Satu bulan telah berlalu sejak, Luna pergi ke resto bersama Ariel. Dan selama sebulan itu, Ariel bekerja seperti biasa, berangkat pagi dan pulang malam. Sedangkan Laras, sudah lama gak ada kabar. Bahkan ketika Luna mengirim pesan pun jarang di balas, alasannya karena Laras lelah, jadi pulang kerja langsung tidur dan saat pagi harinya ia harus bersiap-siap untuk berangkat kerja lagi. Mendengar alasan Laras, Luna pun hanya bisa menghela nafas. Setidaknya bagi Luna, Laras baik-baik aja dan tidak ada masalah. Luna pun juga tidak ada niat untuk menganggunya dan membiarkan Laras terbaisa dengan pekerjaannya saat ini.
Ariel pun juga mengatakan jika Laras di resto bekerja dengan giat dan tak ada keluhan apapun, mendengar hal itu Luna tersenyum bahagia. Ia percaya jika sahabatnya itu adalah pekerja keras dan bisa disiplin asal dinasehati. Selama sebulan itu, Luna juga tetap seperti biasanya, menjaga pola makan, olah raga, ngobrol bareng Bibi Imah dan Bibi Neni, perawatan tubuh, rambut dan wajah, serta main Hp. Luna juga kini tengah menulis cerita di beberapa aplikasi jadi ia punya kegiatan lain, selain bersantai. Jadi ia bisa menghasilkan uang dari rumah, dan itu tanpa sepengetahuan suaminya, hanya Bibi Imah dan Bibi Neni saja yang tau, karena hanya pada mereka, Luna mau bercerita dan terbuka.
Laras sendiri kini juga sudah berubah, tak lagi seperti bulan lalu. Ia kini sudah pintar memadukan tampilannya hingga tampak memukau. Apalagi Laras juga sering olah raga di pagi hari, makan makanan sehat, minum supplement pemutih kulit, suka minum jus buah dan sayur di pagi dan malam hari. Pakai lulur, dan juga belajar make up dari youtube. Dan baru satu bulan, namun sudah tampak hasilnya.
Bahkan teman-temannya menyangka jika Laras perawatan di salon mahal, padahal hanya perawatan di rumah aja dan itu pun hanya di pagi dan malam hari, karena sehrian ia harus kerja di resto. Dan ketika Minggu, ia akan pergi ngegym dari pagi sampai siang hari dan setelah itu, ia akan pulan dan perawatan lagi. Laras juga tak berani keluar rumah dan terkena sinar matahari. Laras benar-benar berusaha untuk bisa menghindar dari matahari secara langsung.
Untungnya juga, saat Laras mau meminjam uang satu juta ke Luna, Luna malah memberikan uang dua juta dan tak perlu dikembalikan dan itu membuat Laras tersenyum senang. Karena dari uang itulah, Laras bisa membuat dirinya semakin cantik dengan perawatan yang bisa ia lakukan dari rumahnya, apalagi juga ia sudah gajian, sehingga membuat Laras bisa membeli baju online, baju yang membuat dirinya semakin tampil menarik. Walaupun ia diberi baju banyak oleh Luna, tapi tetap saja, ia ingin beli baju sendiri.
Laras juga bahkan melupakan orang tuanya, dulu ia berjanji kalau gaji pertama akan ia kirim buat ayah dan ibunya di kampung, nyatanya uang itu dia buat untuk beli baju dan perawatan tubuhnya.
"Laras, kamu belum pulang?" tanya Ariel yang sudah siap-siap mau pulang dan ia melihat Laras yang berdiri di depan resto.
"Saya lagi mesan taxi online, Mas. Tapi belum ada yang nyantol ini," jawab Laras tersenyum. Memang Ariel meminta Laras, untuk memanggil Mas aja, dari pada Bapak atau Tuan. Karena itu membuat Ariel risih, lagian Laras itu sahabat istrinya, jadi menurut Ariel mending manggil dirinya Mas aja, biar gak kaku.
"Iya sudah, pulang bareng aku aja yuk. Lagian kita kan searah," ajak Ariel karena gak tega melihat Laras yang nunggu taxi online, sedangkan ini sudah malam.
"Tapi, Mas ...." Laras merasa gak enak, pasalnya ini pertama kalinya Ariel mengajak dirinya pulang bareng. Biasanya Ariel hanya bicara seperlunya aja, bahkan terkesan cuek sekali.
"Sudahlah, Ayo. Bentar lagi ini resto sudah mau nutup, nanti kamu malah sendirian di sini. Gimana kalau ada orang jahat," ujar Ariel, mendengar kata jahat, membuat Laras merinding. Ia juga takut, jika ada orang yang jahat yang akan melukai dirinya atau menyakitinya.
"Baiklah." Akhirnya Laras pun pasrah menerima bantuan dari atasannya itu, sekaligus suami dari sahabatnya.
Ariel mengambil mobilnya, lalu setelah itu, ia menghampiri Laras. "Masuk," ucapnya. Laras pun membuka pintu belakang, namun Ariel langsung cemberut. "Aku bukan sopir, duduk di depan," ujar Ariel tegas membuat Laras akhirnya menutup pintu belakang, dan membuka pintu depan.
Ia duduk di kursi samping Ariel, dan entah kenapa jantungnya berdebar keras. "Astaga, aku kenapa?" tanyanya dalam hati. Ia menutup pintu mobil dengan pelan dan memasang seatbelt atau sabuk pengaman.
"Sudah?" tanya Ariel dan Laras pun menganggukkan kepala. Dan setelah itu, Ariel pun menjalankan mobilnya dengan pelan.
"Gimana betah di Jakarta?" tanya Ariel karena sedari tadi tidak ada yang buka suara.
"Betah, Mas," jawab Laras kaku.
"Syukurlah, di kontrakan aman?" tanya Ariel lagi.
"Aman, Mas."
"Kamu kalau kesepian, bisa datang ke rumah. Luna pasti seneng," tutur Ariel.
"Iya, Mas."
"Di resto gimana? Enggak ada yang ganggu, kan?"
"Enggak ada, Mas. Semuanya pada baik, saya jadi betah kerja di sana."
"Enggak usah formal gitu, kita bukan lagi di resto. Pakai aku kamu aja, jadi risih dengernya pakai kata saya," tegur Ariel yang dari tadi merasa gak enak sendiri dengernya.
"Maaf, Mas."
"Ngapain minta maaf," ucap Ariel yang menoleh sekilas ke arah Laras, lalu fokus lagi ke depan.
Laras pun memilih diam karena serba salah.
"Sudah makan tadi?" tanya Ariel, biasanya karyawan akan makan malam dulu sebelum pulang. Karena biasanya sisa banyak, dan itu bisa dim makan oleh mereka sampai puas tapi tidak boleh sampai dibawa pulang.
"Belum, Mas."
"Kenapa gak makan?"
"Tadi siang sudah makan, Mas."
"Loh malemnya?"
"Aku kalau malam milih minum jus buah, Mas. Atau jus sayur. Paginya juga, jadi makannya siang aja, itu pun makannya cuma telur kukus sama sayuran dan daging yang di bakar."
"Wah, kayak istriku aja."
"Aku emang lagi niru Luna, Mas. Soalnya aku pengen cantik dan punya bentuk tubuh yang bagus kayak Luna."
"Oh, pantas kamu beda sama yang dulu baru datang. Kamu juga lagi praktekin ilmu yang di pakai Luna."
"Hehe iya, Mas."
"Ya bagus deh, biar kamu nanti dapat cowok yang tampan dan mapan juga. Biasanya cowok mapan dan tampan itu suka lihat fisik dulu, baru rasa nyaman, dan setelah itu baru rasa cinta. Semoga sukses ya."
"Iya, Mas."
Tak terasa mereka sudah sampai di depan kontrakan Laras.
"Enggak mau mampir, Mas." ucap Laras basa-basi.
"Enggak, aku harus pulang. Kasihan Luna jika dia nunggu aku terlalu lama. Kamu langsung istirahat aja," balas Ariel.
"Iya, Mas." Dan setelah itu, Laras pun turun dari mobil.
Setelah memastikan Laras turun dan menutup pintu mobil kembali. Ariel pun langsung pergi dari sana, karena ia sudah merindukan istrinya itu. Sedangkan Laras, ia memegang jantungnya yang berdetak cepat. "Ya Tuhan, apakah aku mencintai suami sahabatku? Kenapa aku merasa gugup, dan jantungku berdebar kencang, bahkan aku merasa grogi rasanya saat berada di dekatnya?" gumam Laras dalam hati. Setelah mobil Ariel tak terlihat, barulah Laras masuk ke dalam rumahnya. Ia segera mandi, memakai lulur, buat jus dan melakukan perawatan wajah. Tak lupa juga Laras minum suplement pemutih kulit sebelum tidur.
Laras benar-benar rutin melakukaknnya, bahkan jika pun ia merasa malas, ia tetap berusaha untuk bangun dan melakukan yang sudah menjadi kegiatan rutin sebelum tidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 250 Episodes
Comments