Keesokan harinya, saat Luna mau membangunkan Laras, ternyata Laras sudah bangun setengah jam yang lalu, bahkan saat ini dia sudah mandi dan sudah memakai bajunya, bahkan ia juga memakai make up seadanya. Melihat tampilan Laras, Luna hanya geleng-geleng kepala. walaupun Laras cukup cantik, namun Laras tidak terlalu pandai pakai make up, terlebih bajunya hanya baju biasa aja.
Luna pun akhirnya pergi ke kamarnya dan mengambil celana dan baju yang belum pernah ia pakai. Di resto suaminya, memang tidak diperkenankan memakai baju yang pas body, ataupun memakai rok yang sampai di atas lutut, harus memakai celana panjang dan baju yang sedikit longgar, tak apa baju pendek yang penting harus longgar karena kata suaminya, ia menperkerjakan karyawan untuk melayani pelanggan dalam hal makanan, bukan dalam hal menarik perhatian pria dewasa.
Setelah mengambil baju dan celana, serta sepatu sandal atau wedges dan kaos kaki miliknya yang masih baru, tak lupa Luna juga mengambil parfum dan alat-alat make up yang semuanya serba baru, karena memang suaminya sering membelikan dirinya hal-hal sepele seperti itu agar dirinya tetap terlihat cantik dan fress. Dan dari pada gak di pakai, mending Luna berikan pada Laras, yang lebih membutuhkan dari pada dirinya.
"Laras, ini baju dan celana aku, masih baru kok. Belum aku pernah pakai sama sekali, ini juga ada kaos kaki dan wedges milikku. Semuanya serba baru termasuk alat make up ini. Kamu ganti dulu ya celana dan baju kamu," ujar Luna.
"Emang kenapa dengan baju aku?" tanya Laras sambil memperhatikan baju dan celana yang ia pakai.
"Enggak papa, aku hanya ingin memberikan kamu yang terbaik Laras. Kamu kan sahabat aku, aku ingin kamu tampil menarik dan di hargai oleh orang lain. Karena orang-orang biasanya akan menghargai kita itu dari sikap dan juga tampilan yang kita kenakan. Kamu ganti baju dulu ya," tutur Luna lembut agar tak membuat Laras patah hati.
"Baiklah." Laras mengambil baju dan celana yang Luna berikan. Lalu ia segera menggantinya di kamar mandi, karena dia juga malu jika harus ganti di depan Luna.
Setelah selesai ganti baju, barulah Luna menyuruh Laras untuk duduk di kursi. Setelahnya, Luna menyisir rambut Laras dan mengikatnya dengan rapi. Lalu, Luna juga memoles wajah Laras, serta mengajar Laras pakai make up yang benar agar terlihat menarik dan tak terlalu ketebalan, karena jika terlalu tebal juga gak bagus, ujung-ujungnya malah seperti ondel-ondel.
"Nah sudah cantik, ini kamu pakai body lotionnya, terus pakai kaos kaki dan widgesnya. Lagian ini masih baru, jadi gak papa di pakai dari sini. Tapi kalau sudah kotor, harus taruh di luar, karena kalau di pakai sampai dalam, kasihan bibi jika lantainya kotor."
Laras pun hanya bisa menuruti perintah Luna, ia memakai body lotion di tangan, kaki dan juga di lehernya. Setelahl itu, ia memakai kaos kaki dan juga widges atau sepatu sandal. Untung mereka punya ukuran kaki yang sama, jadi tidak terlalu kekecilan ataupun kebesaran.
Setelah selesai, Luna menyemprotkan parfum di beberapa bagian di baju yang di pakai oleh Laras. "Nah kalau gini, baru perfect. Harum, cantik, modis dan elegant," puji Luna sambil menatap Laras dari ujung atas sampai ujung bawah.
Laras pun juga merasa sempurna dengan tampilannya, sangat jauh berbeda dengan tampilannya yang tadi. Luna emang pintar dalam segala hal.
"Nah, ini parfum, alat make up dan sisirnya kamu taruh di tas kamu. Nanti misal siangnya, kamu ingin cuci muka, kamu bisa memoles wajah kamu seperti yang aku ajari barusan. Oh ya, ini uang lima ratus ribu buat pegangan kamu," ujar Luna sambil memberikan uang itu kepada Laras.
"Kenapa kamu baik banget sama aku, Lun?" tanya Laras tak enak hati.
"Kamu kan sahabat aku, jadi sudah seharusnya kan aku baik sama kamu, bantu kamu juga."
"Makasih ya, Lun. Aku janji, aku gak akan pernah melupakan kebaikan kamu selama ini buat aku."
"Santai aja kali, ayo cepat ke ruang makan. Ini sudah siang, kamu harus segera sarapan terus berangkat kerja," ujar Luna dan Laras pun menganggukkan kepala.
Mereka keluar dari kamar menuju ruang makan. Di sana, sudah terhijang berbagai macam makanan di atas meja.
"Makan yang banyak ya, ini hari pertama kamu kerja, jadi pasti butuh tenaga estra," ucap Luna saat Laras hanya mengambil nasi dan lauk pauk yang sedikit.
"Iya, Lun."
Setelah selesai makan, Laras sudah bersiap-siap. Luna langsung memesankan taxi online untuk Laras dan mengantarkan Laras sampai tujuan.
"Hati-hati ya, kalau sudah sampai, jangan lupa chat aku," ujar Luna saat Laras sudah masuk ke dalam mobil.
"Iya, Lun. Aku berangkat dulu ya. Doain semoga hari ini lancar."
"Aamiin. Hati-hati ya Pak, nyetirnya," ujar Luna ke pak sopir.
"Iya, Mbak."
Dan setelah itu, sang sopir pun mulai mengemudikan mobilnya menuju resto. Setelah mobil itu tak terlihat, barulah Luna masuk ke dalam.
"Bibi Imah dan Bibi Neni kalau belum makan, makan aja dulu, kerjanya ditinggal dulu, terusin nanti setelah selesai makan," ucap Luna melihat Bibi Imah masih sibuk cuci wajan dan yang lainnya sedangkan Bibi Neni masih sibuk mencuci baju pakai mesin cuci, sehingga bisa di tinggal.
"Iya, Non."
"Iya sudah, aku mau ganti baju dulu, mau siap-siap olah raga." Luna pergi ke kamarnya untuk ganti baju, hari ini ia harus olah raga karena kemarin sudah melewatkan harinya untuk olah raga. Ia tak ingin ada lemak yang tumbuh di tubuhnya yang menyebabkan penampilannya jadi jelek.
Sedangkan Laras, ia merasa gugup sepanjang jalan. Ia takut, takut kena bully, dan takut jika dia melakukan kesalahan di hari pertama kerja. Ia tak ingin dipecat, di hari pertama ia melakukan pekerjaannya. Untuk itu, ia benar-benar merasa takut dan juga gugup sekali, bahkan tangannya pun sampai mengeluarkan keringat
Untuk mengurangi rasa takut dan rasa gugupnya, Laras memakai headset dan memutar musik kesukaannya. Musik semangat yang anti galau.
Dia juga menscroll Facebook untuk melihat postingan teman-temannya itu. Hingga tak terasa setengah jam berlalu. Kini taxi itu berhenti tepat di depan resto.
"Mbak sudah sampai," ucap pak sopir memberitahu.
"Iya, Pak. Oh ya ini tadinya sudah dibayar kan?" tanyanya sopan.
"Sudah, Mbak."
"Iya sudah, terimakasih ya Pak."
"Sama-sama, Mbak."
Dan setelah itu, Laras pun turun dari tadi itu. Ia berjalan menuju resto yang cukup mewah yang berada tepat di pinggir jalan raya. Halaman parkirnya pun cukup luas, muat untuk menampung puluhan sepeda motor dan belasan mobil.
Laras membuka headsetnya dan mematikan lagunya, tak lupa Laras mengirim pesan ke Luna untuk memberitahu jika dirinya sudah sampai. Sayangnya, chatnya hanya centang satu
Laras pun menaruh Hpnya ke dalam tas, lalu berjalan masuk ke dalam.
"Ya Tuhan ... tolong hamba," gumamnya dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 250 Episodes
Comments