Episode 9

"Maaf pak anda memanggil saya?" Ucap Naira saat dirinya sudah berada di ruangan Natan yang terlihat sedang duduk membelakangi meja kerjanya. Natan lalu memutar kursinya menghadap Naira yang sedang berdiri di depannya.Ia menatap wajah Naira dengan sedikit menahan kesal,awalnya ia mengira Naira adalah wanita yang mudah di iming-imingi jabatan dan gaji,namun nyatanya wanita yang sedang berdiri sambil sedikit menunduk itu menolak mentah-mentah tawarannya.

"Duduk." Perintah Natan dengan wajah dingin tanpa ekspresi,membuat bulu kuduk Naira merinding,namun sedetik kemudian Naira menguasai dirinya.

Naira lalu duduk di kursi yang memang sudah tersedia di depan meja kerja Natan.

"Ada yang bisa saya bantu pak?" Tanya Naira membuka pembicaraan.

"Kenapa?"

Naira mengerutkan kedua alisnya bingung akan pertanyaan yang keluar dari mulut pria yang sedang duduk menatapnya dengan tajam.

" Maksudnya?"

Natan memutar bola matanya jengah,lalu menekan pelipisnya pelan menahan rasa kesal yang semakin bergejolak di hatinya, rasa-rasanya ia ingin membanting apa saja yang ada di dekatnya,wanita di depannya ini benar-benar telah berani menjawabnya dengan pertanyaan,padahal jika di fikirkan secara logika wajar saja Naira bertanya karna ia tidak memahami arah pembicaraan nya,tapi Natan tetaplah Natan jika ia bertanya maka orang di di tanya nya itu wajib untuk menjawabnya entah mereka tahu isi dari pertanyaan nya atau tidak.

"Aku sedang bertanya pada mu,kenapa balik bertanya padaku?" Tekan Natan dengan gigi saling bergemelutuk menahan kesal.

Naira pun semakin bingung di buatnya.

"Kenapa kamu menolak tawaran kerja dari perusahaan ini?" Jelas Natan dengan nada di tekan tapi penuh intimidasi.

"Karena saya sedang tidak membutuhkan pekerjaan pak." Ucap Naira tanpa embel-embel,tapi jawaban Naira itu membuat Natan semakin geram,bahkan saking geramnya ia memukul meja kerjanya menggunakan map yang ada di depannya dan membuat Naira terperanjat karena kaget.

"Keruanganku sekarang." Perintah Natan ketika telfonnya tersambung dan di jawab oleh Raka. Tanpa menunggu jawaban dari orang yang di telfonnya Natan memutuskan panggilannya.

"Dasar bos gila." Gerutu Raka saat telfonnya di matikan begitu saja, padahal ia baru saja akan membuka mulutnya untuk menjawab tapi telfon nya langsung di matikan.

Tapi mendengar nada suara sang bos sepertinya ia sudah tahu kenapa dirinya di panggil ke ruangan sang Presdir .

"Pasti gara-gara pegawai bank itu, akhirnya aku krna getahnya juga." Gerutunya lagi sembari berjalan keluar dari ruangan nya dan menuju keruangan bos nya letaknya tak begitu jauh,hanya terpisah ruangan sekertaris Natan saja.

"Ada apa bis?" Tanya Raka saat dirinya baru saja membuka pintu ruangan dan masuk ke ruangan itu.

Natan menatap Raka begitu tajam seolah ingin memangsanya.

Di tatap seperti itu seketika nyalinya menciut,apa lagi saat matanya menangkap sesosok wanita yang tengah duduk membelakangi nya di depan meja Natan .

Melihat dari postur tubuh dan pakaian yang di gunakan sang wanita ia tak salah lagi jika wanita itu benar sang pegawai bank yang baru saja menolak tawaran kerja dari Natan,dan sepertinya ia bisa menebak kemarahan sang bos.

"Jelaskan padanya." Ucap Natan sambil menunjuk Naira menggunakan dagunya

Raka menggaruk kepalanya yang tak gatal,ia bingung harus menjelaskan apa lagi karena sedari tadi ia sudah menjelaskan segalanya kepada Naira tapi wanita itu tetap menolak

"Kenapa diam?" Bentak Natan sembari menatap Raka dengan kesal.

Raka lalu berjalan pelan menghampiri Natan yang tengah duduk di kursi kebesarannya.

"Dengar nona, pak bos tidak menerima penolakan ketika anda di tawarkan sesuatu oleh bos maka anda harus menerimanya dan anda di larang untuk menolak." Jelas Raka saat dirinya sudah berdiri di samping Natan

Naira memutar bola matanya,ia begitu malas dan tak jengah atas ucapan dari kedua pria tampan yang berada di depannya.

Naira lalu menatap keduanya secara bergantian.

"Maaf tuan-tuan saya tetap menolak ,saya rasa anda tidak punya hak atas keputusan yang saya ambil,saya menerima atau menolak tawaran anda,itu adalah gak dan wewenang saya dan anda tidak punya wewenang untuk mengintervensi keputusan saya " Jelas Naira tegas. Naira bukanlah wanita lemah yang mudah tunduk pada orang lain,ia wanita mandiri dan keras.Ia wanita yang tidak mudah untuk di tundukkan dan tidak akan membiarkan orang lain mengatur hidupnya apa lagi tunduk pada orang yang merasa menguasai nya.

Ia akan memberontak jika ada yang memaksa nya untuk mengikuti sesuatu yang tak di kehendaki nya .

Mendengar keputusan Naira yang tegas semakin membuat Natan geram dan mengepalkan tangannya,rahangnya bahkan mengeras akibat menahan amarah.

"Kalau sudah tidak ada yang di bicarakan saya permisi." Ucap Naira lagi lalu beranjak dari duduknya dan berjalan keluar dari ruangan Natan.Sedangkan Natan dan Raka terbengong dan mata melotot ,mereka hanya mampu melihat kepergian Naira tanpa ada sepatah kata pun yang terucap dari keduanya.Mungkin mereka begitu syok dan terkejut mendengar penolakan yang berulang di lakukan oleh Naira.Natan bahkan terdiam di buatnya sedangkan Raka tak habis pikir dengan pola pikir wanita itu apalagi terang-terangan ia menolak tawaran kerja dari perusahaan Natan.

"Kurang ajar sekali dia,beraninya dia membantah dan menolak ku." Geram Natan sambil memukul meja dan membuat Raka yang berdiri di sampingnya terlonjak kaget

,saat mendengar pukulan keras di meja kerja Natan

"Aku ingin dia kehilangan pekerjaan nya,buat dia di pecat dari pekerjaan nya dan black list namanya di semua daftar pencarian kerja,aku ingin lihat seberapa lama di bertahan tanpa uang dan pekerjaan." Perintah Natan pada Raka.

"Baik bos." Jawab Raka,ia tak bisa membayangkan nasib Naira ke depannya,tapi itu salahnya sendiri karena sudah berani berurusan dengan seorang Natan,pria berdarah dingin.

"Siap bos." Raka lalu beranjak dari tempatnya untuk menjalankan perintah sang bos.

"Aku ingin wanita itu sudah tidak bekerja lagi besok." Ucap Natan menghentikan langkah Raka yang baru saja akan memutar handle pintu.

"Baik bos,semua akan berjalan sesuai perintah anda." Raka lalu memutar handle pintu dan melangkah keluar ruangan Natan.

"Kasian wanita itu,hidupnya akan terlunta-lunta mulai besok,salah sendiri sok menolak padahal tidak punya apa-apa." Gumam Raka dengan dirinya sendiri sambil berjalan menuju lift untuk mengantarkannya ke lobi.

#

#

#

Ke esokan harinya,Naira yang baru saja akan berangkat kerja tiba-tiba di panggil untuk menghadap ke kantor pusat tempatnya bekerja Tanpa ada firasat apa pun Naira mengendarai motornya menuju kantor pusat sebelum ke kantor milik Natan tempatnya di tugaskan

"Bapak memanggil saya?" Tanya Naira saat dia sudah berada di ruangan atasannya .

"Duduklah." Ucap Sang atasan sambil menunjuk kursi yang ada di depan mejanya .

"Ini surat pemecatan mu." Ujar sang atasan to the point, sebenarnya atasan Naira begitu berat untuk memecat Naira apa lagi Naira adalah salah satu karyawan terbaik nya tapi apa daya nya ,ia menerima tekanan dari Natan dan membuatnya mau ka tak mau terpaksa harus memecat Naira.

Naira begitu terkejut mendengar penuturan atasannya terlebih setelah dia membaca isi surat pemecatan yang di sodorkan padanya.

"Saya di pecat,tapi kenapa?" Tanya Naira ,ia tentu sangat terkejut alasan pemecatan nya pun tak di sebutkan karena apa.

"Maaf Naira, sepertinya kami sudah tidak membutuhkan mu di kantor.Kantor kita kelebihan karyawan dan perusahaan akan mengadakan pengurangan karyawan.

"Tapi pak,hanya saya sendiri yang di pecat?tidak masuk akal." Ucap Naira sedikit jesal.

"Ada

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!