Laras tak menyangka jika Luna akan mengusirnya dari rumah ini, secara blak-blakan, padahal dirinya baru datang kemarin dan hari ini, ia akan langsung di usir begitu saja, ia tak akan menerima hal itu. Luna yang meminta dirinya datang, dan ia tak akan mau untuk pulang kampung, sebelum dirinya sukses. Ia harus menagih janji Luna yang akan mencarikan dirinya pekerjaan dan memberikan ia tempat tinggal yang layak.
"Kenapa kamu mengusir aku, Lun? Apa karena hari ini aku bangun kesiangan? Aku minta maaf, aku janji hal ini gak akan terulang lagi di masa depan," ucap Laras dengan memasang mimik wajah sendunya. Ia tau, Luna itu termasuk orang yang gak tegaan. Jadi, ia bisa memanfaatkan hal itu demi kebaikannya. Demi masa depannya menuju masa depan yang cemerlang.
"Aku gak akan mengusir kamu karena kamu bangun kesiangan, Ras. Aku menyuruh kamu pergi, bukan berarti aku meminta kamu pulang ke kampung," tutur Luna menjelaskan dan meluruskan kesalahfahaman ini.
"Tadi malam Mas Ariel memintaku untuk memberikan kamu uang, agar kamu bisa mengontrak."
"Apakah suamimu, tidak menyukai keberadaanku?" tanya Laras kecewa.
"Dia bukannya tidak menyukai kamu, jika dia memang tidak menyukai kamu. Tidak mungkin Mas Ariel memberikan aku izin saat aku mengatakan ingin menolong sahabat aku. Mas Ariel juga tidak mungkin membiarkan kamu menginap di rumah ini dan memberikan kamu pekrejaan."
"Lalu kenapa? Kenapa suamimu ingin aku pergi dari rumah ini?" Laras menatap ke arah Luna yang terlihat santai, seakan tak terjadi apa-apa, berbeda dengan Laras yang merasa ketakutan jika harus pergi dari rumah ini, apalagi ia merasa nyaman tinggal di rumah mewah ini.
"Suamiku hanya kurang suka jika ada orang lain tinggal di rumah ini terlalu lama, jangankan kamu yang merupakan sahabat aku. Bahkan jika ada saudara jauhnya yang tinggal di rumah ini lebih dari tiga hari, maka Mas Ariel akan mencarikan dia hotel untuk tinggal di sana," sahut Luna menjelaskan.
"Tapi aku di sini baru satu hari, dan dua harinya sekarang," ujar Laras menatap Luna yang masih terlihat santai.
"Ya untuk itu, aku mencarikan kamu tempat tinggal. Tak jauh dari rumah ini, ada tempat kosong. Aku tadi sudah chat orangnya, dan sudah membayar lunas selama satu tahun ke depan. Kamu bisa tinggal di sana. Tak jauh kok, sekitar seratus meter dari rumah ini. Untuk hari ini, kamu bisa tinggal di sini dulu sambil nanti kamu bisa lihat-lihat di rumah itu. Nanti aku akan meminta Bibi Neni dan Bibi Imah yang menemani kamu ke sana. Sekalian bantu kamu bersih-bersih rumah itu juga."
Tadi sehabis sarapan, sebelum nonton tivi. Luna emang menyempatkan diri untuk mencari nomer pemilik rumah yang akan di jual tak jauh dari rumahnya itu. Tidak terlalu sulit, dengan adanya sosial media, sangat mudah buat Luna untuk mencari pemilik rumah itu. Karena pemilik rumah itu menjual secara online di grup jual beli. Dan Luna tinggal mengetik saja di kolom pencarian maka data dia akan segera Luna temukan. Lengkap dengan foto-foto rumahnya, dan bagaimana isi di dalamnya. Di sanaa juga tertera nomer pemilik rumah itu dan berapa harga sewanya.
Luna segera menghubunginya via WA, Luna juga bahkan tak menawar harga sewanya seperti orang-orang, yang ia lihat di kolom komentar. Luna langsung mengatakan jika dia tertarik dan ingin menyewanya. Setelah Luna dan pemillik rumah itu sepakat, Luna langsung mentransfer sejumlah uang. Lalu mengirimkan buktinya via WA. Pemilik rumah itu pun juga sudah mengecek mobile bangkingnya dan memang ada uang masuk sesuai kesepatakan mereka.
Dan masalah nota, nanti akan dia berikan kepada Bibi Imah. Karena nanti Bibi Imah dan Bibi Neni yang akan mengantarkan Laras ke rumah itu sekaligus membersihkan rumah yang akan menjadi tempat tinggal Laras selama setahun ke depan.
"Bahkan kamu sudah menyiapkan semuanya, Lun. Kamu benar-benar ingin aku keluar dari rumah ini?" tanya Laras tak percaya, walaupun Luna sudah menyiapkan tempat tinggal untuknya, tetapi tetap saja, Laras sudah merasa nyaman berada di rumah ini.
"Ini demi kebaikan kita semua, Ras. Aku ingin kamu belajar mandiri, bagaimanapun kamu sudah dewasa. Kamu harus belajar mengatur hidup kamu sendiri, bangun pagi, menyiapkan sarapan pagi dan berangkat kerja. Mencuci baju sendiri dan lain sebagainya."
"Tapi Lun .... "
"Jika kamu libur kerja, kamu bisa ke rumah ini untuk menemui aku. Lagian jarak rumah kamu ke sini, itu sangat dekat, bahkan dengan jalan kaki pun juga sampai," sahut Luna memotong ucapan Laras.
"Baiklah, suami kamu dimana, kapan dia akan membawa aku ke tempat kerjaku?" tanya Laras yang belum tau kalau Ariel sudah pergi ke luar kota selama tiga hari ke depan.
"Mas Ariel sudah pergi tadi pagi," jawab Luna.
"Pergi?"
"Iya."
"Kemana, kenapa aku gak tau?"
"Kenapa kamu harus tau? Apakah setiap suamiku pergi, harus laporan?" tanya Luna membuat Laras gelagapan.
"Bukan gitu, aku hanya ingin bicara dengannya. Tapi dari kemaren, aku seperti kesulitan untuk bicara dengan suamimu. Padahal aku hanya ingin menyapanya aja dan mengucapkan terima kasih karena sudah mau menampung aku walaupun sebentar di rumah ini dan memberikan aku pekerjaan."
"Kamu bisa mengucapkan terima kasih ke aku, Laras. Dan nanti aku yang akan menyampaikannya. Lagian, Mas Ariel bukan orang pengangguran, yang hidupnya santai dan hanya duduk diam di rumah. Dia seorang pebisnis, tentu waktunya hanya sedikit di rumah," ujar Luna mulai tegas. Bibi Imah dan Bibi Neni yang sengaja mengintip pembicaraan mereka pun merasa bangga dengan Luna, yang mulai bisa tegas dan tak lagi terlalu lembut pada orang lain
"Maaf, Lun. Baiklah, aku kapan boleh melihat rumahnya?" tanya Laras mengalihkan pembicaraan karena melihat wajah Luna yang mulai tampak kesal dan emosi.
"Sekarang juga gak papa, sekalian nanti kamu bisa membawa koper kamu."
"Loh, kenapa?"
"Kamu kan harus pindah, jadi lebih baik bawa semua perlengkapan kamu dan menatanya di sana. Nanti kamu bisa kembali lagi, jika ingin menginap di sini, tapi waktunya hanya sampai besok. Karena lusa, Mas Ariel sudah pulang dan dia tak ingin kamu masih ada di rumah ini."
"Baiklah aku faham, masalah pekerjaan?"
"Aku bisa bekerja mulai besok. Untuk itu, jangan bangun kesiangan lagi. Karena jika itu terjadi, aku gak akan memberikan kamu kesempatan lagi. Aku akan membiarkan kamu mencari pekerjaan lain di luar sana."
"Aku janji, besok aku akan bangun pagi-pagi sekali dan gak akan kesiangan lagi. Tapi aku belum tau restorannya dimana?" tanya Laras.
"Aku akan memesan taxi online untukmu, dan nanti sopir itu yang akan mengantarkan kamu langsung ke sana. Di resto itu juga ada orang kepercayaan suamiku, dia yang akan mengatur kamu di sana dan mengajari kamu," jawab Luna dan Laras pun hanya mengangguk mengiyakan.
Mereka pun mengobrol santai, dan Luna hanya menanggapinya biasa aja. Dulu saat Laras masih di kampung, Luna sangat antusias sekali chatan dan telfonan dengan Laras. Tapi saat Laras sudah hadir di depannya, entah kenapa, Luna pun merasakan hal yang berbeda. Apakah ini pengaruh Bibi Imah dan Bibi Neni yang selalu saja menakut-nakuti dirinya dan mengatakan kepadanya untuk terus hati-hati dan waspada. Karena bisa jadi orang terdekat kitalah yang akan menjadi penghancur kebahagiaan kita.
Mengingat hal itu, membuat Luna juga ketakutan. Bagaimanapun ia tak ingin kebahagiaannya hancur karena orang lain. Untuk mendapatkan kebahagiaanya itu tidaklah, mudah. Butuh perjuangan dan pengorbanan. Untuk bisa sampai di titik ini, Luna pun juga harus melewati banyak rintangan. Jadi ia gak akan membiarkan siapapun menyakiti keluarganya apalagi menghancurkannya.
Namun walaupun begitu, Luna tetap akan membantu Laras sebisanya dan semampunya, seperti yang sudah ia janjikan pada Laras.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 250 Episodes
Comments