Kekhawatiran Bibi Imah dan Bibi Neni

Laras benar-benar merasa iri dengan kehidupan Luna yang bak seperti seorang ratu. Dia bahkan bukan hanya punya istana yang megah, tapi juga punya asisten yang bisa melayani dirinya. Bahkan Laras sangat yakin, jika Luna bisa membeli apapun yang dia mau, tanpa memikirkan berapa harganya. Karena suami Luna, pasti akan memberikan jatah berlanja yang berlebih.

"Ayo minum dulu. Mumpung masih dingin," tutur Luna yang melihat Laras yang sedari tadi hanya diam saja.

"I ... iya. Makasih ya, Lun." Laras yang memang merasa haus pun langsung mengambil gelas yang berisi jus itu, dan langsung meminumnya dengan sedotan yang emang sudah di sediakan.

"Oh ya gimana perjalannya tadi?" ulang Luna, karena pertanyaannya ini, belum sempat di jawab oleh sahabatnya.

"Alhamdulillah lancar."

"Gak bingung, kan?"

"Enggak, Kok."

"Syukurlah. Semoga kamu betah ya di kota ini."

"Semoga aja, aamiiin."

"Kabar Bapak sama Ibu gimana?" tanya Luna karena memang ia kenal dengan orang tua Laras.

"Alhamdulillah baik, mereka sering nanya kamu. Sejak kamu nikah, kamu bahkan cuma pulang sekali, kadang dua kali ke kampung. Bukan hanya orang tua aku aja yang kangen, orang tua kamu pun juga kangen sama kamu. Kamu kenapa sih, jarang pulang, gak kayak dulu saat belum menikah?" tanya Laras penasaran. Ia mengambil kue kering dan memakannya. Sedangkan Luna, ia hanya cukup dengan jus alpukatnya saja, karena ia gak bisa nyemil sembarangan.

Mendengar pertanyaan Laras, Luna hanya tersenyum. Dengan santai, ia pun menjawab pertanyaan Laras. "Dulu aku sering pulang karena aku belum menikah. Sekarang kan aku sudah menikah, jadi aku bisa gak sebebas dulu."

"Apakah suamimu melarang kamu pulang?"

"Enggak. Hanya saja, suamiku gak mengizinkan aku pulang sendirian, mungkin karena Mas Ariel takut aku kenapa-napa di jalan."

"Tapi kan kalau  nunggu suamimu, kapan? Suamimu kan sibuk terus, Lun? Kasihan loh orang tua kamu, selalu berharap kamu pulang."

"Aku faham, aku sudah memberikan pengertian ke Ayah dan Ibuku. Lagian aku sering menelfon mereka, bahkan vidio call juga. InsyaAllah mereka mengerti posisi aku."

Mendengar hal itu, Laras hanya mengangguk-anggukkan kepala.

"Oh ya, apakah kamu sudah menemukan pekerjaan buat aku, Lun. Kamu sudah berjanji kalau aku ke sini, kamu akan carikan aku pekerjaan."

"Kamu tenang aja, aku sudah bilang ke suamiku. Dan katanya di restoranya ada lowongan pekerjaan, jadi kamu bisa kerja di resto Mas Ariel," sahut Luna membuat Laras tersenyum cerah.

"Makasih ya, Lun. Aku minta maaf kalau sering merepotkan kamu. Andai di kota Jember, cari pekerjaan tak sulit. Aku pasti milih kerja di sana biar bisa terus kumpul sama orang tua aku dan bisa menjaga mereka. Sayangnya, cari kerja di sana susah, terlebih aku hanya lulusan SMA."

"Santai aja, kita kan harus saling membantu satu sama lain. Jika kamu kesulitan, dan aku bisa membantu kamu, maka akan aku lakukan. Aku gak akan diam saja, melihat kamu dalam kesusahan."

"Kamu emang sahabat terbaikku, Lun." Laras menghampiri Luna dan memeluknya. Luna pun membalas pelukan Laras, ya beginilah mereka. Harus saling ada di saat yang lain membutuhkan.

Setelah melepaskan pelukan mereka, Laras pun menatap wajah Luna.

"Kenapa?" tanya Luna heran.

"Aku bingung, Lun."

"Bingung kenapa?"

"Aku ke sini kan, karena kamu yang minta aku, Lun."

"Iya, terus?"

"Aku bingung mau tinggal di mana, sedangkan pekerjaan aja belum ada. Uangn pun aku tak punya. Aku hanya di bekali uang yang hanya cukup untuk bayar kereta." Mendengar hal itu membuat Luna tersenyum.

"Kamu jangan pusing mikirin hal itu. Kamu bisa menginap di sini untuk sementara waktu,  nanti jika kamu sudah kerja, sudah gajian, baru kamu bisa pindah dan cari kosan sendiri."

"Tapi aku takut, Lun."

"Taku kenapa?"

"Gimana dengan suamimu, apa dia ngizinin?"

"Nanti masalah suamiku, biar aku yang urus. Aku yakin dia pasti ngizinin kok. Nanti kamu bisa tidur di ruang tamu."

"Baiklah, sekali lagi, makasih ya. Tanpa kamu, aku gak tau harus gimana."

"Santai ajalah. Selama kamu gak mengkhianati aku, gak menyalah gunakan kepercayaan aku dan tulus bersahabat denganku. Maka aku akan selalu bantu kamu. Kamu baik, aku akan jauh lebih baik. Tapi begitupun sebaliknya. Jika sekali aja, kamu jahat sama aku, maka aku akan balas berkali-kali lipat. Kamu ngerti kan, Ras?" tanya Luna santai tapi tegas. Walaupun ia bicara sambil tersenyum, tapi setiap kata yang ia katakan, ada tekanan.

"Aku mengerti. Aku gak mungkin mengkhianati kamu, apalagi memanfaatkan persahabatan kita. Aku menyayangi kamu seperti saudara aku, jadi aku gak mungkin nusuk kamu dari belakang, Lun."

"Aku percaya, kok."

Mereka pun mengobrol hingga sejam kemudian, Bibi Imah muncul dan mengatakan jika makanan sudah siap. Luna pun mengajak Laras ke ruang makan. Sepanjang jalan menuju ruang makan, Laras benar-benar di buat takjub dengan rumah milik Luna. Apalagi ketika melihat ruang makan yang begitu megah.

"Duduk, Ras. Kamu pasti lapar, kan. Kamu harus makan yang banyak ya, Bibi Imah masak khusus buat kamu." Luna memberikan piring kosong kepada Laras.

"Kamu gak ikut makan, Lun?" tanya Laras.

"Aku  masih kenyang, tadi siang aku sudah makan."

"Loh, jadi aku  makan sendirian?"

"Iya gak papa, kan? Aku benaran masih kenyang soalnya."

"Gak papa, Kok. Ini lauk pauknya banget, kayak lagi ada pesta."

"Haha kamu bisa aja, Laras. Sudah makan aja, aku tinggal bentar ya. Kamu nikmati aja makannya, jangan sungkan untuk nambah."

"Iya, siap. Makasih ya."

"Sama-sama."

Dan setelah itu, Luna pun pergi meninggalkan Laras yang tengah makan. Luna emang sengaja pergi agar Laras gak sungkan jika ingin menambah nasi dan lauk pauknya.

Laras pergi ke belakang di mana di sana ada Bibi Imah dan Bibi Neni.

"Sudah selesai rujaknya?" tanya Luna yang gabung duduk sama mereka.

"Sudah dari tadi, Non," jawab Bibi Neni.

"Oh ya, Bibi Neni. Aku minta tolong ya, Bibi bersihkan kamar tamu."

"Emang siapa yang mau nginap, Non?" tanya Bibi Neni.

"Laras, sahabat aku. Mulai hari ini, dia akan tinggal sama kita. Nanti kalau dia sudah kerja dan sudah gajian, baru dia akan cari kosan sendiri."

"Tapi Non, apa gak bahaya nantinya. Bahkan suami aja, di larang tinggal satu atap dengan ipar. Apalagi ini cuma sahabat,"  tutur Bibi Imah.

"Aku faham, Bi. InsyaAllah dia gak akan banyak tingkah kok. Aku sudah kenal dia lama, jadi aku yakin dia gak mungkin nusuk aku dari belakang. Lagian Laras di sini juga gak lama, hanya sampai dia punya uang buat cari kosan."

"Tapi Non, Bibi tetap khawatir," ujar Bibi Neni. Bibi Imah pun menganggukkan kepala, menyetujui ucapan Bibi Neni. Ia juga khawatir jika sampai ada orang masuk ke dalam rumah tangga majikannya itu.

"Gini aja, jika memang Bibi khawatir sama aku. Bibi bisa bantu aku mengawasinya, walaupun aku yakin, dia gak mungkin melakukan hal yang menyakiti aku," papar Luna yang masih sangat yakin bahwa sahabatnya itu adalah orang baik dan tak akan membuat dirinya terluka.

"Baiklah, Bibi akan bantu Non mengawasinya. Bagaimanapun Bibi sayang sama Non Luna. Dan Bibi benar-benar mengkhawatirkan keadaan Non Luna. Non itu terlalu baik orangnya, Bibi kadang sampai gemes sendiri, terlalu penurut juga," ucap Bibi Imas yang gemas dengan kebaikan dan kepolosan majikannya itu.

"Iya, Bibi juga gemes sama Non Luna. Baik boleh, tapi jangan sampai kebaikan Non itu di manfaatkan oleh orang lain. Bibi juga akan bantu Non mengawasinya, jika sampai ada yang menyakiti Non Luna, maka dia harus berhadapan dengan Bibi," cetus Bibi Neni.

Mendengar hal itu, membuat Luna terharu. Ia benar-benar gak menyangka, jika kedua asisten rumah tangganya itu sangat peduli padanya, bahkan sangking pedulinya, mereka selalu berfikir negatif dan selalu takut jika ada orang lain yang menyakitinya.

"Iya sudah Bibi Neni bersihkan dulu ya kamar tamu, kayaknya Laras juga sudah selesai makan. Dia juga pasti capek banget dan pengen istirahat," pintanya, meminta tolong sama Bibi Neni.

"Baik, Non." Dan setelah itu, Bibi Neni pun segera bangkit dari duduknya dan pergi ke ruang tamu. Untuk membersihkan ruangan itu yang bentar lagi akan di tempati oleh Laras, sahabat majikannya.

Terpopuler

Comments

mamayot

mamayot

sudah mampir dan like y thor, mamoir dan like novel ku dong judulnya
MY BODYGUARD PANJI

2022-12-01

0

lihat semua
Episodes
1 Story Ariel dan Luna
2 Burung Dalam Sangkar
3 Kedatangan Laras, Sahabat Luna
4 Kekhawatiran Bibi Imah dan Bibi Neni
5 Keinginan Laras
6 Kekaguman Yang Berlebihan
7 Kebaikan Luna
8 Sifat Asli Laras Yang Sangat Buruk
9 Ketegasan Luna Yang Patut Diacungi Jempol
10 Sindiran Untuk Laras
11 Kegalauan Luna
12 Hari Pertama Kerja
13 Karyawan Resto
14 Hadiah dari Luna
15 Kejutan dari Ariel
16 Suami Protektiv
17 Bermesraan Di Depan Laras
18 Rasa Iri Dengki
19 Ariel dan Laras
20 Kejujuran Ariel
21 Kedatangan Laras Ke Rumah Ariel
22 Menguji Cinta Ariel
23 Suasana Yang Kaku
24 Penyesalan Itu Mulai Ada
25 Jangan Memaksa Aku, Mas
26 Tuduhan Tanpa Bukti
27 Pertengkaran Sengit Di Pagi Hari
28 Dion Erlangga Mahabharata
29 Bersenang-senang Tanpa Suami
30 Bagaimana Akhir Dari Cerita Suamiku Dilamar Sahabatku?
31 Ariel Cemburu Terhadap Dion
32 Sikap Ramah Luna Yang Membuat Dion Semakin Terpukau
33 Kejutan Untuk Ariel
34 Firasat Luna Yang Tidak Enak
35 Fikiran Kacau Balau
36 Masih Tak Ada Kabar
37 Kertas Cek In Hotel
38 Mencari Bukti
39 Pandai Bersandiwara
40 Biarkan CCTV Yang Membuktikan
41 Ariel Kabur Dari Luna
42 Detik-Detik Sebelum Terungkap
43 Terbongkar
44 Detik-Detik Sebelum Dilabrak Oleh Luna
45 Perjanjian Pernikahan
46 Cara Luna Melupakan Masalahnya
47 Luna Nantang Si Ariel
48 Debat Di Atas Tempat Tidur
49 Sikap Dingin Luna Membuat Ariel Frustasi
50 Berusaha Mengambil Hati Luna Kembali
51 Menyadap Hp Ariel
52 Merayu Luna, Mencoba Meluluhkan Hatinya
53 Menangis Di Atas Sajadah
54 Bukti Kedua Yang Dimiliki Oleh Luna
55 Rencana Luna
56 Sifat Ariel Yang Makin Merajalela
57 Misi Luna
58 Tak Curiga
59 Kedatangan Laras ke Rumah Luna
60 Masalah CCTV
61 Jatuh Cinta Bikin Orang Jadi Bodoh
62 Melakukan Di Kamar Mandi
63 Sembunyi Di Bawah Tempat Tidur
64 Jangan Mau Jadi Pelakor
65 Suara Hati Ariel
66 Firasat Seorang Ibu
67 Kecurigaan Mereka Semua
68 Ingin Mengakhiri Hubungan. Benarkah?
69 Putus Atau Lanjut
70 Jadwal Pulang Kampung
71 Persiapan Pulang Kampung
72 Keberanian Ariel Membawa Laras Masuk Ke Dalam Istananya
73 Rumah Sultan Dion
74 Persiapan Ulang Tahun Luna
75 Ulang Tahun Luna
76 Kehancuran Laras dan Ariel
77 Hinaan Untuk Mereka Pelaku Zi na
78 Masuk Rumah Sakit
79 Keresahan Ariel dan Penyesalannya
80 Keadaan Laras
81 Kembali Ke Rumah Masing Masing
82 Kedatangan Mertua
83 Ariel Menemui Laras
84 Ariel Semakin Kejam
85 Ariel Ingin Menemui Luna
86 Pertengkaran Luna dan Ariel
87 Kehebohan Di Dunia Maya 1
88 Menjadi Cibiran Para Tetangga
89 Kekecewaan Orang Tua Ariel
90 Laras Mendatangi Rumah Luna
91 Laras Menghadapi Kemarahan Lintang dan Bunda Naira
92 Luna Vs Laras
93 Kemarahan Bapaknya Laras
94 Siksaan Untuk Laras
95 Tersiksa Lahir Batin
96 Jiwa Terguncang
97 Datang Sembunyi-Sembunyi
98 Luna Akan Balik Ke Jakarta
99 Ngambek
100 Kedatangan Dion Dari Luar Negeri
101 Otw Jakarta
102 Ariel Ikut Balik Ke Jakarta
103 Ariel Emosi Karena Luna Tak Kunjung Sampai
104 Ariel Yang Malang
105 Laras Yang Masih Berusaha Untuk Kabur Agar Bisa Menemui Ariel
106 Kebahagiaan Luna Vs Penderitaan Laras dan Ariel
107 Kondisi Ariel Yang Semakin Drob
108 Luna Balik Ke Jakarta
109 Luna OTW jenguk Ariel di RS
110 Noah Dibuat Bungkam Oleh Luna
111 Ariel Sadar
112 Luna Yang Tak Lagi Peduli
113 Ketegasan Luna Menghadapi Ariel
114 Meninggal Dunia
115 Kekecewaan Mereka Terhadap Luna
116 Penyesalan Emang Selalu Ada Di Belakang
117 Kemarahan Ariel Pada Semua Orang
118 Ariel Vs Laras
119 Bakti Istri sebelum Resmi Jadi Janda
120 Noah Memenuhi Ngidam Si Bumil
121 Noah Skakmat Luna
122 Masa Lalu Ariel dan Luna
123 Kandungan Luna
124 Pelarian Laras
125 Karma Mulai Berjalan
126 Kutukan Buat Laras
127 Kekesalan Noah Pada Luna
128 Dion, Luna dan Ariel
129 Pembicaraan Sesama Laki-laki
130 Back To Ariel
131 Ketakutan Luna
132 Ungkapan Hati Ardi, Papanya Ariel
133 Noah Bertemu Laras
134 Ardi Vs Luna
135 Pengobatan Ke Luar Negeri
136 Perkembangan Ariel
137 Detik-Detik Mau Lahiran
138 Kemarahan Ardi
139 Pilih Kasih
140 Melewati Masa Kritis
141 Kekecewaan Ariel
142 Keputusan Ariel
143 Surat Cerai
144 Diana Ariella Alfarizi
145 Kekecewaan Bibi Imah
146 Ariel Akan Segera Pergi Jauh
147 Kedatangan Orang Tua Luna
148 Kekecewaan Ayah Lukman
149 Kesadaran Lintang Akan Kesalahannya
150 Perdebatan Luna dengan sang Ayah
151 Q&A
152 Ketegasan Ayah Lukman Pada Dion
153 LDR
154 Menjadi Ibu Yang Baik Untuk Diana
155 Semakin Merasa Bersalah
156 Foto Bersama
157 Rutin Tiap Hari
158 Laras Melahirkan
159 Bintang
160 Dania Larasati
161 Lamaran
162 Semua Pasti Berlalu
163 Keadaan Ariel
164 Merindukannya
165 Sakit
166 Ceroboh
167 Ikatan Batin
168 Jaga Jarak
169 Berat Rasanya
170 Perhatian Luna Untuk Ariel
171 Pertengkaran Ariel dan Luna
172 Kekaguman Luna Terhadap Ariel
173 Survei
174 Waktu Yang Berharga
175 Kesakitan Itu Masih Ada
176 Diana Vs Dania
177 Bimbang Antara Diam atau Mencari
178 Dia Sudah Tiada
179 Menemui Jalan Buntu
180 Penyesalan Itu Pasti Ada
181 Dunia Itu Sempit
182 Mencari Fakta
183 Fakta Mengejutkan
184 Keputusan Dari Semua Pihak
185 Ariel dan Dania
186 Suka Duka Bersama
187 Akhir Yang Tidak Terduga
188 Lamaran Dadakan
189 Anak Jadi Korban Keegoisan Orang Tua
190 Ikatan Batin
191 Mesra Depan Mata
192 Mantan Mertua VS Mantan Menantu
193 Harapan Ariel
194 Keakraban itu Mulai Ada
195 Teman Baru
196 Hari Bahagia Itu Pasti Akan Tiba
197 Kehidupan Yang Berbeda
198 Kepergian Ariel Untuk Kedua Kalinya
199 Perubahaan Dalam Diri Luna
200 Gulung Tikar
201 Pertengkaran sengit
202 Ide Gila
203 Marah
204 Mengadu
205 Kematian Itu Datang
206 POV Luna
207 Kekecewaan Seorang Ibu
208 Bersimpuh di Kakinya
209 Teka Teki Luna, Dion, Ariel
210 Dion Vs Lintang
211 Gagal
212 Ini Pasti Mimpi
213 Luna Vs Lintang
214 Keadaan Yang Berbalik
215 Harus Dewasa Sebelum Waktunya
216 Jawaban Untuk Mereka
217 Pertengkaran Suami Istri
218 Sikap Yang Berbeda
219 Permintaan Luna
220 Ketegasan Dion
221 Penyesalan Luna
222 Rumah Sederhana Dion dan Luna
223 Pelangi Setelah Hujan
224 Antara Suami dan Anak
225 Kehidupan Ariel
226 Kabar Duka
227 Ariel Maulana Syarif
228 Ariel Balik ke Indonesia
229 Pertemuan Anak dan Ayah
230 20 Bab Menuju TAMAT
231 19 Bab Menuju Tamat
232 18 Bab Menuju Tamat
233 17 Bab Menuju Tamat
234 16 Bab Menuju Tamat
235 15 Bab Menuju Tamat
236 14 Bab Menuju Tamat
237 13 Bab Menuju Tamat
238 12 Bab Menuju Tamat
239 11 Bab Menuju Tamat
240 10 Bab Menuju Tamat
241 9 Bab Menuju Tamat
242 8 Bab Menuju Tamat
243 7 Bab Menuju Tamat
244 6 Bab Menuju Tamat
245 5 Bab Menuju Tamat
246 4 Bab Menuju Tamat
247 3 Bab Menuju Tamat
248 2 Bab Menuju Tamat
249 Tamat
250 Extra Part 1 Sudah Direvisi
Episodes

Updated 250 Episodes

1
Story Ariel dan Luna
2
Burung Dalam Sangkar
3
Kedatangan Laras, Sahabat Luna
4
Kekhawatiran Bibi Imah dan Bibi Neni
5
Keinginan Laras
6
Kekaguman Yang Berlebihan
7
Kebaikan Luna
8
Sifat Asli Laras Yang Sangat Buruk
9
Ketegasan Luna Yang Patut Diacungi Jempol
10
Sindiran Untuk Laras
11
Kegalauan Luna
12
Hari Pertama Kerja
13
Karyawan Resto
14
Hadiah dari Luna
15
Kejutan dari Ariel
16
Suami Protektiv
17
Bermesraan Di Depan Laras
18
Rasa Iri Dengki
19
Ariel dan Laras
20
Kejujuran Ariel
21
Kedatangan Laras Ke Rumah Ariel
22
Menguji Cinta Ariel
23
Suasana Yang Kaku
24
Penyesalan Itu Mulai Ada
25
Jangan Memaksa Aku, Mas
26
Tuduhan Tanpa Bukti
27
Pertengkaran Sengit Di Pagi Hari
28
Dion Erlangga Mahabharata
29
Bersenang-senang Tanpa Suami
30
Bagaimana Akhir Dari Cerita Suamiku Dilamar Sahabatku?
31
Ariel Cemburu Terhadap Dion
32
Sikap Ramah Luna Yang Membuat Dion Semakin Terpukau
33
Kejutan Untuk Ariel
34
Firasat Luna Yang Tidak Enak
35
Fikiran Kacau Balau
36
Masih Tak Ada Kabar
37
Kertas Cek In Hotel
38
Mencari Bukti
39
Pandai Bersandiwara
40
Biarkan CCTV Yang Membuktikan
41
Ariel Kabur Dari Luna
42
Detik-Detik Sebelum Terungkap
43
Terbongkar
44
Detik-Detik Sebelum Dilabrak Oleh Luna
45
Perjanjian Pernikahan
46
Cara Luna Melupakan Masalahnya
47
Luna Nantang Si Ariel
48
Debat Di Atas Tempat Tidur
49
Sikap Dingin Luna Membuat Ariel Frustasi
50
Berusaha Mengambil Hati Luna Kembali
51
Menyadap Hp Ariel
52
Merayu Luna, Mencoba Meluluhkan Hatinya
53
Menangis Di Atas Sajadah
54
Bukti Kedua Yang Dimiliki Oleh Luna
55
Rencana Luna
56
Sifat Ariel Yang Makin Merajalela
57
Misi Luna
58
Tak Curiga
59
Kedatangan Laras ke Rumah Luna
60
Masalah CCTV
61
Jatuh Cinta Bikin Orang Jadi Bodoh
62
Melakukan Di Kamar Mandi
63
Sembunyi Di Bawah Tempat Tidur
64
Jangan Mau Jadi Pelakor
65
Suara Hati Ariel
66
Firasat Seorang Ibu
67
Kecurigaan Mereka Semua
68
Ingin Mengakhiri Hubungan. Benarkah?
69
Putus Atau Lanjut
70
Jadwal Pulang Kampung
71
Persiapan Pulang Kampung
72
Keberanian Ariel Membawa Laras Masuk Ke Dalam Istananya
73
Rumah Sultan Dion
74
Persiapan Ulang Tahun Luna
75
Ulang Tahun Luna
76
Kehancuran Laras dan Ariel
77
Hinaan Untuk Mereka Pelaku Zi na
78
Masuk Rumah Sakit
79
Keresahan Ariel dan Penyesalannya
80
Keadaan Laras
81
Kembali Ke Rumah Masing Masing
82
Kedatangan Mertua
83
Ariel Menemui Laras
84
Ariel Semakin Kejam
85
Ariel Ingin Menemui Luna
86
Pertengkaran Luna dan Ariel
87
Kehebohan Di Dunia Maya 1
88
Menjadi Cibiran Para Tetangga
89
Kekecewaan Orang Tua Ariel
90
Laras Mendatangi Rumah Luna
91
Laras Menghadapi Kemarahan Lintang dan Bunda Naira
92
Luna Vs Laras
93
Kemarahan Bapaknya Laras
94
Siksaan Untuk Laras
95
Tersiksa Lahir Batin
96
Jiwa Terguncang
97
Datang Sembunyi-Sembunyi
98
Luna Akan Balik Ke Jakarta
99
Ngambek
100
Kedatangan Dion Dari Luar Negeri
101
Otw Jakarta
102
Ariel Ikut Balik Ke Jakarta
103
Ariel Emosi Karena Luna Tak Kunjung Sampai
104
Ariel Yang Malang
105
Laras Yang Masih Berusaha Untuk Kabur Agar Bisa Menemui Ariel
106
Kebahagiaan Luna Vs Penderitaan Laras dan Ariel
107
Kondisi Ariel Yang Semakin Drob
108
Luna Balik Ke Jakarta
109
Luna OTW jenguk Ariel di RS
110
Noah Dibuat Bungkam Oleh Luna
111
Ariel Sadar
112
Luna Yang Tak Lagi Peduli
113
Ketegasan Luna Menghadapi Ariel
114
Meninggal Dunia
115
Kekecewaan Mereka Terhadap Luna
116
Penyesalan Emang Selalu Ada Di Belakang
117
Kemarahan Ariel Pada Semua Orang
118
Ariel Vs Laras
119
Bakti Istri sebelum Resmi Jadi Janda
120
Noah Memenuhi Ngidam Si Bumil
121
Noah Skakmat Luna
122
Masa Lalu Ariel dan Luna
123
Kandungan Luna
124
Pelarian Laras
125
Karma Mulai Berjalan
126
Kutukan Buat Laras
127
Kekesalan Noah Pada Luna
128
Dion, Luna dan Ariel
129
Pembicaraan Sesama Laki-laki
130
Back To Ariel
131
Ketakutan Luna
132
Ungkapan Hati Ardi, Papanya Ariel
133
Noah Bertemu Laras
134
Ardi Vs Luna
135
Pengobatan Ke Luar Negeri
136
Perkembangan Ariel
137
Detik-Detik Mau Lahiran
138
Kemarahan Ardi
139
Pilih Kasih
140
Melewati Masa Kritis
141
Kekecewaan Ariel
142
Keputusan Ariel
143
Surat Cerai
144
Diana Ariella Alfarizi
145
Kekecewaan Bibi Imah
146
Ariel Akan Segera Pergi Jauh
147
Kedatangan Orang Tua Luna
148
Kekecewaan Ayah Lukman
149
Kesadaran Lintang Akan Kesalahannya
150
Perdebatan Luna dengan sang Ayah
151
Q&A
152
Ketegasan Ayah Lukman Pada Dion
153
LDR
154
Menjadi Ibu Yang Baik Untuk Diana
155
Semakin Merasa Bersalah
156
Foto Bersama
157
Rutin Tiap Hari
158
Laras Melahirkan
159
Bintang
160
Dania Larasati
161
Lamaran
162
Semua Pasti Berlalu
163
Keadaan Ariel
164
Merindukannya
165
Sakit
166
Ceroboh
167
Ikatan Batin
168
Jaga Jarak
169
Berat Rasanya
170
Perhatian Luna Untuk Ariel
171
Pertengkaran Ariel dan Luna
172
Kekaguman Luna Terhadap Ariel
173
Survei
174
Waktu Yang Berharga
175
Kesakitan Itu Masih Ada
176
Diana Vs Dania
177
Bimbang Antara Diam atau Mencari
178
Dia Sudah Tiada
179
Menemui Jalan Buntu
180
Penyesalan Itu Pasti Ada
181
Dunia Itu Sempit
182
Mencari Fakta
183
Fakta Mengejutkan
184
Keputusan Dari Semua Pihak
185
Ariel dan Dania
186
Suka Duka Bersama
187
Akhir Yang Tidak Terduga
188
Lamaran Dadakan
189
Anak Jadi Korban Keegoisan Orang Tua
190
Ikatan Batin
191
Mesra Depan Mata
192
Mantan Mertua VS Mantan Menantu
193
Harapan Ariel
194
Keakraban itu Mulai Ada
195
Teman Baru
196
Hari Bahagia Itu Pasti Akan Tiba
197
Kehidupan Yang Berbeda
198
Kepergian Ariel Untuk Kedua Kalinya
199
Perubahaan Dalam Diri Luna
200
Gulung Tikar
201
Pertengkaran sengit
202
Ide Gila
203
Marah
204
Mengadu
205
Kematian Itu Datang
206
POV Luna
207
Kekecewaan Seorang Ibu
208
Bersimpuh di Kakinya
209
Teka Teki Luna, Dion, Ariel
210
Dion Vs Lintang
211
Gagal
212
Ini Pasti Mimpi
213
Luna Vs Lintang
214
Keadaan Yang Berbalik
215
Harus Dewasa Sebelum Waktunya
216
Jawaban Untuk Mereka
217
Pertengkaran Suami Istri
218
Sikap Yang Berbeda
219
Permintaan Luna
220
Ketegasan Dion
221
Penyesalan Luna
222
Rumah Sederhana Dion dan Luna
223
Pelangi Setelah Hujan
224
Antara Suami dan Anak
225
Kehidupan Ariel
226
Kabar Duka
227
Ariel Maulana Syarif
228
Ariel Balik ke Indonesia
229
Pertemuan Anak dan Ayah
230
20 Bab Menuju TAMAT
231
19 Bab Menuju Tamat
232
18 Bab Menuju Tamat
233
17 Bab Menuju Tamat
234
16 Bab Menuju Tamat
235
15 Bab Menuju Tamat
236
14 Bab Menuju Tamat
237
13 Bab Menuju Tamat
238
12 Bab Menuju Tamat
239
11 Bab Menuju Tamat
240
10 Bab Menuju Tamat
241
9 Bab Menuju Tamat
242
8 Bab Menuju Tamat
243
7 Bab Menuju Tamat
244
6 Bab Menuju Tamat
245
5 Bab Menuju Tamat
246
4 Bab Menuju Tamat
247
3 Bab Menuju Tamat
248
2 Bab Menuju Tamat
249
Tamat
250
Extra Part 1 Sudah Direvisi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!