Hari ini Ariel pulang tanpa sepengetahuan Luna, ia sengaja ingin memberikan kejutan untuk Luna. Sebenarna ia pulang besok, tapi karena urusannya selesai, jadi ia bisa pulang hari ini. Sepanjang jalan, Ariel sudah tak sabar untuk bertemu sang istri, ia juga membelikan oleh-oleh untuk Luna, Bibi Imah, Bibi Neni serta untuk Laras yang merupakan sahabat istrinya.
Sesampai di depan rumah, Ariel memarkirkan mobilnya begitu saja, lalu ia keluar dari dalam mobil sambil membawa tas kerjanya dan membawa beberapa tas yang berisi hadiah untuk sang istri dan yang lainnya.
Saat ia membuka pintu, ia melihat Istrinya yang tengah memainkan hpnya di sova ruang tamu. "Mas Ariel," Luna kaget melihat suaminya yang sudah pulang. Ia pun segera menghampirinya dan memeluk suaminya itu.
"Kok sudah pulang?" tanya Luna sambil mengambil tas yang di pegang Ariel dan menaruhnya di kursi sofa.
"Kejutan, kamu gak suka?" tanya Ariel.
"Suka kok. Suka banget malah. Ini apa?" tanya Luna.
"Hadiah buat kamu, yang warna maroon buat kamu, sedangkan warna kuning buat Bibi Imah, warna hijau buat Bibi Neni dan warna hitam buat Laras."
"Makasih ya, Mas."
"Enggak kamu buka hadiahnya?" tanya Ariel.
"Nanti aja, aku masih kangen," balas Luna manja. Mendengar hal itu pun membuat Ariel merasa senang, tak sia-sia, ia kerja di sana dan menyelesaikan dengan cepat, karena akhirnya ia bisa bertemu dengan istrinya dan melepas rindu yang membuatnya tersiksa.
Mereka pun berpelukan di ruang tamu, tak lupa Ariel menutup pintu agar tak ada yang melihat dari depan, walaupun itu gak mungkin, tapi jaga-jaga aja, karena ia tak ingin jika harus berbagi keindahan dengan orang lain. Baginya, Luna itu seperti berlian, jadi ia tak ingin siapapun melihatnya apalagi menyentuhnya. Baginya, Luna adalah miliknya, hanya dirinya yang boleh menatapnya dengan puas.
Setelah puas pelukan, Ariel melepas pelukannya. "Kita udahin ya, lanjutin nanti lagi. Aku masih lelah setelah menyetir berjam-jam lamanya, aku mau istirahat. Kamu kasihkan hadiah itu buat Bibi Neni dan yang lainnya."
"Iya, Mas."
Dan setelah itu, Luna membiarkan suaminya pergi ke kamar, sedangkan Luna ia mengambil dua tas yang berwarna kuning dan hijau unuk ia berikan ke dua asisten rumah tangganya.
"Bibi," panggilnya.
"Iya, Non." jawab mereka kompak.
"Ini buat Bibi Neni dan ini buat Bibi imah," ucapnya sambil memberikan tas itu kepada mereka.
"Loh, ada acara apa, Non? Kok kasih hadiah segala?" tanya Bibi Imah bingung.
"Ini bukan dari aku, Bi. Tapi dari Mas ARiel," jawab Luna terkekeh.
"Loh Tuan sudah pulang?" tanya Bibi Neni.
"Sudah, Bi. Sekarang lagi ada di kamar. Ya sudah, aku mau ke kamar juga ya, Bi. Nanti tolong siapkan makan siangnya ya, Bi."
"Iya, Non," sahut Bibi Imah.
Setelah itu, Luna kembali ke ruang tamu dan mengambil hadiah miliknya dan milik Laras. Punya Laras, akan ia berikan saat Laras datang ke rumah ini. Atau saat ia di izinkan keluar untuk pergi ke rumah Laras, walaupun rasanya mustahil sih karena suamina itu super duper protektif sekali.
Sesampai di kamar, Luna menaruh hpnya di meja, begitupun dengan tas suaminya dan juga hadiah miliknya dan milik Laras. Ia mendengar ada suara air di kamar mandi.
Luna pun berjalan ke arah lemari dan mengambil baju dan sarung milik suaminya itu. Sambil menunggu, Luna menyemprotkan parfum ke semua ruangan terutama di bagian bantal dan kasur.
Tak lupa ia juga menaikkan suhu AC, agar lebih adem, tak tak panas. Setelah selesai ia duduk santai sambil memainkan Hpnya lagi.
Ariel keluar dari kamar mandi dan hanya memakai handuk saja, itu pun hanya ia lilitkan dari perutnya sampai lutut saja, hingga menampakkan tubuh Ariel yang cukup kekar. Walaupun jarang olah raga, namun Ariel sangat menjaga pola makannya sehingga kulitnya sangat kencang dan putih bersih.
"Kenapa, Sayang?" tanya Ariel karena melihat Luna yang sedari tadi menatapnya.
"Enggak papa, itu bajunya sudah aku siapkkan."
"Makasih ya."
"Sama-sama, Mas."
Setelah itu, Ariel mengeringkan tubuhnya dulu dengan handuk, termasuk wajah dan juga rambutnya, setelah itu, barulah ia memakai baju kaso dan sarung yang sudah di siapkan oleh istrinya.
Melihat Ariel sudah selesai pakai baju, Luna menaruh Hpnya di meja samping tempat tidur. Lalu ia berbaring di kasur, Ariel pun ikkut berbaring di samping Luna.
"Laras tinggal di mana, Yank?" tanya Ariel.
"Gak jauh dari sini, kok. Mas boleh gak kapan-kapan aku main ke rumah Laras, deket kok, gak jauh dari sini," ujar Luna dengan tatapan mengibanya.
"Emmm gimana ya?" tanya Ariel, ia pura-pura sedang mikir. Melihat Ariel yang kelamaan mikir, Luna merasa gemas sendiri. Ia bangun dari tidurnya dan duduk di atas perut Ariel sampai melihat ke arah Ariel yang masih terus pura-pura mikir.
"Boleh gak?" tanya Luna sambil menghentak-hentakkan bo kongnya ke perut Ariel.
"Aw, sakit sayang."
"Biarin, makanya jawab dulu, boleh apa gak?" tanya Luna yang terus menghentakk-hentakkan bokongnya di atas perut Ariel yang six pack itu.
"Baiklah, baiklah. Okey, okey. Aku izinin," jawab Ariel agar Luna berhenti menhentak-hentakkan bo kong nya lagi.
"Makasih ya."
"Iya, tapi ada syaratnya," ujar Ariel lagi sambil menatap istrinya yang tengah duduk di atasnya. Luna emang suka duduk di atas perutnya, dan Ariel pun tak mempermasalahkan itu. Toh ia juga merasa senang akan hal itu.
"Apa?"
"Harus di antar Bibi Imah atau Bibi Neni, dan itupun di sana gak boleh lama,"
"Okay. Tapi Laras kan kerja dari Senin sampai Sabtu. Dan berangkatnya pun pagi pulang malam, jadi aku bisa ketemu Laras cuma hari Minggu aja, sedangkan Minggu kamu libur kerja," ucap Luna cemberut. Ia memainkan dada Ariel yang ia buka kancingnya.
"Ya sudah kalau gitu, hari MInggu aja, kamu suruh Laras ke rumah ini, atau jika kamu mau, kamu bisa datang ke rumahnya, tapi jangan lama-lama."
"Beneran, gak papa aku ke rumah Laras?" tanya Luna memastikan, karena ini pertama kalinya suaminya mau membiarkan dia keluar tanpa di dampingin Ariel.
"Iya, masih satu perumahan kan?" tanyanya.
"Iya."
"Iya sudah gak papa."
"Makasih ya, Mas."
"Sama-sama."
Mereka pun berbincang mengenai apa saja, Ariel juga menceritakan pekerjaannya selama di luar kota. Ia bercerita sambil menggenggam kedua tangan Luna, dan menatap Luna yang juga menatap ke arahnya. Mereka berbincang dengan Luna yang masih tetap berada di atasnya.
Setelah Ariel selesai bercerita, barulah Luna yang menanggapi cerita suaminya itu, lalu ia juga menceritakan kegiatanya selama Ariel tak ada di rumah.
"Tapi kamu gak merasa kesepian yank, saat malam hari. Jujur aku kesepian banget, aku kadang melihat foto-foto kamu di hp aku, buat menghibur diri aku sendiri. Jauh dari kamu itu gak enak banget. Lain kali, kalau aku pergi ke luar kota, kamu ikut ya, sekalian jalan-jalan," ujar Ariel dan Luna pun menganggukkan kepal.
"Baiklah, lain kali aku akan ikut jika Mas ada pekerjaan di luar kota."
"Sini turun, kita bobok siang ya, Mas hari ini benar-benar capek banget," ujar ARiel dan Luna pun mengiyakan. Ia turun dari tubuh Aril dan merebahkan tubuhnya di samping Ariel. Ariel pun tidur menyamping sambil memeluk sang istri.
"Aku sayang banget sama kamu, Sayang. Maafin Mas jika selama ini kesannya Mas selalu ngurung kamu di rumah, itu Mas lakukan karena Mas gak mau kehilangan kamu. Mas gak rela kamu di lirik cowok di luaran sana," ucap Ariel sambil menci um kening sang istri.
"Enggak papa kok, Mas. Aku ngerti," sahut Luna. Walaupun ingin rasanya ia bilang, ia tak suka seperti ini dan ia ingin diberi kebebasan, namun ia tak mau membuat suaminya itu marah. Jadi ia memilih untuk pura-pura mengerti aja dan membiarkan suaminya melakukan apa yang dia suka, dan Luna sendiri akan berusaha menurutinya selama tidak melewati batas.
"Iya sudah, kita tidur siang ya. Nanti Mas mau ke resto."
"Aku ikut ya, aku mau ketemu Laras, sekalian mau ngasih hadiah kamu buat Laras."
"Baiklah, nanti kamu ikut Mas ke resto."
Mendengar hal itu, Luna pun merasa senang sekali. Ia juga sudah tak sabar bertemu Laras dan karyawan suaminya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 250 Episodes
Comments