Kegalauan Luna

Sore harinya, Bibi Imah, Bibi Neni dan Laras pun kembali ke rumah. Setelah mereka selesai bersih-bersih. Bibi Imah membeli es campur yang tak jauh dari sana. Kalau lagi lelah, keringetan, capek, makan es campur rasanya memang sangat nikmat. Bahkan satu baskom pun kadang merasa kurang.

Bahkan pulangnya di pinggir jalan, mereka masih mampir ke warung bakso dan mie ayam, mereka makan di sana lengkap dengan es teh dan es jeruk. Bahkan sampai mereka kekeyangan dan males buat jalan. Karena sangking kenyangnya.

Sesampai di rumah Bibi Neni dan Bibi Imah pun langsung tepar, begitupun dengan Laras. Dia bahkan memilih untuk masuk kamar untuk istirahat, karena kakinya sudah seperti mati rasa karena sangking lelahnya. Saat berangkat rasanya masih dekat, tapi saat pulang, rasanya jauh banget.

Luna yang tau mereka sudah pulang langsung menghampirinya.

"Gimana Bi, rumahnya?" tanya Luna sambil melihat Bibi Imah dan Bibi Neni yang tengah tidurandi lantai di ruang keluarga.

"Bagus kok, Non. Luas walauun gak seluas ini sih, tapi rumahnya cukup bagus bahkan sangat-sangat layak di tempati. waktu sampai juga gak kotor-kotor banget, tapi tetap di sapu dan di pel tadi, dan di bersihin semuanya. Kalau langsung di tempati juga gak papa sebenarnya. Tapi Non Laras masih ingin tidur di sini katanya nanti malam, adalah terakhir dia tidur di rumah ini," jawab Bibi Imah sambil tetap tiduran dan Luna pun tak mempermasalahkan karena ia tau, jika mereka masih capek dan butuh istirahat.

"Syukurlah, terus notanya?" tanya Luna lagi.

"Oh, ini Non." Bibi Imah mengambil kunci kontrakan dan juga notanya dan memberikan ke Luna.

"Ini kunci untuk Non Luna. Non Laras juga megang sendiri."

"Di kasih dua tadi, kuncinya?" tanya Luna.

"Iya, Non. Terus katanya besok Non Laras suruh nyerahin foto kopi KK sama KTP buat di serahin ke Pak RT."

"Iya sudah, biar nanti malam aku yang foto kopikan kk dan ktpnya, lagian di sini kan ada foto kopi milik Mas Ariel," ujar Luna dan Bibi Imah pun mengiyakan saja.

"Oh ya, Non. Ini sisa uangnya," Bibi Imah memberikan uang yang masih sisa dua belas ribu.

"Buat Bibi Imah dan Bibi Neni saja, ya sudah kalian istirahat aja, pasti capek banget kan. Nanti Bibi Imah gak usah masak dulu ya, nanti malam aku pesen makanan di luar," ujar Luna.

"Emang gak papa, NOn?" tanya Bibi Imah khawatir.

"Enggak papa, sesekali aja. Yang penting gak setiap hari, nanti Bibi Neni dan Bibi Imah mau reques apa?" tanya Luna.

"Apa ya enaknya, Pizza keknya enak non," ujar Bibi Imah.

"Bibi terang bulan aja, Non. Rasa kacang sama cokelat," tutur Bibi Neni.

"Baiklah, nanti aku belikan Pizza, Terang bulan, dan salad buat kita makan bareng. Masalah Laras biar nanti aku tanyakan dia, maunya apa. Aku ke kamar dulu ya, Bi. Bibi Neni juga nyetrika bajunya besok aja sekalian, sekarang istirahat dulu. Yang penting bajunya yang di jemur, langsung di angkat dulu, soalnya gak baik kalau baju di jemur sampai semalaman," ucap Luna memberitahu.

"Siap, Non."

Setelah itu, Luna pun masuk ke dalam kamarnya lagi. Toh mau menghampiri Laras, pun. Larasnya ada di dalam kamar, gak mungkin Luna mengganggunya, karena ia taku jika Laras tengah istirahat karena kelelahan.

Di dalam kamar, Luna menaruh nota itu di dalam laci di samping tempat tidur, lalu ia berjalan ke arah jendela. Ia membuka jendela itu sehingga angin berhembus menerpa wajahnya. Namun entah kenapa Luna menyukai hari sores seperti ini, sambil menatap pepohonan yang ada di samping rumahnya. Yah, walaupun cuma pohon mangga, dan pohon jambu, tapi cukup untuk membuat dirinya merasa nyaman lama-lama berada di sana, terutama di malam hari karena bisa melihat langit yang di hiasi bintang.

Saat Luna tengah menikmati kesendiriannya, Hpnya berbunyi. Ia pun segera mengambilnya dan menggeser warna hijau ke atas.

"Assalamualaikum, Bu," sapa Luna lebih dulu.

" .... "

"Alhamdulillah baik, kabar Ibu giman di sana?"

" ...."

"Alhamdulillah kalau keadaan Ibu dan keluarga baik-baik aja. Aku seneng dengernya."

" ...."

"Iya, Bu. Laras ada di sini."

" .... "

"Iya kebetulan dia tinggal di rumah aku, tapi aku sudah mengontrakkan rumah buat dia selama setahun ke depan dan akan ditempati mulai besok."

" .... "

"Mas Ariel cuma ketemu sebentar, Bu. Itupun gak ngomong dan sekarang Mas Ariel juga lagi pergi keluar kota, selama tiga hari ke depan."

" .... "

"Iya. Bibi Imah dan Bibi Neni juga sering ngingetin aku, agar hati-hati."

" .... "

"Besok Laras sudah mulai kerja di resto."

" .... "

"Iya, Bu. Aku juga belum tau kapan bisa pulang, mungkin nanti pas tahun baru."

" ..... "

"InyaAllah, Bu. Doakan aja, aku juga sebenarnya sudah ingin hamil, tapi ya mau bagaimana lagi, Tuhan masih belum mengijabah doaku."

" .... "

"Iya, Bu. Aamiin."

" .... "

"Baik, Bu. Asslamualaikum, titip salam juga buat bapak."

Setelah itu, Luna menaruh kembali Hpnya di saku. Ia menatap langit yang masih cerah, karena masih pukul setengah lima sore. Ia menghela nafas, sejujurnya ia ingin bepergian, ingin bebas. Tapi ia gak bisa berbuat apa-apa, suaminya terlalu mengekang dirinya. Ingin mengeluh, tapi masalahnya, orang-orang di luar sana, banyak yang hidupnya bahkan jauh lebih menderita darinya.

Jadi Luna malu untuk mengeluh karena kenikmatan yang ia dapatkan, lebih banyak dari pada penderitaan yang ia alami. walaupun merasa terkurung dan banyak aturan ini dan itu, tapi setidaknya suaminya setia dan memanjakan dirinya.

Malam harinya, Luna memesan makanan Pizza jumbo, Terang Bulan, Martabak isi daging dan sayuran, salad, dan juga nasi dan ayam bakar pedas manis dan lalapan, request milik Laras. Katanya dia gak bisa kenyang, kalau gak makan nasi. Jadinya dia reques nasi, ayam bakar pedas manis dan lalapan serta kerupuk.

Lalu mereka pun makan bersama di ruang keluarga sambil nonton tivi. Tapi Bibi Imah dan Bibi Neni yang lebih banyak ngomong, sedangkan Luna hanya sesekali aja nanggepinya. Laras sendiri memilih diam menikmati makanannya.

Mereka makan seperti saudara, tak ada majikan ataupun bawahan, semuanya sama. Luna tak pernah membanding-bandingkan antara atasan dan bawahan. Dia lebih suka seperti ini, makan bareng sambil mengobrol santai.

"Laras, jangan lupa ya nanti malam, hidupkan alarmnya, biar besok bisa bangun pagi. Atau pintu kamarnya jangan di kunci dari dalam, biar aku bisa bangunin kamu," ujar Luna mengingatkan.

"Iya, Lun," jawab Laras.

Setelah selesai makan, mereka pun mengobrol santai. "Besook rujaan yuk," ajak Bibi Neni.

"Boleh, rujaan apa?" tanya Bibi Imah.

"Jambu kristal juga enak, di kulkas masih ada empat buah kayaknya," tutur Neni.

"Kalau kurang beli aja buahnya, aku juga sekalian nitip buah semangka sama melon madu," ucap Luna.

"Baik, Non. Besok Bibi beli buah itu, yang besar apa yang kecil Non?" tanya Bibi Imah.

"Yang besar aja, sekalian. Biar mantap, besok bisa makan bareng. Kalau buah kan gak mungkin bikin gemuk. Jadi aku makan buahnya aja. Laras, kamu mau nitip buah apa?" tanya Luna.

"Enggak deh, besok aku kan kerja, pulang kerja, langsung pulang ke kontrakan. Mungkin aku capek pulang kerja, aku  mau istiraht aja," tolak Laras.

"Baiklah, tapi misal kamu pengen apa-apa, bilang ya. Nanti biar aku beliin," ujar Luna dan Laras pun hanya menganggukkan kepala.

"Aku ke kamar dulu ya, ngantuk biar besok gak bangun kesiangan juga," ucapnya.

"Iya sudah, kamu cuci tangan dulu gih, biar sampahnya nanti aku yang buangkan. Harus langsung tidur ya, jangan main hp dulu."

"Iya."

Dan setelah itu, Laras pun pergi ke kamarnya dan menyisakan mereka bertiga yang mengobrol sampai jam sepuluh  malam.

Episodes
1 Story Ariel dan Luna
2 Burung Dalam Sangkar
3 Kedatangan Laras, Sahabat Luna
4 Kekhawatiran Bibi Imah dan Bibi Neni
5 Keinginan Laras
6 Kekaguman Yang Berlebihan
7 Kebaikan Luna
8 Sifat Asli Laras Yang Sangat Buruk
9 Ketegasan Luna Yang Patut Diacungi Jempol
10 Sindiran Untuk Laras
11 Kegalauan Luna
12 Hari Pertama Kerja
13 Karyawan Resto
14 Hadiah dari Luna
15 Kejutan dari Ariel
16 Suami Protektiv
17 Bermesraan Di Depan Laras
18 Rasa Iri Dengki
19 Ariel dan Laras
20 Kejujuran Ariel
21 Kedatangan Laras Ke Rumah Ariel
22 Menguji Cinta Ariel
23 Suasana Yang Kaku
24 Penyesalan Itu Mulai Ada
25 Jangan Memaksa Aku, Mas
26 Tuduhan Tanpa Bukti
27 Pertengkaran Sengit Di Pagi Hari
28 Dion Erlangga Mahabharata
29 Bersenang-senang Tanpa Suami
30 Bagaimana Akhir Dari Cerita Suamiku Dilamar Sahabatku?
31 Ariel Cemburu Terhadap Dion
32 Sikap Ramah Luna Yang Membuat Dion Semakin Terpukau
33 Kejutan Untuk Ariel
34 Firasat Luna Yang Tidak Enak
35 Fikiran Kacau Balau
36 Masih Tak Ada Kabar
37 Kertas Cek In Hotel
38 Mencari Bukti
39 Pandai Bersandiwara
40 Biarkan CCTV Yang Membuktikan
41 Ariel Kabur Dari Luna
42 Detik-Detik Sebelum Terungkap
43 Terbongkar
44 Detik-Detik Sebelum Dilabrak Oleh Luna
45 Perjanjian Pernikahan
46 Cara Luna Melupakan Masalahnya
47 Luna Nantang Si Ariel
48 Debat Di Atas Tempat Tidur
49 Sikap Dingin Luna Membuat Ariel Frustasi
50 Berusaha Mengambil Hati Luna Kembali
51 Menyadap Hp Ariel
52 Merayu Luna, Mencoba Meluluhkan Hatinya
53 Menangis Di Atas Sajadah
54 Bukti Kedua Yang Dimiliki Oleh Luna
55 Rencana Luna
56 Sifat Ariel Yang Makin Merajalela
57 Misi Luna
58 Tak Curiga
59 Kedatangan Laras ke Rumah Luna
60 Masalah CCTV
61 Jatuh Cinta Bikin Orang Jadi Bodoh
62 Melakukan Di Kamar Mandi
63 Sembunyi Di Bawah Tempat Tidur
64 Jangan Mau Jadi Pelakor
65 Suara Hati Ariel
66 Firasat Seorang Ibu
67 Kecurigaan Mereka Semua
68 Ingin Mengakhiri Hubungan. Benarkah?
69 Putus Atau Lanjut
70 Jadwal Pulang Kampung
71 Persiapan Pulang Kampung
72 Keberanian Ariel Membawa Laras Masuk Ke Dalam Istananya
73 Rumah Sultan Dion
74 Persiapan Ulang Tahun Luna
75 Ulang Tahun Luna
76 Kehancuran Laras dan Ariel
77 Hinaan Untuk Mereka Pelaku Zi na
78 Masuk Rumah Sakit
79 Keresahan Ariel dan Penyesalannya
80 Keadaan Laras
81 Kembali Ke Rumah Masing Masing
82 Kedatangan Mertua
83 Ariel Menemui Laras
84 Ariel Semakin Kejam
85 Ariel Ingin Menemui Luna
86 Pertengkaran Luna dan Ariel
87 Kehebohan Di Dunia Maya 1
88 Menjadi Cibiran Para Tetangga
89 Kekecewaan Orang Tua Ariel
90 Laras Mendatangi Rumah Luna
91 Laras Menghadapi Kemarahan Lintang dan Bunda Naira
92 Luna Vs Laras
93 Kemarahan Bapaknya Laras
94 Siksaan Untuk Laras
95 Tersiksa Lahir Batin
96 Jiwa Terguncang
97 Datang Sembunyi-Sembunyi
98 Luna Akan Balik Ke Jakarta
99 Ngambek
100 Kedatangan Dion Dari Luar Negeri
101 Otw Jakarta
102 Ariel Ikut Balik Ke Jakarta
103 Ariel Emosi Karena Luna Tak Kunjung Sampai
104 Ariel Yang Malang
105 Laras Yang Masih Berusaha Untuk Kabur Agar Bisa Menemui Ariel
106 Kebahagiaan Luna Vs Penderitaan Laras dan Ariel
107 Kondisi Ariel Yang Semakin Drob
108 Luna Balik Ke Jakarta
109 Luna OTW jenguk Ariel di RS
110 Noah Dibuat Bungkam Oleh Luna
111 Ariel Sadar
112 Luna Yang Tak Lagi Peduli
113 Ketegasan Luna Menghadapi Ariel
114 Meninggal Dunia
115 Kekecewaan Mereka Terhadap Luna
116 Penyesalan Emang Selalu Ada Di Belakang
117 Kemarahan Ariel Pada Semua Orang
118 Ariel Vs Laras
119 Bakti Istri sebelum Resmi Jadi Janda
120 Noah Memenuhi Ngidam Si Bumil
121 Noah Skakmat Luna
122 Masa Lalu Ariel dan Luna
123 Kandungan Luna
124 Pelarian Laras
125 Karma Mulai Berjalan
126 Kutukan Buat Laras
127 Kekesalan Noah Pada Luna
128 Dion, Luna dan Ariel
129 Pembicaraan Sesama Laki-laki
130 Back To Ariel
131 Ketakutan Luna
132 Ungkapan Hati Ardi, Papanya Ariel
133 Noah Bertemu Laras
134 Ardi Vs Luna
135 Pengobatan Ke Luar Negeri
136 Perkembangan Ariel
137 Detik-Detik Mau Lahiran
138 Kemarahan Ardi
139 Pilih Kasih
140 Melewati Masa Kritis
141 Kekecewaan Ariel
142 Keputusan Ariel
143 Surat Cerai
144 Diana Ariella Alfarizi
145 Kekecewaan Bibi Imah
146 Ariel Akan Segera Pergi Jauh
147 Kedatangan Orang Tua Luna
148 Kekecewaan Ayah Lukman
149 Kesadaran Lintang Akan Kesalahannya
150 Perdebatan Luna dengan sang Ayah
151 Q&A
152 Ketegasan Ayah Lukman Pada Dion
153 LDR
154 Menjadi Ibu Yang Baik Untuk Diana
155 Semakin Merasa Bersalah
156 Foto Bersama
157 Rutin Tiap Hari
158 Laras Melahirkan
159 Bintang
160 Dania Larasati
161 Lamaran
162 Semua Pasti Berlalu
163 Keadaan Ariel
164 Merindukannya
165 Sakit
166 Ceroboh
167 Ikatan Batin
168 Jaga Jarak
169 Berat Rasanya
170 Perhatian Luna Untuk Ariel
171 Pertengkaran Ariel dan Luna
172 Kekaguman Luna Terhadap Ariel
173 Survei
174 Waktu Yang Berharga
175 Kesakitan Itu Masih Ada
176 Diana Vs Dania
177 Bimbang Antara Diam atau Mencari
178 Dia Sudah Tiada
179 Menemui Jalan Buntu
180 Penyesalan Itu Pasti Ada
181 Dunia Itu Sempit
182 Mencari Fakta
183 Fakta Mengejutkan
184 Keputusan Dari Semua Pihak
185 Ariel dan Dania
186 Suka Duka Bersama
187 Akhir Yang Tidak Terduga
188 Lamaran Dadakan
189 Anak Jadi Korban Keegoisan Orang Tua
190 Ikatan Batin
191 Mesra Depan Mata
192 Mantan Mertua VS Mantan Menantu
193 Harapan Ariel
194 Keakraban itu Mulai Ada
195 Teman Baru
196 Hari Bahagia Itu Pasti Akan Tiba
197 Kehidupan Yang Berbeda
198 Kepergian Ariel Untuk Kedua Kalinya
199 Perubahaan Dalam Diri Luna
200 Gulung Tikar
201 Pertengkaran sengit
202 Ide Gila
203 Marah
204 Mengadu
205 Kematian Itu Datang
206 POV Luna
207 Kekecewaan Seorang Ibu
208 Bersimpuh di Kakinya
209 Teka Teki Luna, Dion, Ariel
210 Dion Vs Lintang
211 Gagal
212 Ini Pasti Mimpi
213 Luna Vs Lintang
214 Keadaan Yang Berbalik
215 Harus Dewasa Sebelum Waktunya
216 Jawaban Untuk Mereka
217 Pertengkaran Suami Istri
218 Sikap Yang Berbeda
219 Permintaan Luna
220 Ketegasan Dion
221 Penyesalan Luna
222 Rumah Sederhana Dion dan Luna
223 Pelangi Setelah Hujan
224 Antara Suami dan Anak
225 Kehidupan Ariel
226 Kabar Duka
227 Ariel Maulana Syarif
228 Ariel Balik ke Indonesia
229 Pertemuan Anak dan Ayah
230 20 Bab Menuju TAMAT
231 19 Bab Menuju Tamat
232 18 Bab Menuju Tamat
233 17 Bab Menuju Tamat
234 16 Bab Menuju Tamat
235 15 Bab Menuju Tamat
236 14 Bab Menuju Tamat
237 13 Bab Menuju Tamat
238 12 Bab Menuju Tamat
239 11 Bab Menuju Tamat
240 10 Bab Menuju Tamat
241 9 Bab Menuju Tamat
242 8 Bab Menuju Tamat
243 7 Bab Menuju Tamat
244 6 Bab Menuju Tamat
245 5 Bab Menuju Tamat
246 4 Bab Menuju Tamat
247 3 Bab Menuju Tamat
248 2 Bab Menuju Tamat
249 Tamat
250 Extra Part 1 Sudah Direvisi
Episodes

Updated 250 Episodes

1
Story Ariel dan Luna
2
Burung Dalam Sangkar
3
Kedatangan Laras, Sahabat Luna
4
Kekhawatiran Bibi Imah dan Bibi Neni
5
Keinginan Laras
6
Kekaguman Yang Berlebihan
7
Kebaikan Luna
8
Sifat Asli Laras Yang Sangat Buruk
9
Ketegasan Luna Yang Patut Diacungi Jempol
10
Sindiran Untuk Laras
11
Kegalauan Luna
12
Hari Pertama Kerja
13
Karyawan Resto
14
Hadiah dari Luna
15
Kejutan dari Ariel
16
Suami Protektiv
17
Bermesraan Di Depan Laras
18
Rasa Iri Dengki
19
Ariel dan Laras
20
Kejujuran Ariel
21
Kedatangan Laras Ke Rumah Ariel
22
Menguji Cinta Ariel
23
Suasana Yang Kaku
24
Penyesalan Itu Mulai Ada
25
Jangan Memaksa Aku, Mas
26
Tuduhan Tanpa Bukti
27
Pertengkaran Sengit Di Pagi Hari
28
Dion Erlangga Mahabharata
29
Bersenang-senang Tanpa Suami
30
Bagaimana Akhir Dari Cerita Suamiku Dilamar Sahabatku?
31
Ariel Cemburu Terhadap Dion
32
Sikap Ramah Luna Yang Membuat Dion Semakin Terpukau
33
Kejutan Untuk Ariel
34
Firasat Luna Yang Tidak Enak
35
Fikiran Kacau Balau
36
Masih Tak Ada Kabar
37
Kertas Cek In Hotel
38
Mencari Bukti
39
Pandai Bersandiwara
40
Biarkan CCTV Yang Membuktikan
41
Ariel Kabur Dari Luna
42
Detik-Detik Sebelum Terungkap
43
Terbongkar
44
Detik-Detik Sebelum Dilabrak Oleh Luna
45
Perjanjian Pernikahan
46
Cara Luna Melupakan Masalahnya
47
Luna Nantang Si Ariel
48
Debat Di Atas Tempat Tidur
49
Sikap Dingin Luna Membuat Ariel Frustasi
50
Berusaha Mengambil Hati Luna Kembali
51
Menyadap Hp Ariel
52
Merayu Luna, Mencoba Meluluhkan Hatinya
53
Menangis Di Atas Sajadah
54
Bukti Kedua Yang Dimiliki Oleh Luna
55
Rencana Luna
56
Sifat Ariel Yang Makin Merajalela
57
Misi Luna
58
Tak Curiga
59
Kedatangan Laras ke Rumah Luna
60
Masalah CCTV
61
Jatuh Cinta Bikin Orang Jadi Bodoh
62
Melakukan Di Kamar Mandi
63
Sembunyi Di Bawah Tempat Tidur
64
Jangan Mau Jadi Pelakor
65
Suara Hati Ariel
66
Firasat Seorang Ibu
67
Kecurigaan Mereka Semua
68
Ingin Mengakhiri Hubungan. Benarkah?
69
Putus Atau Lanjut
70
Jadwal Pulang Kampung
71
Persiapan Pulang Kampung
72
Keberanian Ariel Membawa Laras Masuk Ke Dalam Istananya
73
Rumah Sultan Dion
74
Persiapan Ulang Tahun Luna
75
Ulang Tahun Luna
76
Kehancuran Laras dan Ariel
77
Hinaan Untuk Mereka Pelaku Zi na
78
Masuk Rumah Sakit
79
Keresahan Ariel dan Penyesalannya
80
Keadaan Laras
81
Kembali Ke Rumah Masing Masing
82
Kedatangan Mertua
83
Ariel Menemui Laras
84
Ariel Semakin Kejam
85
Ariel Ingin Menemui Luna
86
Pertengkaran Luna dan Ariel
87
Kehebohan Di Dunia Maya 1
88
Menjadi Cibiran Para Tetangga
89
Kekecewaan Orang Tua Ariel
90
Laras Mendatangi Rumah Luna
91
Laras Menghadapi Kemarahan Lintang dan Bunda Naira
92
Luna Vs Laras
93
Kemarahan Bapaknya Laras
94
Siksaan Untuk Laras
95
Tersiksa Lahir Batin
96
Jiwa Terguncang
97
Datang Sembunyi-Sembunyi
98
Luna Akan Balik Ke Jakarta
99
Ngambek
100
Kedatangan Dion Dari Luar Negeri
101
Otw Jakarta
102
Ariel Ikut Balik Ke Jakarta
103
Ariel Emosi Karena Luna Tak Kunjung Sampai
104
Ariel Yang Malang
105
Laras Yang Masih Berusaha Untuk Kabur Agar Bisa Menemui Ariel
106
Kebahagiaan Luna Vs Penderitaan Laras dan Ariel
107
Kondisi Ariel Yang Semakin Drob
108
Luna Balik Ke Jakarta
109
Luna OTW jenguk Ariel di RS
110
Noah Dibuat Bungkam Oleh Luna
111
Ariel Sadar
112
Luna Yang Tak Lagi Peduli
113
Ketegasan Luna Menghadapi Ariel
114
Meninggal Dunia
115
Kekecewaan Mereka Terhadap Luna
116
Penyesalan Emang Selalu Ada Di Belakang
117
Kemarahan Ariel Pada Semua Orang
118
Ariel Vs Laras
119
Bakti Istri sebelum Resmi Jadi Janda
120
Noah Memenuhi Ngidam Si Bumil
121
Noah Skakmat Luna
122
Masa Lalu Ariel dan Luna
123
Kandungan Luna
124
Pelarian Laras
125
Karma Mulai Berjalan
126
Kutukan Buat Laras
127
Kekesalan Noah Pada Luna
128
Dion, Luna dan Ariel
129
Pembicaraan Sesama Laki-laki
130
Back To Ariel
131
Ketakutan Luna
132
Ungkapan Hati Ardi, Papanya Ariel
133
Noah Bertemu Laras
134
Ardi Vs Luna
135
Pengobatan Ke Luar Negeri
136
Perkembangan Ariel
137
Detik-Detik Mau Lahiran
138
Kemarahan Ardi
139
Pilih Kasih
140
Melewati Masa Kritis
141
Kekecewaan Ariel
142
Keputusan Ariel
143
Surat Cerai
144
Diana Ariella Alfarizi
145
Kekecewaan Bibi Imah
146
Ariel Akan Segera Pergi Jauh
147
Kedatangan Orang Tua Luna
148
Kekecewaan Ayah Lukman
149
Kesadaran Lintang Akan Kesalahannya
150
Perdebatan Luna dengan sang Ayah
151
Q&A
152
Ketegasan Ayah Lukman Pada Dion
153
LDR
154
Menjadi Ibu Yang Baik Untuk Diana
155
Semakin Merasa Bersalah
156
Foto Bersama
157
Rutin Tiap Hari
158
Laras Melahirkan
159
Bintang
160
Dania Larasati
161
Lamaran
162
Semua Pasti Berlalu
163
Keadaan Ariel
164
Merindukannya
165
Sakit
166
Ceroboh
167
Ikatan Batin
168
Jaga Jarak
169
Berat Rasanya
170
Perhatian Luna Untuk Ariel
171
Pertengkaran Ariel dan Luna
172
Kekaguman Luna Terhadap Ariel
173
Survei
174
Waktu Yang Berharga
175
Kesakitan Itu Masih Ada
176
Diana Vs Dania
177
Bimbang Antara Diam atau Mencari
178
Dia Sudah Tiada
179
Menemui Jalan Buntu
180
Penyesalan Itu Pasti Ada
181
Dunia Itu Sempit
182
Mencari Fakta
183
Fakta Mengejutkan
184
Keputusan Dari Semua Pihak
185
Ariel dan Dania
186
Suka Duka Bersama
187
Akhir Yang Tidak Terduga
188
Lamaran Dadakan
189
Anak Jadi Korban Keegoisan Orang Tua
190
Ikatan Batin
191
Mesra Depan Mata
192
Mantan Mertua VS Mantan Menantu
193
Harapan Ariel
194
Keakraban itu Mulai Ada
195
Teman Baru
196
Hari Bahagia Itu Pasti Akan Tiba
197
Kehidupan Yang Berbeda
198
Kepergian Ariel Untuk Kedua Kalinya
199
Perubahaan Dalam Diri Luna
200
Gulung Tikar
201
Pertengkaran sengit
202
Ide Gila
203
Marah
204
Mengadu
205
Kematian Itu Datang
206
POV Luna
207
Kekecewaan Seorang Ibu
208
Bersimpuh di Kakinya
209
Teka Teki Luna, Dion, Ariel
210
Dion Vs Lintang
211
Gagal
212
Ini Pasti Mimpi
213
Luna Vs Lintang
214
Keadaan Yang Berbalik
215
Harus Dewasa Sebelum Waktunya
216
Jawaban Untuk Mereka
217
Pertengkaran Suami Istri
218
Sikap Yang Berbeda
219
Permintaan Luna
220
Ketegasan Dion
221
Penyesalan Luna
222
Rumah Sederhana Dion dan Luna
223
Pelangi Setelah Hujan
224
Antara Suami dan Anak
225
Kehidupan Ariel
226
Kabar Duka
227
Ariel Maulana Syarif
228
Ariel Balik ke Indonesia
229
Pertemuan Anak dan Ayah
230
20 Bab Menuju TAMAT
231
19 Bab Menuju Tamat
232
18 Bab Menuju Tamat
233
17 Bab Menuju Tamat
234
16 Bab Menuju Tamat
235
15 Bab Menuju Tamat
236
14 Bab Menuju Tamat
237
13 Bab Menuju Tamat
238
12 Bab Menuju Tamat
239
11 Bab Menuju Tamat
240
10 Bab Menuju Tamat
241
9 Bab Menuju Tamat
242
8 Bab Menuju Tamat
243
7 Bab Menuju Tamat
244
6 Bab Menuju Tamat
245
5 Bab Menuju Tamat
246
4 Bab Menuju Tamat
247
3 Bab Menuju Tamat
248
2 Bab Menuju Tamat
249
Tamat
250
Extra Part 1 Sudah Direvisi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!