Laras benar-benar merasa iri dengan kehidupan Luna yang bak seperti seorang ratu. Dia bahkan bukan hanya punya istana yang megah, tapi juga punya asisten yang bisa melayani dirinya. Bahkan Laras sangat yakin, jika Luna bisa membeli apapun yang dia mau, tanpa memikirkan berapa harganya. Karena suami Luna, pasti akan memberikan jatah berlanja yang berlebih.
"Ayo minum dulu. Mumpung masih dingin," tutur Luna yang melihat Laras yang sedari tadi hanya diam saja.
"I ... iya. Makasih ya, Lun." Laras yang memang merasa haus pun langsung mengambil gelas yang berisi jus itu, dan langsung meminumnya dengan sedotan yang emang sudah di sediakan.
"Oh ya gimana perjalannya tadi?" ulang Luna, karena pertanyaannya ini, belum sempat di jawab oleh sahabatnya.
"Alhamdulillah lancar."
"Gak bingung, kan?"
"Enggak, Kok."
"Syukurlah. Semoga kamu betah ya di kota ini."
"Semoga aja, aamiiin."
"Kabar Bapak sama Ibu gimana?" tanya Luna karena memang ia kenal dengan orang tua Laras.
"Alhamdulillah baik, mereka sering nanya kamu. Sejak kamu nikah, kamu bahkan cuma pulang sekali, kadang dua kali ke kampung. Bukan hanya orang tua aku aja yang kangen, orang tua kamu pun juga kangen sama kamu. Kamu kenapa sih, jarang pulang, gak kayak dulu saat belum menikah?" tanya Laras penasaran. Ia mengambil kue kering dan memakannya. Sedangkan Luna, ia hanya cukup dengan jus alpukatnya saja, karena ia gak bisa nyemil sembarangan.
Mendengar pertanyaan Laras, Luna hanya tersenyum. Dengan santai, ia pun menjawab pertanyaan Laras. "Dulu aku sering pulang karena aku belum menikah. Sekarang kan aku sudah menikah, jadi aku bisa gak sebebas dulu."
"Apakah suamimu melarang kamu pulang?"
"Enggak. Hanya saja, suamiku gak mengizinkan aku pulang sendirian, mungkin karena Mas Ariel takut aku kenapa-napa di jalan."
"Tapi kan kalau nunggu suamimu, kapan? Suamimu kan sibuk terus, Lun? Kasihan loh orang tua kamu, selalu berharap kamu pulang."
"Aku faham, aku sudah memberikan pengertian ke Ayah dan Ibuku. Lagian aku sering menelfon mereka, bahkan vidio call juga. InsyaAllah mereka mengerti posisi aku."
Mendengar hal itu, Laras hanya mengangguk-anggukkan kepala.
"Oh ya, apakah kamu sudah menemukan pekerjaan buat aku, Lun. Kamu sudah berjanji kalau aku ke sini, kamu akan carikan aku pekerjaan."
"Kamu tenang aja, aku sudah bilang ke suamiku. Dan katanya di restoranya ada lowongan pekerjaan, jadi kamu bisa kerja di resto Mas Ariel," sahut Luna membuat Laras tersenyum cerah.
"Makasih ya, Lun. Aku minta maaf kalau sering merepotkan kamu. Andai di kota Jember, cari pekerjaan tak sulit. Aku pasti milih kerja di sana biar bisa terus kumpul sama orang tua aku dan bisa menjaga mereka. Sayangnya, cari kerja di sana susah, terlebih aku hanya lulusan SMA."
"Santai aja, kita kan harus saling membantu satu sama lain. Jika kamu kesulitan, dan aku bisa membantu kamu, maka akan aku lakukan. Aku gak akan diam saja, melihat kamu dalam kesusahan."
"Kamu emang sahabat terbaikku, Lun." Laras menghampiri Luna dan memeluknya. Luna pun membalas pelukan Laras, ya beginilah mereka. Harus saling ada di saat yang lain membutuhkan.
Setelah melepaskan pelukan mereka, Laras pun menatap wajah Luna.
"Kenapa?" tanya Luna heran.
"Aku bingung, Lun."
"Bingung kenapa?"
"Aku ke sini kan, karena kamu yang minta aku, Lun."
"Iya, terus?"
"Aku bingung mau tinggal di mana, sedangkan pekerjaan aja belum ada. Uangn pun aku tak punya. Aku hanya di bekali uang yang hanya cukup untuk bayar kereta." Mendengar hal itu membuat Luna tersenyum.
"Kamu jangan pusing mikirin hal itu. Kamu bisa menginap di sini untuk sementara waktu, nanti jika kamu sudah kerja, sudah gajian, baru kamu bisa pindah dan cari kosan sendiri."
"Tapi aku takut, Lun."
"Taku kenapa?"
"Gimana dengan suamimu, apa dia ngizinin?"
"Nanti masalah suamiku, biar aku yang urus. Aku yakin dia pasti ngizinin kok. Nanti kamu bisa tidur di ruang tamu."
"Baiklah, sekali lagi, makasih ya. Tanpa kamu, aku gak tau harus gimana."
"Santai ajalah. Selama kamu gak mengkhianati aku, gak menyalah gunakan kepercayaan aku dan tulus bersahabat denganku. Maka aku akan selalu bantu kamu. Kamu baik, aku akan jauh lebih baik. Tapi begitupun sebaliknya. Jika sekali aja, kamu jahat sama aku, maka aku akan balas berkali-kali lipat. Kamu ngerti kan, Ras?" tanya Luna santai tapi tegas. Walaupun ia bicara sambil tersenyum, tapi setiap kata yang ia katakan, ada tekanan.
"Aku mengerti. Aku gak mungkin mengkhianati kamu, apalagi memanfaatkan persahabatan kita. Aku menyayangi kamu seperti saudara aku, jadi aku gak mungkin nusuk kamu dari belakang, Lun."
"Aku percaya, kok."
Mereka pun mengobrol hingga sejam kemudian, Bibi Imah muncul dan mengatakan jika makanan sudah siap. Luna pun mengajak Laras ke ruang makan. Sepanjang jalan menuju ruang makan, Laras benar-benar di buat takjub dengan rumah milik Luna. Apalagi ketika melihat ruang makan yang begitu megah.
"Duduk, Ras. Kamu pasti lapar, kan. Kamu harus makan yang banyak ya, Bibi Imah masak khusus buat kamu." Luna memberikan piring kosong kepada Laras.
"Kamu gak ikut makan, Lun?" tanya Laras.
"Aku masih kenyang, tadi siang aku sudah makan."
"Loh, jadi aku makan sendirian?"
"Iya gak papa, kan? Aku benaran masih kenyang soalnya."
"Gak papa, Kok. Ini lauk pauknya banget, kayak lagi ada pesta."
"Haha kamu bisa aja, Laras. Sudah makan aja, aku tinggal bentar ya. Kamu nikmati aja makannya, jangan sungkan untuk nambah."
"Iya, siap. Makasih ya."
"Sama-sama."
Dan setelah itu, Luna pun pergi meninggalkan Laras yang tengah makan. Luna emang sengaja pergi agar Laras gak sungkan jika ingin menambah nasi dan lauk pauknya.
Laras pergi ke belakang di mana di sana ada Bibi Imah dan Bibi Neni.
"Sudah selesai rujaknya?" tanya Luna yang gabung duduk sama mereka.
"Sudah dari tadi, Non," jawab Bibi Neni.
"Oh ya, Bibi Neni. Aku minta tolong ya, Bibi bersihkan kamar tamu."
"Emang siapa yang mau nginap, Non?" tanya Bibi Neni.
"Laras, sahabat aku. Mulai hari ini, dia akan tinggal sama kita. Nanti kalau dia sudah kerja dan sudah gajian, baru dia akan cari kosan sendiri."
"Tapi Non, apa gak bahaya nantinya. Bahkan suami aja, di larang tinggal satu atap dengan ipar. Apalagi ini cuma sahabat," tutur Bibi Imah.
"Aku faham, Bi. InsyaAllah dia gak akan banyak tingkah kok. Aku sudah kenal dia lama, jadi aku yakin dia gak mungkin nusuk aku dari belakang. Lagian Laras di sini juga gak lama, hanya sampai dia punya uang buat cari kosan."
"Tapi Non, Bibi tetap khawatir," ujar Bibi Neni. Bibi Imah pun menganggukkan kepala, menyetujui ucapan Bibi Neni. Ia juga khawatir jika sampai ada orang masuk ke dalam rumah tangga majikannya itu.
"Gini aja, jika memang Bibi khawatir sama aku. Bibi bisa bantu aku mengawasinya, walaupun aku yakin, dia gak mungkin melakukan hal yang menyakiti aku," papar Luna yang masih sangat yakin bahwa sahabatnya itu adalah orang baik dan tak akan membuat dirinya terluka.
"Baiklah, Bibi akan bantu Non mengawasinya. Bagaimanapun Bibi sayang sama Non Luna. Dan Bibi benar-benar mengkhawatirkan keadaan Non Luna. Non itu terlalu baik orangnya, Bibi kadang sampai gemes sendiri, terlalu penurut juga," ucap Bibi Imas yang gemas dengan kebaikan dan kepolosan majikannya itu.
"Iya, Bibi juga gemes sama Non Luna. Baik boleh, tapi jangan sampai kebaikan Non itu di manfaatkan oleh orang lain. Bibi juga akan bantu Non mengawasinya, jika sampai ada yang menyakiti Non Luna, maka dia harus berhadapan dengan Bibi," cetus Bibi Neni.
Mendengar hal itu, membuat Luna terharu. Ia benar-benar gak menyangka, jika kedua asisten rumah tangganya itu sangat peduli padanya, bahkan sangking pedulinya, mereka selalu berfikir negatif dan selalu takut jika ada orang lain yang menyakitinya.
"Iya sudah Bibi Neni bersihkan dulu ya kamar tamu, kayaknya Laras juga sudah selesai makan. Dia juga pasti capek banget dan pengen istirahat," pintanya, meminta tolong sama Bibi Neni.
"Baik, Non." Dan setelah itu, Bibi Neni pun segera bangkit dari duduknya dan pergi ke ruang tamu. Untuk membersihkan ruangan itu yang bentar lagi akan di tempati oleh Laras, sahabat majikannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 250 Episodes
Comments
mamayot
sudah mampir dan like y thor, mamoir dan like novel ku dong judulnya
MY BODYGUARD PANJI
2022-12-01
0