Sesampai di rumah, Ariel langsung menemui sang istri yang tengah mengaji di kamarnya. Melihat kepatuhan Luna terhdap Tuhannya membuat hati Ariel menghangat. Luna emang wanita yang sempurna di matanya, bahkan tak ada cacat yang ia temukan di diri Luna, entah itu dari segi fisik atau dari segi sikapnya. Luna cantik luar dalam dan ia benar-benar beruntung karena sudah mempersunting wanita yang menurutnya begitu sempurna.
Dan ia akan menjadi laki-laki bodoh jika sampai menyakiti Luna apalagi sampai berkhianat padanya. Karena jika itu terjadi, maka dia harus siap kehilangan Luna. Karna bagaimanapun, dari awal Luna sudah pernah mengatakan, jika sampai ada orang ketiga dalam rumah tangga mereka, maka Luna akan siap mundur dari pernikahan ini. Itulah kenapa Ariel kadang enggan untuk dekat-dekat dengan wanita manapun, ia hanya berinteraksi secukupnya aja.
Dan jika tadi, Ariel membantu Laras. Itu karena rasa kemanusiaan aja, terlebih mereka searah dan Laras adalah sahabat Luna. Tentu, ia juga tak ingin Laras kenapa-napa dan berada dalam kesulitan. Terlebih Laras ke Jakarta karena Luna yang mengundangnya dan menjamin Laras akan baik-baik saja selama di Jakarta.
Mendengar pintu kamar terbuka dan suara langkah kaki, Luna menoleh dan ia melihat suaminya yang sudah pulang. Ia pun menyudahi membaca Al Qur'an dan membuka mukenahnya dan melipatnya dengan rapi. Lalu ia menghampiri suaminya.
"Lelah ya?" tanya Luna sambil mengambil tas kerja suaminya dan menaruhnya di meja. Ia juga membukakan kaos kaki suaminya itu.
"Iya, tadi. Sekarang sudah gak lagi. Setelah lihat kamu," balas Ariel dan Luna hanya tersenyum, karena ia mengira suaminya lagi menggoda dirinya. Padahal Ariel berkata jujur, bukan ngegombal.
"Ya sudah, Mas mandi dulu gih. Pasti lengket kan kulitnya," ujar Luna sambil membantu Ariel membuka bajunya dan hanya menyisakan ****** ******** aja.
"Mau ikutan mandi?" tanya Ariel dan Luna menjawanya dengan gelengan kepala.
"Aku sudah mandi, jadi gak mau mandi lagi," sahut Luna dan Ariel pun tak memaksanya.
"Iya sudah aku mau mandi dulu."
"Iya, mau aku siapkan makan malam?" tanya Luna dan Ariel menggelengkan kepalanya.
"Aku masih kenyang, lagian aku tadi sudah makan di resto," jawabnya, memang benar sebelum Ariel pulang, ia sempat menyicipi makanan di sana. Walaupun sedikit tapi itu sudah membuat dirinya kenyang. Lagian ia ingin menyicipi istrinya aja dan mengajak dia olah raga di atas ranjang karena itu jauh lebih penting dari pada hanya urusan perut.
Setelah Ariel pergi mandi, Luna pun menyiapkan baju santai dan sarung untuk Ariel. Yah Ariel lebih suka tidur pakai sarung ketimbang celana, karena katanya lebih bebas aja.
Lima belas menit kemudian, Ariel sudah selesai mandi dan dia segera memakai baju yang sudah di siapkan oleh Luna. Setelah itu, Ariel pun langsung merebahkan tubuhnya di kasur.
"Enggak sholat dulu?" tanya Luna dan Ariel menggelengkan kepalanya.
"Kenapa?" tanya Luna penasaran.
"Sudah sholat tadi di resto," jawab Ariel sambil menepun perutnya. Luna mengerti, ia langsung naik ke atas kasur dan dia duduk di atas perut suaminya itu. Ia duduk sambil menghadap ke arah sang suami.
"Tadi aku pulang bareng Laras," ujar Ariel memberitahu.
"Oh."
"Kok cuma Oh?" tanya Ariel mengerutkan dahinya. Ia menatap Luna yang ada di atas perutnya.
"Terus aku harus gimana, Mas pasti punya alasan kan sampai kalian pulang bareng," ujar Luna dan Ariel pun menganggukkan kepalanya.
"Iya, tadi saat Mas pulang. Mas lihat Laras di depan resto. Dan katanya dia kesulitan mesen taxi online dan gak ada yang nyantol. Jadi karena sudah malam, dan arah rumahnya sama, sekalian Mas ngasih tumpangan. Enggak papakan? Lagian juga kursi samping dan belakang pada kosong semua. Kan Mas bantu Laras, selain karena rasa kemanusiaan karena dia itu sahabat baik kamu. Kamu gak marah kan sayang?" tanya Ariel dan Luna menggelengkan kepalanya.
"Aku gak marah karena aku percaya sama Mas Ariel."
"Makasih, Sayang."
"Sama-sama, Mas."
Dan mereka pun mengobrol santai. Bagi orang di luar sana, perutnya di duduk'i mungkin ada yang merasa gak enak, sakit atau hal lainnya, tapi berbeda dengan Ariel, entah kenapa ia menyukainya dan seperti ada gelenjar dalam dirinya yang membuat dirinya nyaman. Dan lagi tubuh Luna tidaklah berat.
Ariel menggenggam tangan Luna yang putih dan mulus bak seperti bayi yang baru lahir. Benar-benar lembut sekali.
"I love you, Sayang."
"I love you too."
"Mau masukin?" tanya Ariel, dan Luna mengernyitkan dahi.
"Apanya?" tanya Luna tak mengerti.
"Senjataku," jawab Ariel terkekeh.
"Boleh deh," sahut Luna tersenyum.
"Kamu di atas?" tanya Ariel lagi karena memang Luna lebih suka di atas, katanya itu lebih membuat dirinya puas ketimbang dirinya berada di bawah dan lagi-lagi Ariel tak mempermasalahkan itu. Malah ia senang karena Luna yang lebih banyak gerak dan dirinya cukup menikmati aja.
Ariel menjangkau tombol lampu yang tak jauh dari tempat tidurnya, dan ia menekan tombol itu hingga menjadi gelap, lalu Ariel memencet tembol di meja samping tempat tidur, sehingga lampu kamar pun menyala, walaupun tidak terang menderang dan hanya lampu redup saja. Dan itu sudah lebih dari cukup buat mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 250 Episodes
Comments