Naira melajukan motornya menuju kantor tempatnya bekerja untuk mengambil barang-barang miliknya yang ada di perusahaan Natan.
Naira memarkirkan motornya di halaman parkir ,ia lalu berjalan masuk ke dalam gedung raksasa itu dengan tak bersemangat.
"Nay , kamu ngapain?" Tanya Joana saat melihat Naira sedang membereskan barang-barang miliknya dan memasukkannya ke dalam kardus.
"Aku di pecat." Ucap Naira tak bersemangat , sembari menutup kardus setelah semua barang - barang nya sudah di masukkan semuanya ke dalam kardus. Ia lalu mengangkat kardus itu dan membawanya keluar dari ruangannya menuju parkiran, ia seolah tak mempedulikan kehadiran Joana yang keheranan melihat Naira yang tiba- tiba di pecat padahal setahunya Naira adalah salah satu karyawan terbaik di perusahaan tempatnya bekerja.
"Tapi kenapa Nay,maksudku kamu tidak ada masalah sama dengan bank tempat kamu bekerja kan?" Tanya Joana tak percaya akan apa yang di lihatnya saat ini.
"Sudahlah,jangan memikirkan nya, aku mau pulang sekarang,aku akan kerumah sakit dulu setelah itu kerumah untuk mengambil beberapa barang yang ada di rumah." Naura kau beranjak meninggalkan Joana yang masih bingung dan tak percaya dengan semua ini.
"Kamu mau tinggal dimana, Nay dan juga biaya rumah sakit Bintang bagaimana?" Tanya Joana dan pertanyaan itu berhasil menghentikan langkah Nayra. Joana lalu berdiri dan menghampiri Nayra yang berdiri di ambang pintu.
"Bagaimana dengan semua itu Nay,tinggallah bersamaku,tidak mungkinkan kamu tinggal di rumah sakit terus menerus."
Mata Nayra berkaca-kaca mendengar ajakan Joana padanya.
"Apa kami tidak akan merepotkan mu?"
"Kamu bicara apa sih, Nay...siapa yang kamu repotkan,bukankah kita adalah sahabat dan sahabat akan selalu ada di saat suka dan duka sahabatnya kan."
Jatuh sudah pertahanan Nayra,air mata mengucur begitu saja,karena Joana selalu ada untuknya,entah itu saat mereka masih di desa sampai merkeka berada di Jakarta ini.
Melihat Nayra yang menangis membuat Joana menarik tubuh Nayra ke pelukannya dan mereka pun saling berpelukan untuk memberikan support satu sama lain , dan pemandangan itu tak lepas dari pantauan Nathan yang sejak tadi melihat adegan merek melalui cctv yang tersambung ke ponselnya. Melihat Nayra mengeluarkan air mata entah kenapa Nathan merasa sesak dan terluka melihat kesedihan Nayra padahal Nayra kehilangan pekerjaan nya itu karena dirinya, tapi bukannya merasa senang Nathan malah merasa bersalah pada gadis itu.
Sore hari,setelah Nayra berkunjung ke rumah sakit ,ia lalu pulang ke rumah untuk mengambil barang-barang miliknya dan Bintang,Joana juga membantunya untuk beres-beres karena ia sudah tak berhak lagi tinggal di rumah itu setelah ia kehilangan pekerjaan nya dan untuk sementara ia akan menumpang di rumah Joana.
Setelah semua beres ke duanya pun membawa barang-barang itu kerumah Joana yang tak jauh dari rumahnya.
"Malam nanti aku akan kembali ke rumah sakit,mungkin aku akan menginap di sana menemani Bintang." Ujar Nayra saat mereka sudah berada di rumah Joana .
"Kalau begitu aku ikut denganmu,lagian aku meras kesepian sendirian di sini dan juga kan besok hari Sabtu ." Ucap Joana sambil membaringkan tubuhnya di atas karpet di ruang tengah.
"Kamu tidak lelah,besok kan kamu harus istirahat ."
"Enggak,aku nggak akan lelah."
Nayra menghela nafas panjang,ia begitu terharu akan kebaikan Joana padanya,entah dengan cara apa ia membalas semua kebaikan sahabatnya itu.
"Aku akan mencari pekerjaan lain, semoga saja ada perusahaan yang membutuhkan ke ahlianku." Lirih Nayra sambil bersandar dia dinding .
"Aku yakin kamu akan mendapatkan pekerjaan secepatnya." Joana lalu duduk di depan Nayra sambil bertopang dagu.
"Sudahlah ini sudah lah ,ayo istirahat,sebentar malam kan kita harus kerumah sakit." Ujar Joana lalu kembali membaringkan tubuhnya dan di ikuti Nayra.
Sejak melihat kesedihan Nayra , Nathan merasa tidak tenang,fikirannya terus di bayang-bayangi wajah sedih Nayra.
"Aaahhhhh." teriak Nathan kesal karena ia kehilangan fokus dalam bekerja sejak melihat adegan Nayra dan Joana pagi tadi.
"Semua perintah sudah di laksanakan bos." Ujar Ujar Raka yang datang tiba-tiba dan membuat Nathan terkejut.
"Bisa tidak kamu mengetuk pintu ." Kesal Nathan sambil menatap Raka dengan tajam.
"Maaf bos." Ucap Raka merasa bersalah karena masuk begitu saja ke dalam ruangan sang bos..
"Apa yang kamu katakan tadi?" Tanya Nathan tapi masih dengan rasa kesal karena sudah di buat terkejut oleh sang asisten.
"Semua perintah bos,untuk memback list Batara dari pencarian tenaga kerja." Jelas Raka dengan berbangga diri karen berhasil menyelesaikan tugas yang di berikan dalam beberapa jam saja.
Braaaaaakkkkk .... Nathan menggebrak meja kerjanya saat mendengar penjelasan dari asistennya dan hak itu membuat Raka terperanjat kaget.
"Kenapa kamu lakukan itu?" Bentak Nathan dengan nada tinggi.
Raka di buat bingung dengan ucapan Nathan dan reaksi sang bos yang begitu marah ,bukankah semua yang ia lakukan atas perintah sang bos sendiri.
"Ta...tapi bos."
"Jangan membantah kamu,sana keluar kamu sebelum aku benar-benar marah ." Usir Nathan dengan suara meninggi membuat Raka langsung mengambil langkah seribu dan keluar dari ruangan sang bos yang sedang dia amuk amarah.
"Hu.... selamat ....dasar bos aneh." Gerutu Raka saat dirinya sudah berada di luar sambil bersandar pada pintu kaca ruangan Nathan.
"Kenapa pak Raka?" Tanya sekertaris Nathan yang berhasil mengejutkan Raka.
"Tidak apa-apa." Jawab Raka lalu beranjak dari tempatnya berdiri menuju ruangannya, sementara sekertaris Nathan menatap heran ke arah Rakan yang sudah berjalan jauh.
"Aneh." Gumamnya sambil menggeleng pelan lalu melangkah ke mejanya.
Sejak melihat adegan Nayra dan Joana , Nathan selalu di bayang-bayangi wajah sedih Nayra.
"Aaahhh...kenapa dia selalu ada dalam pikiranku sih." Kesal Nathan sambil melempar bantal yang ada di tempat tidurnya. Ya saat ini Nahan sudah berada di rumah, tepatnya di kamar pribadi nya.
"Den...." Panggil seseorang di luar sambil mengetuk pintu kamar Nathan.
Nathan yang mendengar suara asisten rumah tangganya itu pun langsung berjalan membuka pintu kamar.
"Ada bi?" Tanya Nathan saat dirinya membuka pintu dan terlihat seorang wanita paruh baya sedang berdiri di depannya.
"I...itu Den...ada nona..."
"Ngapain dia kesini?" Potong Nathan terlihat tidak senang, tanpa asisten rumah tangganya itu menyebut tamu yang datang ,Nathan sudah mengetahuinya.
"Ya sudah, sebentar aku turun." Sambung Nathan lagu sembari kembali menutup pintu kamarnya dengan keras,membuat sang asisten rumah tangganya itu terperanjat kaget. dan hanya bisa menggeleng pelan melihat sikap sang majikan lalu melanjutkan langkahnya menuruni anak tangga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments