Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu para readers ku.
Jumpa laaaaagiii.
Kemudian Reza mempercepat langkahnya menuju counter cashier
"Ini Bu Rara" ucap Reza memberikan remote televisi dengan tersenyum.
"Pasti kamu tadi godain bu Dipsi ya Za? Awas nanti jodoh loh" tanya Rara mengambil remote televisi yang ada di tangan Reza dengan tersenyum kecil.
"Alhamdulillah bu Rara kalau begitu, artinya saya sudah tidak jomblo dong sudah ada jodohnya, hahaha" ucap Reza dengan tertawa senang.
"Triing triing triing" terdengar bunyi pintu restoran. Harun masuk ke restoran mendorong troli barang yang tidak ada isinya, dia mengembalikan troli untuk di pakai besok untuk mengambil barang keperluan restoran induk yang minim yang berada di area dalam bandara, karena barang gudang terlalu banyak tidak bisa menampung semua barang, sehingga barang gudang di tempatkan di restoran area luar bandara yang punya gedung sendiri.
Rara kemudian melangkah mundur niat hati ingin mengurangi volume televisi yang terlalu besar, di urungkan nya karena pas melihat ke layar televisi nama Indah dan Togar disebutkan sebagai korban kecelakaan pesawat.
Remote televisi yang tadi dipegangnya jatuh, kedua tangannya menutup mulutnya matanya terbelalak melihat nama Indah dan Togar terpampang jelas di layar televisi.
"Astaghfirullah Artinya: "Aku mohon ampun kepada Allah yang Maha Agung, yang tiada Tuhan selain Dia Yang Maha Hidup lagi Maha Berdiri Sendiri, dan aku bertaubat kepada-Nya.
Innalillahi wa inna ilaihi raji'un. Aku turut berduka cita atas kehilangan yang telah menimpamu. 2. Semoga Allah SWT menempatkan almarhum/almarhumah di Jannah Firdaus. 3. Semoga Allah memudahkan almarhum/almarhumah melewati semua tahapan kehidupan di Akhirat. Bu Indah, Prof. Togar " ucap Rara kemudian pandangan menggelap kemudian terjatuh dan tidak sadarkan diri.
"Bu Rara"
"Bu Rara"
"Bu Rara"
Ucap Harun, Reza dan Wulan bersamaan
Sebelum Rara jatuh ke lantai ada tangan kokoh yang menangkap tubuh kecilnya itu.
"Bu Rara sadar" ucap Harun mencoba menampar pelan pipi Rara.
" Innalillahi wa inna ilaihi raji'un"
"Innalillahi wa inna ilaihi raji'un"
"Innalillahi wa inna ilaihi raji'un"
ucap Harun, Reza dan Wulan bersamaan lagi, setelah melihat tayangan di televisi yang dilihat Rara tadi.
Setelah mencoba menyadarkan Rara yang tidak sadar, kemudian Rara di angkat ala bridal style oleh Harun.
Reza yang terlambat menangkap tubuh Rara hanya mengambil remote televisi kemudian menekan tombol minus volume televisi tersebut.
Harun yang mengangkat tubuh Rara ala bridal style kemudian minta tolong pada Reza untuk memasukkan troli barang di area dapur yang dia tinggalkan di depan pintu masuk karena melihat Rara yang akan terjatuh tadi dia dengan sigap berlari dan menangkap tubuh Rara.
"Za, tolong kasih masuk troli barang dulu" ucap Harun yang sudah berjalan pelan
"Tapi pak , si Wulan lagi kerepotan banyak customer yang mengantri, si Erwin juga banyak pesanan yang mau di antar ke meja customer" ucap Reza berjalan menuju counter cashier melihat Wulan yang bolak-balik menghadap ke depan ke belakang untuk menyediakan pesanan customer
"Ya sudah panggil si Andi atau Willy, melalui toa ( alat komunikasi antara cashier dan orang yang ada di area dapur) " ucap Harun berhenti jalan
"Di tujukan kepada Andi atau Willy tolong segera ke depan mengambil troli barangnya karena sangat menghalangi jalan masuk customer, sekian dan terima kasih " ucap Reza melalui toa.
Harun berjalan masuk menuju office yang mengangkat tubuh Rara ala bridal style, Diva yang selesai makan mengangkat bekas piring sarapannya menyimpan di dekat wastafel cuci piring kemudian ingin mencuci tangannya melihat Harun mengangkat Rara.
"Bu Lala kenapa pak Halun?" ucap Diva panik melihat Rara tidak sadarkan diri
"Bu Diva nggak lihat Bu Rara tidak sadarkan diri? Bu Diva bawa minyak angin tidak?" Tanya Harun menurunkan tubuh Rara perlahan di samping loker ( tempat penyimpanan barang karyawan, seperti tas atau alat make up) yang biasa di tempati untuk sholat, kemudian meraih alat sholat yang tidak jauh dari situ untuk dijadikannya bantal untuk Rara berbaring.
"Ada pak, Astagfirullah, Bu Lala kenapa pingsan begini pak Halun? " tanya Diva memeriksa tasnya mencari minyak angin setelah dapat dia langsung memberikan pak Harun
"Loh kok saya dikasih? Bu Diva saja yang oleskan minyak anginnya, saya bukan muhrimnya bu Rara" ucap Harun berjongkok di dekat Rara.
"Hehehe, bukannya saya suruh pak Halun oleskan ke Bu Lala, saya hanya mau minta tolong di bukakan pak, tangan saya tidak bisa" ucap Diva memberikan minyak angin ke Harun kemudian pelan-pelan duduk di dekat Rara dengan cengengesan.
"Ini bu Lala kok bisa pingsan pak Halun?" Tanya Diva mengambil minyak angin dari Harun yang sudah terbuka.
"Bu Diva, ada berita duka yang saya akan sampaikan, tapi bu Diva jangan pingsan ya seperti bu Rara" ucap Harun dengan mata yang sendu karena mengingat berita tadi yang di tayangkan di televisi.
"In Syaa Allah pak Halun" ucap Diva mengoleskan minyak angin di bawah hidung dan pelipis Rara.
"Bu Indah dan calon suami nya Prof. Togar meninggal dalam kecelakaan pesawat tadi jam delapan lewat sepuluh menit" ucap Harun dengan mata berkaca-kaca.
"Oh" ucap Diva cuek masih mengoleskan minyak angin tersebut di pelipis kanan dan kiri Rara.
sedetik kemudian
"Apa? Innalillahi wa inna ilaihi Raji'un, Semoga Allah SWT menempatkan almarhum/almarhumah di Jannah Firdaus, Aamiin" ucap Diva menengadahkan tangannya ke atas dan mengusap wajahnya.
"Pantesan Bu Lala, pingsan Bu Lala kan sudah menganggap Bu Indah kakak nya" ucap Diva masih mengoleskan minyak angin di bawah hidung dan pelipis Rara.
"Hm" gumam Rara karena merasa pelipis dan hidungnya terasa panas.
"Bu Lala sudah sadar?" Ucap Diva memberikan minyak angin ke Harun.
"Bu Diva maafkan Bu Indah ya kalau ada salah" ucap Rara mencoba untuk bangun dari pembaringan nya karena merasa sangat panas diwajahnya mencari kipas tangan atau tissue kering.
"Bu Indah nggak ada salah sama saya Bu Lala, saya yang banyak salah sama Bu Indah, eh tapi tumben tidak panggil saya Dipsi? , jangan-jangan Bu Lala kerasukan loh bu Indah ya? " Ucap Diva mengambil jarak dari Rara, karena takut Rara kerasukan roh Indah beneran.
"Saya lagi sedih Bu Diva makanya, saya tidak panggil Dipsi" ucap Rara yang mulai berkaca-kaca matanya mengingat kalau Indah telah tiada.
"Oh kirain" ucap Diva mengelus dada.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu, kudo'akan semua reader terkasihku bahagia dunia akhirat Aamiin.
sampai jumpa di bab berikutnya 😁.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments