Kedatangan Laras, Sahabat Luna

Setelah selesai mandi, sholat dhuhur dan makan siang. Luna menghabiskan waktunya di kamar sambil memainkan hpnya, ia mendengarkan musik pakai headset sambil baca novel dari salah satu aplikasi yang ia suka. Banyak cerita yang bisa ia baca secara gratis dan ia cukup mengandalkan kuota saja.

Sebenarnya Luna juga ingin menjadi salah satu author di aplikasi itu, hanya saja Luna masih belum siap dan ia masih harus banyak belajar dengan membaca banyak karya orang lain. Mungkin nanti, jika dia sudah siap, baru ia akan terjun menjadi author, jadi bukan hanya jadi pembaca setia saja.

Jam setengah dua, Laras mendapatkan chat dari Laras.

[Lun, aku sudah ada di depan rumah kamu nih. Jangan lupa bawa uang ya, soalnya aku lagi bokek nih wkwkwkwk]

Membaca pesan itu, membuat Luna tersenyum geli. Ia pun segera mematikan lagunya dan menutup aplikasi cerita yang ia baca. Lalu ia keluar dari kamar sambil membawa uang seratus ribuan. Ia berjalan menuju depan rumah di mana kini Laras tengah menunggunya.

Karena halamannya yang cukup luas, ia masih harus berjalan menuju gerbang dan membuka gerbang sendiri, karena di sini belum ada pak satpam. Dulu sempat ada, hanya saja dia memilih resign karena sakit yang di deritanya. Dan sejak saat itu, Ariel belum mencari pengganti Pak Dar-satpam yang resign itu.

"Maaf ya lama," ujar Luna yang melihat Laras tengah menunggu dirinya di depan rumahnya.

"Gak papa, santai aja," Laras tersenyum ke arah Luna. Melihat tampilan Luna, membuat Laras tak percaya karena kini sahabatnya itu berubah seratus depalan puluh derajat. Luna emang cantik, dengan tinggi semampai dan tubuh ideal. Namun semakin ke sini, Luna semakin cantin kulit putihnya, apalagi Luna seperti sangat terawat sekali. Luna juga memakai pakaian bermerek, yang tentunya harganya tak sebanding dengan baju yang ia pakai.

"Ayo masuk, Ras," ajak Luna yang sudah membayar taxi itu.

"Eh, I ... iya," jawab Laras gugup.

"Kamu itu kenapa sih?" tanya Luna terkekeh melihat Laras yang gugup berhadapan dengannya.

"Aku grogi aja, lihat penampilanmu sekarang. Kamu makin cantik, Lun," sahut Luna jujur.

"Kamu bisa aja, Ras. Ayo masuk, kamu pasti capek kan setelah perjalanan jauh," ujar Luna sambil menggandeng tangan Laras. Ia merasa senang akhirnya bisa bertemu dengan sahabat lamanya itu, selama ini mereka hanya bisa berkomunikasi lewat Wa aja.

"Tadi gimana perjalanannya?" tanya Luna sambil membuka pintu rumah utama. Sedangkan Laras ia merasa takjub dengan rumah yang cukup luas dan mewah ini. Bahkan sejak ia berada di depan gerbang, ia sudah merasa rendah diri melihat gerbang hitam yang menjulang tinggi, belum lagi halaman rumah yang cukup luas. Di tambah ketika ia melihat rumah itu yang sangat luas, berbeda dengan rumahnya yang ada di kampung. Dan ia merasa lebih takjub lagi saat Luna membuka pintu rumahnya.

"Hei, kenapa kok bengong. Ayo masuk," ajak Luna. Ia tau mungkin Laras merasa kagum dengan rumah miliknya. Dulu juga ia merasakan hal yang sama, tapi lama-kelamaan ia pun mulai terbiasa.

"Iya. Rumah kamu besar banget Lun. Luas dan juga mewah," puji Laras sambil melangkahkan kakinya untuk masuk.

"Ini bukan rumah aku, tapi rumah Mas Ariel, Ras."

"Tapi kan kamu menikah dengannya, Lun. Yang artinya ini rumah kamu juga, kan?" tanya Laras.

"Hehe iya juga sih. Iya sudah kamu duduk dulu ya, aku mau ke belakang dulu," sahut Luna sambil berjalan ke belakang. Ia mencari Bibi Imah dan ternyata Bibi Imah tengah rujak'an jambu bersama Bibi Neni di tamah belakang.

"Bi Imah, boleh aku minta tolong?" tanya Luna setelah berada di dekat mereka.

"Iya, Non. Mau minta tolong apa?" tanya Bibi Imah sambil menyuapi jambu yang sudah di baluri bumbu rujak.

"Sahabat saya sudah datang, Bi. Saya minta tolong buatkan jus alpukat ya, Bi. Sama kue kering atau apalah yang bisa buat camilan. Sekalian Bibi masakin yang enak ya buat sahabat saya," pinta Luna sambil menatap kedua Bibi itu yang sangat menikmati rujak nya. Andai Ariel tak tergila-gila dengan tubuh idealnya, dan tak memberikan perintah ini dan itu. Tentu ia ingin bergabung dengan Bibi Imah dan Bibi Neni untuk rujak an. Apalagi siang-siang gini, sambil mengobrol, tentu jauh lebih nikmat.

"Siap, Non. Bibi buatkan dulu ya." Dan setelah itu Bibi Imah pun segera bangkit dari tempat duduknya, ia berjalan ke arah kran dan mencuci kedua tangannya dan mengelapnya dengan kain yang sudah di sediakan di samping kran. Lalu Bibi Imah berjalan ke arah dapur untuk membuat pesanan Luna.

"Non Luna gak mau nyicipin dulu?" tanya Bibi Neni.

"Sebenarnya sih pengen, Bi. Tapi enggak deh, saya takut itu bisa membuat tubuh saya gemuk," jawab Luna terkekeh.

"Makan satu biji gak akan bikin gemuk, Non. Coba aja dulu, saya yakin Non pasti suka. Apalagi jambunya saya ambil dari kulkas dan masih dingin. Ayo coba satu dulu," desak Bibi Neni sambil menjulurukan piring yang berisi jambu yang sudah di potong kecil-kecil itu. Tentu kulitnya juga sudah di kupas dan jambunya juga sudah di cuci bersih.

Karena tak tahan godaan, akhirnya Luna menyerah. Ia mengambil satu jambu itu dan mencoleknya ke bumbu rujaknya. Bumbu yang di buat sendiri oleh Bibi Imah.

"Gimana, Non? ENak, kan?" tanya Bibi Neni sambil melihat raut wajah Luna yang sangat menikmatinya.

"Emmm ya, sangat enak Bi. Dulu sebelum nikah sama Mas Ariel. Saya juga suka rujak'an sama anak kos Bi. Hampir tiap Minggu, sayangnya semua itu sudah gak bisa di lakukan lagi," tutur Luna dengan raut wajah sedihnya.

"Padahal menurut saya gak papa Non, sesekali makan apa aja yang Non suka. Asal gak ketahuan. Lagian Non itu setiap hari olah raga jadi gak akan mudah gemuk. Enggak perlu terlalu menjadi istri penurut. Bukan maksud Bibi, mengajari Non menjadi istri durhaka. Hanya saja, Bibi gak tega Non terlalu di kekang kayak gini. Bahkan untuk makan aja, semuanya harus diatur," papar Bibi Neni. Ia gak tega melihat majikannya itu tak bisa sebebas istri orang di luar sana.

"Pengennya sih gitu, Bi. Hanya saja, saya malas bertengkar jika sampai ketahuan. Saya lebih milih menghindari pertengkaran Bi dari pada harus adu mulut. Iya sudah Bibi nikmati aja rujaknya, saya mau ke ruang tamu dulu."

"Iya, Non."

Dan setelah itu, Luna pun kembali ke ruang tamu meninggalkan Bibi Neni yang masih menikmati acara rujak annya di taman belakang.

"Maaf ya, Laras. Aku lama," ujar Luna sambil duduk di sofa yang tak jauh dari Laras.

"Gak papa, santai aja Lun. Suami kamu mana?" tanya Laras.

"Mas Ariel jam segini masih kerja, Ras. Tapi Mas Ariel titip salam buat kamu, dia minta maaf karena gak bisa menyambut kedatangan kamu, soalnya Mas Ariel ada meeting dan gak bisa di tunda ataupun di batalkan."

"Enggak papa, Kok. Aku ngerti, suami kamu pasti sibuk banget."

"Ya gitulah, kalau hari Senin sampai Sabtu, dia sibuk banget. Bahkan tak jarang pulang malam, karena harus lembur. Hanya hari Minggu, dia ada waktu buat aku."

"Ya gak papa, Lun. Yang penting kan dia setia di luar sana, dan dia benar-benar bekerja buat membahagiakan kamu. Berkat dia, kamu kan bisa seperti sekarang. Menikmati hasil jerih payah dia yang bekerja tanpa kenal waktu."

"Iya juga sih."

Saat mereka mengobrol, Bibi Imah datang membawa nampan.  Ia menaruh Jus Alpukat di atas meja di depan Laras dan di depan Luna. Sedangkan kue kering dan beberapa camilan lainnya di taruh di tengah-tengah mereka.

"Makasih ya, Bi," tutur Luna lembut.

"Sama-sama, Non." Setelah itu, Bibi Imah pun pergi dari sana, karena masih harus masak. Sebenarnya tadi Bibi Imah sudah masak untuk makan siangnya, tapi sekarang ia harus masak lagi buat menyambut kedatangan Laras. Namun tak apa, Bibi Imah akan senang hati melakukannya, karena ini permintaan Luna, majikannya yang sangat baik hati. Namun sebelum masak, ia pergi menghampiri Neni dan masih sempat-sempatnya memakan beberapa jambu biji yang sudah hampir habis.

"Kamu sudah ketemu sama sahabat Non Luna?" tanya Bibi Neni sambil melihat wajah Bibi Imah.

"Ya, dia mah biasa aja. Gak ada apa-apanya di banding Non Luna. Bahkan dari segi kecantikan pun, bagai langit dan bumi."

"Syukurlah. Aku senang mendengarnya. Tapi kita harus hati-hati. Non Luna itu terlalu baik orangnya, dan akan mudah di manfaatkan oleh orang lain."

"Ya, kamu benar. Kita harus jadi pendukung Non Luna dan harus bisa membantu Non Luna apapun yang terjadi. Walaupun kata Non Luna, dia itu sahabat terbaiknya. Tapi kita kan harus tetap hati-hati dan waspada. Jangan sampai film yang sering kita tonton di Indoresmi akan menjadi kenyataan dalam kehidupan Non Luna."

"Kamu benar."

"Iya sudah, aku mau masak dulu. Kamu habisin aja jambunya, aku sudah kenyang." Dan setelah itu Bibi Imah pergi dari sana untuk memasak. Sedangkan Bibi Neni benar-benar menghabiskan jambunya yang sudah sisa dua biji itu.

Episodes
1 Story Ariel dan Luna
2 Burung Dalam Sangkar
3 Kedatangan Laras, Sahabat Luna
4 Kekhawatiran Bibi Imah dan Bibi Neni
5 Keinginan Laras
6 Kekaguman Yang Berlebihan
7 Kebaikan Luna
8 Sifat Asli Laras Yang Sangat Buruk
9 Ketegasan Luna Yang Patut Diacungi Jempol
10 Sindiran Untuk Laras
11 Kegalauan Luna
12 Hari Pertama Kerja
13 Karyawan Resto
14 Hadiah dari Luna
15 Kejutan dari Ariel
16 Suami Protektiv
17 Bermesraan Di Depan Laras
18 Rasa Iri Dengki
19 Ariel dan Laras
20 Kejujuran Ariel
21 Kedatangan Laras Ke Rumah Ariel
22 Menguji Cinta Ariel
23 Suasana Yang Kaku
24 Penyesalan Itu Mulai Ada
25 Jangan Memaksa Aku, Mas
26 Tuduhan Tanpa Bukti
27 Pertengkaran Sengit Di Pagi Hari
28 Dion Erlangga Mahabharata
29 Bersenang-senang Tanpa Suami
30 Bagaimana Akhir Dari Cerita Suamiku Dilamar Sahabatku?
31 Ariel Cemburu Terhadap Dion
32 Sikap Ramah Luna Yang Membuat Dion Semakin Terpukau
33 Kejutan Untuk Ariel
34 Firasat Luna Yang Tidak Enak
35 Fikiran Kacau Balau
36 Masih Tak Ada Kabar
37 Kertas Cek In Hotel
38 Mencari Bukti
39 Pandai Bersandiwara
40 Biarkan CCTV Yang Membuktikan
41 Ariel Kabur Dari Luna
42 Detik-Detik Sebelum Terungkap
43 Terbongkar
44 Detik-Detik Sebelum Dilabrak Oleh Luna
45 Perjanjian Pernikahan
46 Cara Luna Melupakan Masalahnya
47 Luna Nantang Si Ariel
48 Debat Di Atas Tempat Tidur
49 Sikap Dingin Luna Membuat Ariel Frustasi
50 Berusaha Mengambil Hati Luna Kembali
51 Menyadap Hp Ariel
52 Merayu Luna, Mencoba Meluluhkan Hatinya
53 Menangis Di Atas Sajadah
54 Bukti Kedua Yang Dimiliki Oleh Luna
55 Rencana Luna
56 Sifat Ariel Yang Makin Merajalela
57 Misi Luna
58 Tak Curiga
59 Kedatangan Laras ke Rumah Luna
60 Masalah CCTV
61 Jatuh Cinta Bikin Orang Jadi Bodoh
62 Melakukan Di Kamar Mandi
63 Sembunyi Di Bawah Tempat Tidur
64 Jangan Mau Jadi Pelakor
65 Suara Hati Ariel
66 Firasat Seorang Ibu
67 Kecurigaan Mereka Semua
68 Ingin Mengakhiri Hubungan. Benarkah?
69 Putus Atau Lanjut
70 Jadwal Pulang Kampung
71 Persiapan Pulang Kampung
72 Keberanian Ariel Membawa Laras Masuk Ke Dalam Istananya
73 Rumah Sultan Dion
74 Persiapan Ulang Tahun Luna
75 Ulang Tahun Luna
76 Kehancuran Laras dan Ariel
77 Hinaan Untuk Mereka Pelaku Zi na
78 Masuk Rumah Sakit
79 Keresahan Ariel dan Penyesalannya
80 Keadaan Laras
81 Kembali Ke Rumah Masing Masing
82 Kedatangan Mertua
83 Ariel Menemui Laras
84 Ariel Semakin Kejam
85 Ariel Ingin Menemui Luna
86 Pertengkaran Luna dan Ariel
87 Kehebohan Di Dunia Maya 1
88 Menjadi Cibiran Para Tetangga
89 Kekecewaan Orang Tua Ariel
90 Laras Mendatangi Rumah Luna
91 Laras Menghadapi Kemarahan Lintang dan Bunda Naira
92 Luna Vs Laras
93 Kemarahan Bapaknya Laras
94 Siksaan Untuk Laras
95 Tersiksa Lahir Batin
96 Jiwa Terguncang
97 Datang Sembunyi-Sembunyi
98 Luna Akan Balik Ke Jakarta
99 Ngambek
100 Kedatangan Dion Dari Luar Negeri
101 Otw Jakarta
102 Ariel Ikut Balik Ke Jakarta
103 Ariel Emosi Karena Luna Tak Kunjung Sampai
104 Ariel Yang Malang
105 Laras Yang Masih Berusaha Untuk Kabur Agar Bisa Menemui Ariel
106 Kebahagiaan Luna Vs Penderitaan Laras dan Ariel
107 Kondisi Ariel Yang Semakin Drob
108 Luna Balik Ke Jakarta
109 Luna OTW jenguk Ariel di RS
110 Noah Dibuat Bungkam Oleh Luna
111 Ariel Sadar
112 Luna Yang Tak Lagi Peduli
113 Ketegasan Luna Menghadapi Ariel
114 Meninggal Dunia
115 Kekecewaan Mereka Terhadap Luna
116 Penyesalan Emang Selalu Ada Di Belakang
117 Kemarahan Ariel Pada Semua Orang
118 Ariel Vs Laras
119 Bakti Istri sebelum Resmi Jadi Janda
120 Noah Memenuhi Ngidam Si Bumil
121 Noah Skakmat Luna
122 Masa Lalu Ariel dan Luna
123 Kandungan Luna
124 Pelarian Laras
125 Karma Mulai Berjalan
126 Kutukan Buat Laras
127 Kekesalan Noah Pada Luna
128 Dion, Luna dan Ariel
129 Pembicaraan Sesama Laki-laki
130 Back To Ariel
131 Ketakutan Luna
132 Ungkapan Hati Ardi, Papanya Ariel
133 Noah Bertemu Laras
134 Ardi Vs Luna
135 Pengobatan Ke Luar Negeri
136 Perkembangan Ariel
137 Detik-Detik Mau Lahiran
138 Kemarahan Ardi
139 Pilih Kasih
140 Melewati Masa Kritis
141 Kekecewaan Ariel
142 Keputusan Ariel
143 Surat Cerai
144 Diana Ariella Alfarizi
145 Kekecewaan Bibi Imah
146 Ariel Akan Segera Pergi Jauh
147 Kedatangan Orang Tua Luna
148 Kekecewaan Ayah Lukman
149 Kesadaran Lintang Akan Kesalahannya
150 Perdebatan Luna dengan sang Ayah
151 Q&A
152 Ketegasan Ayah Lukman Pada Dion
153 LDR
154 Menjadi Ibu Yang Baik Untuk Diana
155 Semakin Merasa Bersalah
156 Foto Bersama
157 Rutin Tiap Hari
158 Laras Melahirkan
159 Bintang
160 Dania Larasati
161 Lamaran
162 Semua Pasti Berlalu
163 Keadaan Ariel
164 Merindukannya
165 Sakit
166 Ceroboh
167 Ikatan Batin
168 Jaga Jarak
169 Berat Rasanya
170 Perhatian Luna Untuk Ariel
171 Pertengkaran Ariel dan Luna
172 Kekaguman Luna Terhadap Ariel
173 Survei
174 Waktu Yang Berharga
175 Kesakitan Itu Masih Ada
176 Diana Vs Dania
177 Bimbang Antara Diam atau Mencari
178 Dia Sudah Tiada
179 Menemui Jalan Buntu
180 Penyesalan Itu Pasti Ada
181 Dunia Itu Sempit
182 Mencari Fakta
183 Fakta Mengejutkan
184 Keputusan Dari Semua Pihak
185 Ariel dan Dania
186 Suka Duka Bersama
187 Akhir Yang Tidak Terduga
188 Lamaran Dadakan
189 Anak Jadi Korban Keegoisan Orang Tua
190 Ikatan Batin
191 Mesra Depan Mata
192 Mantan Mertua VS Mantan Menantu
193 Harapan Ariel
194 Keakraban itu Mulai Ada
195 Teman Baru
196 Hari Bahagia Itu Pasti Akan Tiba
197 Kehidupan Yang Berbeda
198 Kepergian Ariel Untuk Kedua Kalinya
199 Perubahaan Dalam Diri Luna
200 Gulung Tikar
201 Pertengkaran sengit
202 Ide Gila
203 Marah
204 Mengadu
205 Kematian Itu Datang
206 POV Luna
207 Kekecewaan Seorang Ibu
208 Bersimpuh di Kakinya
209 Teka Teki Luna, Dion, Ariel
210 Dion Vs Lintang
211 Gagal
212 Ini Pasti Mimpi
213 Luna Vs Lintang
214 Keadaan Yang Berbalik
215 Harus Dewasa Sebelum Waktunya
216 Jawaban Untuk Mereka
217 Pertengkaran Suami Istri
218 Sikap Yang Berbeda
219 Permintaan Luna
220 Ketegasan Dion
221 Penyesalan Luna
222 Rumah Sederhana Dion dan Luna
223 Pelangi Setelah Hujan
224 Antara Suami dan Anak
225 Kehidupan Ariel
226 Kabar Duka
227 Ariel Maulana Syarif
228 Ariel Balik ke Indonesia
229 Pertemuan Anak dan Ayah
230 20 Bab Menuju TAMAT
231 19 Bab Menuju Tamat
232 18 Bab Menuju Tamat
233 17 Bab Menuju Tamat
234 16 Bab Menuju Tamat
235 15 Bab Menuju Tamat
236 14 Bab Menuju Tamat
237 13 Bab Menuju Tamat
238 12 Bab Menuju Tamat
239 11 Bab Menuju Tamat
240 10 Bab Menuju Tamat
241 9 Bab Menuju Tamat
242 8 Bab Menuju Tamat
243 7 Bab Menuju Tamat
244 6 Bab Menuju Tamat
245 5 Bab Menuju Tamat
246 4 Bab Menuju Tamat
247 3 Bab Menuju Tamat
248 2 Bab Menuju Tamat
249 Tamat
250 Extra Part 1 Sudah Direvisi
Episodes

Updated 250 Episodes

1
Story Ariel dan Luna
2
Burung Dalam Sangkar
3
Kedatangan Laras, Sahabat Luna
4
Kekhawatiran Bibi Imah dan Bibi Neni
5
Keinginan Laras
6
Kekaguman Yang Berlebihan
7
Kebaikan Luna
8
Sifat Asli Laras Yang Sangat Buruk
9
Ketegasan Luna Yang Patut Diacungi Jempol
10
Sindiran Untuk Laras
11
Kegalauan Luna
12
Hari Pertama Kerja
13
Karyawan Resto
14
Hadiah dari Luna
15
Kejutan dari Ariel
16
Suami Protektiv
17
Bermesraan Di Depan Laras
18
Rasa Iri Dengki
19
Ariel dan Laras
20
Kejujuran Ariel
21
Kedatangan Laras Ke Rumah Ariel
22
Menguji Cinta Ariel
23
Suasana Yang Kaku
24
Penyesalan Itu Mulai Ada
25
Jangan Memaksa Aku, Mas
26
Tuduhan Tanpa Bukti
27
Pertengkaran Sengit Di Pagi Hari
28
Dion Erlangga Mahabharata
29
Bersenang-senang Tanpa Suami
30
Bagaimana Akhir Dari Cerita Suamiku Dilamar Sahabatku?
31
Ariel Cemburu Terhadap Dion
32
Sikap Ramah Luna Yang Membuat Dion Semakin Terpukau
33
Kejutan Untuk Ariel
34
Firasat Luna Yang Tidak Enak
35
Fikiran Kacau Balau
36
Masih Tak Ada Kabar
37
Kertas Cek In Hotel
38
Mencari Bukti
39
Pandai Bersandiwara
40
Biarkan CCTV Yang Membuktikan
41
Ariel Kabur Dari Luna
42
Detik-Detik Sebelum Terungkap
43
Terbongkar
44
Detik-Detik Sebelum Dilabrak Oleh Luna
45
Perjanjian Pernikahan
46
Cara Luna Melupakan Masalahnya
47
Luna Nantang Si Ariel
48
Debat Di Atas Tempat Tidur
49
Sikap Dingin Luna Membuat Ariel Frustasi
50
Berusaha Mengambil Hati Luna Kembali
51
Menyadap Hp Ariel
52
Merayu Luna, Mencoba Meluluhkan Hatinya
53
Menangis Di Atas Sajadah
54
Bukti Kedua Yang Dimiliki Oleh Luna
55
Rencana Luna
56
Sifat Ariel Yang Makin Merajalela
57
Misi Luna
58
Tak Curiga
59
Kedatangan Laras ke Rumah Luna
60
Masalah CCTV
61
Jatuh Cinta Bikin Orang Jadi Bodoh
62
Melakukan Di Kamar Mandi
63
Sembunyi Di Bawah Tempat Tidur
64
Jangan Mau Jadi Pelakor
65
Suara Hati Ariel
66
Firasat Seorang Ibu
67
Kecurigaan Mereka Semua
68
Ingin Mengakhiri Hubungan. Benarkah?
69
Putus Atau Lanjut
70
Jadwal Pulang Kampung
71
Persiapan Pulang Kampung
72
Keberanian Ariel Membawa Laras Masuk Ke Dalam Istananya
73
Rumah Sultan Dion
74
Persiapan Ulang Tahun Luna
75
Ulang Tahun Luna
76
Kehancuran Laras dan Ariel
77
Hinaan Untuk Mereka Pelaku Zi na
78
Masuk Rumah Sakit
79
Keresahan Ariel dan Penyesalannya
80
Keadaan Laras
81
Kembali Ke Rumah Masing Masing
82
Kedatangan Mertua
83
Ariel Menemui Laras
84
Ariel Semakin Kejam
85
Ariel Ingin Menemui Luna
86
Pertengkaran Luna dan Ariel
87
Kehebohan Di Dunia Maya 1
88
Menjadi Cibiran Para Tetangga
89
Kekecewaan Orang Tua Ariel
90
Laras Mendatangi Rumah Luna
91
Laras Menghadapi Kemarahan Lintang dan Bunda Naira
92
Luna Vs Laras
93
Kemarahan Bapaknya Laras
94
Siksaan Untuk Laras
95
Tersiksa Lahir Batin
96
Jiwa Terguncang
97
Datang Sembunyi-Sembunyi
98
Luna Akan Balik Ke Jakarta
99
Ngambek
100
Kedatangan Dion Dari Luar Negeri
101
Otw Jakarta
102
Ariel Ikut Balik Ke Jakarta
103
Ariel Emosi Karena Luna Tak Kunjung Sampai
104
Ariel Yang Malang
105
Laras Yang Masih Berusaha Untuk Kabur Agar Bisa Menemui Ariel
106
Kebahagiaan Luna Vs Penderitaan Laras dan Ariel
107
Kondisi Ariel Yang Semakin Drob
108
Luna Balik Ke Jakarta
109
Luna OTW jenguk Ariel di RS
110
Noah Dibuat Bungkam Oleh Luna
111
Ariel Sadar
112
Luna Yang Tak Lagi Peduli
113
Ketegasan Luna Menghadapi Ariel
114
Meninggal Dunia
115
Kekecewaan Mereka Terhadap Luna
116
Penyesalan Emang Selalu Ada Di Belakang
117
Kemarahan Ariel Pada Semua Orang
118
Ariel Vs Laras
119
Bakti Istri sebelum Resmi Jadi Janda
120
Noah Memenuhi Ngidam Si Bumil
121
Noah Skakmat Luna
122
Masa Lalu Ariel dan Luna
123
Kandungan Luna
124
Pelarian Laras
125
Karma Mulai Berjalan
126
Kutukan Buat Laras
127
Kekesalan Noah Pada Luna
128
Dion, Luna dan Ariel
129
Pembicaraan Sesama Laki-laki
130
Back To Ariel
131
Ketakutan Luna
132
Ungkapan Hati Ardi, Papanya Ariel
133
Noah Bertemu Laras
134
Ardi Vs Luna
135
Pengobatan Ke Luar Negeri
136
Perkembangan Ariel
137
Detik-Detik Mau Lahiran
138
Kemarahan Ardi
139
Pilih Kasih
140
Melewati Masa Kritis
141
Kekecewaan Ariel
142
Keputusan Ariel
143
Surat Cerai
144
Diana Ariella Alfarizi
145
Kekecewaan Bibi Imah
146
Ariel Akan Segera Pergi Jauh
147
Kedatangan Orang Tua Luna
148
Kekecewaan Ayah Lukman
149
Kesadaran Lintang Akan Kesalahannya
150
Perdebatan Luna dengan sang Ayah
151
Q&A
152
Ketegasan Ayah Lukman Pada Dion
153
LDR
154
Menjadi Ibu Yang Baik Untuk Diana
155
Semakin Merasa Bersalah
156
Foto Bersama
157
Rutin Tiap Hari
158
Laras Melahirkan
159
Bintang
160
Dania Larasati
161
Lamaran
162
Semua Pasti Berlalu
163
Keadaan Ariel
164
Merindukannya
165
Sakit
166
Ceroboh
167
Ikatan Batin
168
Jaga Jarak
169
Berat Rasanya
170
Perhatian Luna Untuk Ariel
171
Pertengkaran Ariel dan Luna
172
Kekaguman Luna Terhadap Ariel
173
Survei
174
Waktu Yang Berharga
175
Kesakitan Itu Masih Ada
176
Diana Vs Dania
177
Bimbang Antara Diam atau Mencari
178
Dia Sudah Tiada
179
Menemui Jalan Buntu
180
Penyesalan Itu Pasti Ada
181
Dunia Itu Sempit
182
Mencari Fakta
183
Fakta Mengejutkan
184
Keputusan Dari Semua Pihak
185
Ariel dan Dania
186
Suka Duka Bersama
187
Akhir Yang Tidak Terduga
188
Lamaran Dadakan
189
Anak Jadi Korban Keegoisan Orang Tua
190
Ikatan Batin
191
Mesra Depan Mata
192
Mantan Mertua VS Mantan Menantu
193
Harapan Ariel
194
Keakraban itu Mulai Ada
195
Teman Baru
196
Hari Bahagia Itu Pasti Akan Tiba
197
Kehidupan Yang Berbeda
198
Kepergian Ariel Untuk Kedua Kalinya
199
Perubahaan Dalam Diri Luna
200
Gulung Tikar
201
Pertengkaran sengit
202
Ide Gila
203
Marah
204
Mengadu
205
Kematian Itu Datang
206
POV Luna
207
Kekecewaan Seorang Ibu
208
Bersimpuh di Kakinya
209
Teka Teki Luna, Dion, Ariel
210
Dion Vs Lintang
211
Gagal
212
Ini Pasti Mimpi
213
Luna Vs Lintang
214
Keadaan Yang Berbalik
215
Harus Dewasa Sebelum Waktunya
216
Jawaban Untuk Mereka
217
Pertengkaran Suami Istri
218
Sikap Yang Berbeda
219
Permintaan Luna
220
Ketegasan Dion
221
Penyesalan Luna
222
Rumah Sederhana Dion dan Luna
223
Pelangi Setelah Hujan
224
Antara Suami dan Anak
225
Kehidupan Ariel
226
Kabar Duka
227
Ariel Maulana Syarif
228
Ariel Balik ke Indonesia
229
Pertemuan Anak dan Ayah
230
20 Bab Menuju TAMAT
231
19 Bab Menuju Tamat
232
18 Bab Menuju Tamat
233
17 Bab Menuju Tamat
234
16 Bab Menuju Tamat
235
15 Bab Menuju Tamat
236
14 Bab Menuju Tamat
237
13 Bab Menuju Tamat
238
12 Bab Menuju Tamat
239
11 Bab Menuju Tamat
240
10 Bab Menuju Tamat
241
9 Bab Menuju Tamat
242
8 Bab Menuju Tamat
243
7 Bab Menuju Tamat
244
6 Bab Menuju Tamat
245
5 Bab Menuju Tamat
246
4 Bab Menuju Tamat
247
3 Bab Menuju Tamat
248
2 Bab Menuju Tamat
249
Tamat
250
Extra Part 1 Sudah Direvisi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!