariel hanya menerima dan menikmatinya saja, berbeda dengannya yang harus banyak menggerakkan tubuhnya untuk memberikan kenikmatan untuk suaminya. Ariel seakan tak peduli, dirinya puas apa gak. Yang dia fikirkan hanyalah dirinya sendiri.
Namun walaupun begitu, Luna tetap menyayangi Ariel, apalagi ekonomi keluarganya juga membaik sejak dirinya menikah dengan Ariel. Ariel rela mengeluarkan banyak uang untuk merenovasi rumah orang tuanya dan membelikan sawah satu hektar. Karena kebetulan Luna itu berasal dari kampung dan dia dapat beasiswa kuliah di Jakarta. Dan dari sanalah ia bertemu dengan Ariel dan menjalin hubungan dengannya. Setelah Luna lulus kuliah, Ariel langsung meminangnya dan kini sudah genap dua tahun pernikahan mereka. Sayangnya Tuhan masih belum memberikan Luna kepercayaan untuk menjadi seorang Ibu.
Padahal saat periksa ke dokter, baik Luna maupun Ariel, dua-duanya subur semua dan tak ada yang bermasalah. Ariel pun juga tak terlalu menuntut anak, baginya yang penting Luna jadi istri penurut dan tak banyak tingkah membuat Ariel senang.
Untungnya juga orang tua Ariel tak pernah menuntut Luna untuk segera punya anak, karena bagaimanapun mereka tau, bahwa anak itu pemberian Allah. Jika Allah belum berkehendak, maka Luna juga tak akan hamil.
Kedua orang tua Ariel berada di luar kota, karena Ariel sendiri memang bukan asli dari Jakarta, dia berasal dari Bandung sedangkan Luna dari Jember. Namun karena mereka bertemu di Jakarta dan pekerjaan Ariel juga berada di Jakarta. Jadi mereka memutusksan untuk tinggal di Jakarta. Ariel membeli rumah dengan hasil jerih payahnya sendiri.
Memang dalam hal ekononi, Ariel sangat mapan, karena dia punya usaha resto. Dan dia juga suka menanam saham di beberapa perusahaan besar dan dari sanalah pendapatan Ariel setiap bulannya bertambah.
"Oh ya Sayang, masalah sahabatmu itu gimana?" tanya Ariel yang ingat dengan cerita Luna tadi malam.
"Oh Laras. Katanya sih besok dia mau ke sini, Mas."
"Emm gitu, apa dia sudah menemukan pekerjaan?" tanya Ariel. Memang Luna sering menceritakan tentang sahabatnya itu ke suaminya. Luna juga sering menceritakan suaminya ke sahabatnya-Laras. Sehingga Laras tau semua tentang kebahagiaannya dan juga masalah yang ia hadapi. Luna selalu terbuka sama Laras. Karena baginya, Laras bukan hanya sekedar sahabat tapi sudah ia anggap sebagai saudara. Untuk itu, ia selalu cerita apapun itu ke Laras termasuk rahasianya, karena ia percaya Laras pasti akan menjaga rahasianya karena mereka bersahabat sudah lama, sejak SMA.
"Kayak sih belum, Mas. Apa di resto ada lowongan pekerjaan?" tanya Luna hati-hati.
"Ada, kalau mau sahabatmu itu bisa melamar di resto aku aja, sebagai kasir."
"Baiklah, besok kan dia mau ke sini, aku bisa memberitahu dia masalah loker itu. Makasih ya, Mas. Karena sudah bantu sahabat aku dapat pekerjaan."
"Sama-sama, lagian kan sahabat kamu, sahabat aku juga. Jadi santai aja."
Mereka pun mengobrol santai, menikmati hari Minggu dengan canda tawa. Karena jika hari Senin sampai hari Sabtu, suaminya pasti akan sibuk banget bahkan tak jarang Ariel sering pulang malam karena lembur.
"Oh ya, Mas. Kapan kita ke rumah Mama dan Papa?" tanya Luna. Mengingat sudah dua bulan dia gak pernah main ke rumah mertuanya itu. Kemaren Mama mertuanay menelfon Luna dan menanyakan kapan mereka akan main ke sana.
"Kenapa?"
"Kemaren Mama nelfon nanya kapan kita mau ke sana. Aku gak enak."
"Ya sudah kalau Mama nelfon lagi, bilang aja Minggu depan gitu. Nanti aku ambil cuti hari Sabtu, jadi kita bisa menginap di sana sekalian."
"Baiklah, terus kalau ke rumah Ayah dan Ibuku, kira-kira kapan?"
"Gimana kalau tahun baru, kamu tau kan aku sibuk banget, kalau ke Bandung, aku masih bisa menyempatkan waktu ke sana, tapi kalau ke Jember, jaraknya cukup jauh," jawab Ariel membuat Luna hanya bisa menghela nafas.
Luna hanya bisa pulang setahun sekali kadanag dua kali. Saat idul fitri dan saat tahun baru. Bahkan idul fitri kemaren malah mereka gak pulang. Sehingga Luna cuma meluapkan rindunya lewat vidio call aja.
Andai di izinkan, Luna ingin pulang sendirian, sayangnya Ariel tak akan membiarkan itu terjadi. Bahkan Luna juga tak di izinkan keluar rumah tanpa dirinya. Kemanapun Luna pergi, harus di antar oleh Ariel. Entahlah kenapa Ariel bisa seposesif itu.
"Baiklah." Luna tak bisa membantah, ia hanya bisa mengiyakan saja. Membantah pun percuma, ujung-ujungnya malah bertengkar.
"Maafin aku ya, Sayang. Maaf karena aku sibuk, kita jadi gak bisa pulang ke kampung kamu."
"Enggak papa, Mas. It's okay," jawab Luna pura-pura tersenyum walaupun hatinya, seperti ada yang tercubit. Sesak.
Padahal jika boleh jujur, ia sangat merindukan orang tuanya itu. Ia sangat merindukan masakan orang tuanya dan merindukan kampungnya, tanah kelahirannya. Bahkan sang Ibu juga kadang pernah menangis karena sangat merindukan Luna. Tapi sebagai anak, ia gak bisa berbuat apa-apa. Kalau dulu, saat ia masih kuliah, ia bisa pulang sebulan sekali, tapi sejak ia menikah, ia tak bisa seenaknya bepergian. Ia sudah terikat pernikahan dan ia tak bisa sebebas saat ia masih single.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 250 Episodes
Comments
Soraya
mampir thor
2024-01-21
0