Sehabis makan, Luna mengajak Laras ke kamar tamu untuk tidur di sana. "Istirahat dulu ya, kamu pasti capek banget kan. Aku juga sudah menyiapkan semuanya," ujar Luna, Memang tadi ia sudah meminta Bibi Neni untuk menyiapkan kebutuhan Laras seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi dan yang lainnya. Untungya, ada banyak stok, sehingga tak perlu beli keluar. Di kamar itu juga tersedia kamar mandi dalam, sehingga tak perlu keluar kamar hanya untuk mandi.
"Makasih ya, Lun."
"Sama-sama, nanti aku akan manggil kamu jika waktunya makan malam. Atau jika kamu bosan di kamar, kamu bisa keliling rumah, seenaknya kamu aja gimana," ujar Luna tersenyum.
"Iya."
Dan setelah itu, Luna pun segera pergi ke kamarnya untuk istirahat juga. Sedangkan Bibi Neni dan Bibi Imah tengah ada di belakang dan membicarkaan Laras, sang tamu yang merupakan sahabat Luna. Mereka berdua membicarakan Laras, karena mereka sangking takutnya jika rumah tangga Luna akan di hancurkan oleh Laras, seperti film yang mereka tonton. Entah karena terpengaruh film di Indoresmi, atau karena terlalu sayang dengan Luna. Membuat mereka berdua sangat khawatir dan takut, jika rumah tanggan majikannya itu hancur karena pihak ketiga.
Jam empat sore, Luna keluar dari kamar setelah mandi dan sholat ashar. Dia pergi ke depan rumah untuk menyiram tanaman dan ia melihat Bibi Nenei yang tengah menyapu.
"Kalau gak terlalu kotor, gak usah di sapu, Bi. Biar gak capek," ujar Luna sambil mengambil selang dan memasukkan selang itu ke kran. Setelah selesai, ia pun menghidupkan krannya dan memegang selangnya dan mengarahkkanya ke tanaman yang ada di depan rumahnya.
"Saya gak capek kok, Non," sahut Bibi Neni yang melihat Luna tengah asyik, dia sangat menikmati saat menyiram tanamannya itu.
"Bibi Imah kemana?" tanya Luna karena tadi gak melihat Bibi Imah di dalam.
"Kayaknya di kamar, Non. Lagi sholat," jawabnya sambil menumpuk sampah kering itu dan membuangnya di tempah sampah depan karena besok pagi akan ada yang ngambil. Memang di kawasan ini, ada tukang sampah, di mana setiap paginya ia akan datang ke setiap rumah dan mengangkut sampah itu dan menaruhnya di gerobak besar.
"Bibi Neni sendiri sudah sholat?" tanyanya.
"Saya lagi halangan, Non."
"Oh, pembalutnya ada? Kalau gak ada ambil aja di ruang Lmart. Jangan sungkan-sungkan."
"Iya, Non."
Memang di rumah itu ada ruangan yang dibuatkan oleh Ariel agar tak membuat Luna pergi keluar. Jadi kebutuhannya itu ada di sana semua. Setiap sebulan sekali, Ariel akan mengajak Luna belanja banyak. Atau Luna belanja online untuk mengisi ruangan itu, sehingga seperti Andomart dan Almart di luaran sana.
Hanya saja Lmart miliknya tak seluas itu, namun isinya cukup lengkap. Sehingga jika Bibi Neni dan Bibi Imah perlu sesuatu, tinggal ambil aja, karena Luna memang sengaja menyetok banyak, karena biar bisa berbagi sama mereka sekalian.
Andai dirinya tak memikirkan berat badannya, bisa aja Luna juga mengisinya dengan banyak makanan, sayanya dia tak bisa makan sembarangan seperti wanita kebanyakan karena harus menjaga bentuk tubuhnya agar bisa membuat Ariel puas dengan bentuk tubuh yang ia miliki.
"Non Luna kenapa bengong?" tanya Bibi Neni yang sudah selesai nyapu.
"Gak papa, Bi. Bibi kalau capek duduk dulu," ujar Luna.
"Ya ampun, Bibi sejak tadi siang sudah istirahat terus Non. Ini aja Bibi baru gerak karena melihat halaman depan kotor. Bibi mau masuk dulu ya, Non. Mau ambil jemuran, sekalian mau nyetrika," ujarnya sambil mencuci kaki dan tangannya pakai kran yang lain.
"Iya, Bi."
Dan setelah itu, Bibi Neni pun masuk ke dalam sedangkan Luna ia terus menyiram tanamannya, setelah selesai, ia menyiram tanaman belakang rumah.
"Non, malamnya mau masak apa?" tanya Bibi Imah sambil menghampiri Luna yang tengah menyiram tanaman belakang rumah.
"Enaknya apa ya, Bi?" tanya Luna.
"Menurut Bibi sih enaknya Udang Saus Padang, Soup Tom Yum, Pesmol Ikan, Capcay Seafood, Steak Salmon Saus krim, Burrito Isi Daging dan sayur, Ayam bakar madu, Steak Daging Rendah Lemak, Sup Ayam dan Sayur," ucap Bibi Imah sambil mengingat-ingat, makanan apa yang cocok untuk makan malam.
Melihat Bibi Imah menyebutkan banyak makanan membuat Luna menggelengkan kepala.
"Masak Udang Saus Padang aja Bi, sama Burrito Isi daging dan Sayur, sama Steak Daing Rendah Lemah. Sama satu lagi, Sup Ayam dan Sayur."
"Pesmol Ikannya, Non. Biasanya Tuan suka itu sama Steak Salmon Saus Krim," ujar Bibi Imah.
"Hemm iya udah sama itu juga deh. Eh kok banyak tapi gak papa deh, soalnya ada Laras juga kan, dia suka makan. Iya udah itu yang aku sebutkan tadi sama Pesmol ikan dan Steak salmon saus krimnya. Kalau Soup Tom Yum dan Ayam bakar madu, besok pagi aja deh," ujar Luna. Toh walaupun banyak yang dimasak, di rumah ini sekarang ada lima kepala, dirinya, sang suami, Laras, Bibi Imah dan Bibi Neni. Sisanya juga bisa taruh di lemari, karena kadang Bibi Neni suka lapar tengah malam.
Luna juga tak mempermasalahkan jika memang Bibi Imah dan Bibi Neni masih kurang makannya, lagian Luna malah bersyukur jika mereka suka makan, setidaknya tidak ada makanan yang terbuang sia-sia. Tak heran jika tubuh Bibi Imah dan Bibi Neni semakin gemuk di sini. Namun Luna juga menyarankan agar mereka olah raga, bukan apa-apa, Luna hanya takut mereka akan obesitas atau mengidap penyakit tertentu karena tak bisa jaga pola makan.
"Iya sudah, NOn. Kalau gitu, Bibi siapkan dari sekarang aja."
"Iya, Bi."
Luna pun meneruskan menyiram tumbuhannya itu agar tetap hidup dan segar. Setelah selesai dan dirinya merasa lelah, ia duduk di kursi besi sambil menikmati pemandangan yang ada di sana. Menghirup udara segar. Kalau tanamannya sudah disiram, rasanya udaranya lebih segar.
Saat Luna tengah duduk santai, tiba-tiba Laras datang.
"Lun, kamu di sini, aku cari kamu dari tadi," ujar Laras sambil duduk di kursi samping kursi Luna, hanya saja di tengah-tengah mereka ada meja berbentuk oval.
"Iya, aku baru aja seleesai nyiram. Kamu sudah istirahat?" tanya Luna.
"Iya, aku baru bangun terus mandi. Rasanya nyenyak banget tidur di kasur empuk gitu, ini pertama kalinya aku tidur di kasur kayak gitu, rasanya nyaman banget, sampai mimpi indah," sahut Laras dengan wajah senangnya, Luna pun ikut senang mendengarnya.
"Suamimu belum pulang, Lun?" tanya Laras.
"Belum, Mas Ariel pulangnya malam," jawab Luna dan Laras pun hanya mengangguk-anggukkan kepala.
"Oh, kamu gak kesepian di rumah terus?" tanyanya.
"Enggak kok, kan ada Bibi Neni sama Bibi Imah yang nemenin aku. Kalau aku bosen, kesepian, ada mereka yang bisa ajak aku ngobrol santai. Apalagi Bibi Neni sama Bibi Imah itu orangnya lucu, ada aja yang di ajak ngobro, jadinya aku gak kesepian."
"Oh, gitu." Laras merasa heran, kenapa Luna lebih suka kumpul sama asisten rumah tangga, biasanya kan kalau orang kaya itu sukanya ngumpul sama kaum sosialita seperti yang sering ia tonton di tivi.
Laras dan Luna pun mengobrol santai di sana. Hingga adzan magrib terdengar, Luna pun segera beranjak dari tempat duduknya dan pergi ke kamar untuk sholat maghrib. Laras yang jarang sholat juga ikut masuk kamar, tapi bukan untuk sholat tapi untuk nelfon keluarganya di kampung.
Entah kenapa berada di rumah ini, membuat Laras ingin terus berada di sini. Apalagi melihat kamarnya yang sangat mewah, walaupun hanya kamar tamu, tapi ini sangat mewah untuknya. Berbeda dengan kamar miliknya di kampung, yang hanya ada kasur dan lemari. Itupun kasurnya sudah keras karena sudah terlalu lama dan lemari juga yang hampir roboh karena gak diganti-ganti. Untuk mandi pun harus keluar rumah, karena sumurnya ada di belakang rumah. Berbeda dengan di sini, kamar mandinya ada di dalam kamar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 250 Episodes
Comments