Sedari tadi Laras memperhatikan mereka berdua, bahkan ia benar-benar merasa iri melihat Luna yang mendapatkan pelukan dari suaminya, apalagi dengan santainya Ariel mengatakan akan mengubah resto dan rumah itu atas nama Luna. Itu membuat Laras merasa panas.
"Kenapa Luna begitu beruntung dari pada aku? Apakah karena Luna lebih cantik dari aku. Aku harus berubah mulai sekarang, agar aku juga mendapatkan suami yang jauh lebih tampan dan lebih kaya dari pada Luna," ucap Laras dalam hati dan ia berjanji jika mulai hari ini, ia akan melakukan perawatan seperti yang Luna lakukan selama ini. Ia akan minum jus buah dan jus sayur, menjaga pola makan dan olah raga di pagi hari sebelum berangkat kerja. Dan Luna akan langsung mandi terus tidur setelah pulang kerja, ia tak akan main hp dan begadang lagi. Ia akan memanfaatkan waktunya untuk istirahat karena katanya itu bagus buat kesahatan dan buat kulit.
Laras juga akan pergi ke salon sesekali untuk perawatan dan ia juga akan melakukan perawatan sendiri di rumah dengan lulur bengkoang dan yang lainnya agar semakin membuat kulitnya mulus dan putih seperti Luna. Untungnya Luna juga memberikan make up dan juga parfum serta baju-baju bagus untuknya sehingga Laras bisa menunjang penampilannya dengan pemberian Luna. Ia hanya perlu perawatan aja dan belajar make up agar bisa membuat wajahnya semakin tampak cantik mempesona. Laras yakin, jika ia melakukan apa yang Luna lakukan, ia pun tak akan kalah cantik dari Luna.
"Laras, hei, kenapa bengong?" tanya Luna heran sambil melambaikan tangannya di depan wajah Laras.
"Maaf, Lun. Ada apa?" tanya Laras sambil menatap ke arah Luna.
"Aku minta tolong, taruhkan piring dan gelas ini ke dapur ya. Nanti setelah itu, kamu bisa kembali ke kasir. Oh ya, jangan lupa kuenya di bawa, takutnya nanti kamu lupa," ucap Luna meminta tolong. Laras pun menganggukkan kepala, ia segera membawa kuenya dan juga membawa piring dan gelas kosong itu ke dapur, tentu memakai nampan agar mudah membawanya ke sana.
Setelah Laras pergi dari sana, Luna pun menutup pintu itu dan kini di ruangan itu hanya ada Ariel dan juga Luna.
Luna memainkan Hpnya, sambil menunggu Ariel menyelesaikan pekerjaannya hingga tak terasa adzan maghrib terdengar.
"Pantas aku capek duduk di sini terus, ternyata cukup lama juga aku di sini," ucap Luna sambil merenggangkan ototnya sampai berbunyi keretek.
"Yank, pelan-pelan dong, nanti patah itu tubuh kamu," ucap Ariel sambil menatap ke arah Luna yang merenggangkan ototnya ke kanan dan ke kiri. Ariel sendiri bahkan ngilu mendenar suara keretek.
"Hehe, maaf Mas. Habisnya enak kalau dah bunyi gini, kek lega gitu," sahut Luna terkekeh.
"Tapi lain kali jangan gitu lagi ya, aku takut nanti tubuh kamu patah loh."
"Mana mungkin patah?"
"Ya mungkin saja, kalau kamu gak hati-hati."
"Sudahlah, ayo sholat dulu, nanti terusin lagi kerjanya."
"Iya."
Untungnya di ruangan itu ada kamar mandi kecil, sehingga mereka bisa mengambil wudhu bergantian.
"Mas, aku gak bawa mukenah, aku gak tau kalau akan sholat maghrib di sini," ucap Luna.
"Aku pinjamkan punya Anggi ya," ujar Ariel dan Luna pun menganggukkan kepala, karena ia gak bisa keluar dari ruangan ini, jadi Ariel sendiri yang harus ke ruangan Anggi dan meminjam mukenah dia.
Tak lama kemudian, Ariel datang membawa mukenah warna putih.
"Ini," ucap Ariel sambil memberikan mukenah itu ke Luna.
"Mbak Anggi, gimana sholatnya?" tanya Luna.
"Dia lagi halangan, jadi mukenahnya bisa kamu pinjam."
"Oh, ya udah kita sholat bareng," ujar Luna dan Ariel pun mengiyakan. Di sana ada sajadah dan juga sarung, kadang jika ingat Allah, Ariel akan sholat di ruangan itu, hanya saja kalau lagi sibuk dan gak ingat Allah, maka Ariel gak akan sholat karena kesibukannya itu.
Mereka sholat berdua, Ariel yang jadi imamnya dan Luna yang jadi makmumya. Selesai sholat, Ariel meneruskan pekerjaannya dan jam setengah tujuh barulah mereka pulang. Tak lupa sebelum pulang, Ariel mengembalikan mukenah itu ke Anggi.
Saat Luna bertemu dengan karyawan di sana, Luna hanya memberikan senyuman ke mereka dan mereka pun membalas senyuman Luna karena mereka tau, mereka gak berani nyapa terutama kaum adam. Karena mereka tau jika bosnya itu super cemburu dan protektiv sekali.
Saat perjalanan pulang, Luna hanya diam aja. Sedangkan Ariel menatap Luna yang seakan punya beban berat.
"Kenapa, sayang?" tanya Ariel.
"Enggak papa," jawab Luna sambil memejamkan matanya, karena ia curhat pun rasanya akan percuma.
"Biasanya kalau cewek bilang gak papa, pasti ada apa-apanya, kamu bisa berbagi cerita sama aku, sayang."
"Aku bingung, Mas."
"Bingung kenapa?"
"Bingung kenapa aku di kurung seperti ini ya?"
"Maksud kamu?" tanya Ariel gak ngerti.
"Aku ingin nyapa karyawan resto Mas, tapi rasanya susah karena Mas gak ngasih izin, bahkan mereka juga seakan takut buat nyapa aku," ujar Luna yang akhirnya memilih mengungkapkan perasaanya.
"Maafin aku, tapi aku gak bisa memberi kamu izin sayang, aku gak bisa, aku takut, mereka akan tertarik sama kamu dan mengambil kamu dari aku," ujar Ariel dengan wajah bersalahnya. Mendengar hal itu, Luna hanya bisa menghela nafas.
"Aku gak akan pergi kemanapun, Mas. Gak akan pernah, selamanya aku akan menjadi milik Mas Ariel, aku hanya ingin mengobrol dengan mereka walaupun hanya sebentar, aku ingin menyapa mereka, Mas. Bukan hanya diam dan seakan-akan kami itu hanya orang asing," tutur Luna dengan suara tingginya dan itu membuat Ariel terkejut karena gak biasanya Luna sampai seperti itu.
"Maaf," ucap Luna ketika ia menyadari bahwa ia sudah berkata dengan nada tinggi di depan suaminya.
"Enggak papa, aku yang salah. Aku janji, lain kali aku akan berusaha untuk memberikan kamu izin buat menyapa mereka," balas Ariel dengan wajah yang masih terlihat shock. Namun mendengar apa yang di bicarakan oleh Ariel, Luna pun tersenyum senang.
"Baiklah, tapi kapan aku bisa ke resto lagi?" tanya Luna semangat.
"Kapan-kapan ya," sahut Ariel yang membuat Luna cemberut lagi. Karena kata kapan-kapan itu bisa beberapa bulan lagi atau bisa jadi tahun depan. Dan Luna gak mau berharap pada harapan yang belum pasti.
Dan setelah itu, Luna pun memilih diam dan tak mau buka suara lagi bahkan ketika mereka sampai di depan rumah, Luna tetap saja diam. Ia membuka pintu mobil dan berjalan ke arah kamarnya, dan Ariel pun menyusul dari belakang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 250 Episodes
Comments