Bintang di larikan kerumah sakit setelah di temukan tak sadarkan diri di dalam rumah,Naira dan Joana mondar-mandir di luar ruang UGD menunggu hasil pemeriksaan Bintang,rasa cemas dan khawatir tergambar jelas di wajah mereka,bahkan mereka belum sempat makan malam ,jangankan makan malam,Naira bahkan belum mengganti pakaian kerjanya.
"Bagaimana keadaannya dok?" Tanya Naira saat melihat dokter sudah keluar dari ruang UGD.
Dokter wanita itu kemudian menatap kedua wanita yang berdiri di depannya,lalu menghela nafas berat.
"Bisa kita bicara diruanganku?" Ucap dokter wanita itu sambil memandang Naira dan Joana bergantian.
"Baik dok." Naira terlihat begitu cemas,segala pikiran buruk kini berkeliaran di otaknya." Aku titip Bintang ya Na."
Joana mengangguk pelan sebagai jawaban lalu tersenyum memberi semangat pada Naira.
Naira pun membalas senyuman Joana meski di hatinya penuh dengan kecemasan,ia lalu beranjak dan mengikuti sang dokter yang lebih dulu berlalu.
"Pasien butuh penanganan intensif,jantungnya sudah tidak berfungsi dengan baik...kita sebaiknya cepat melaksanakan tranplantasi jantung."
Deg.....
"Tranplantasi jantung dok,apakah tidak ada jalan lain."
Naira seolah kehilangan tempatnya berpijak, melakukan transplantasi jantung itu sangat beresiko apalagi bagi usia anak seperti Bintang.
"Tidak ada, transplantasi jantung ini adalah langkah terakhir yang harus di tempuh,kondisi nya semakin melemah dan jantungnya sudah tidak bekerja dengan baik." Jelas dokter wanita itu yang di ketahui Naira beranama dokter Sarah.
"Apa ini tidak beresiko dok,terus terang saya sangat takut jika mengambil langkah ini."
Mata Naira mulai berkaca-kaca memikirkan kondisi Bintang .
"Tentu akan ada resiko,tapi hanya ini langkah terakhir yang bisa kita ambil."
"Tapi siapa yang akan dengan suka rela memberikan jantungnya?"
"Rumah sakit akan membantu mencarikan donatur yang cocok dengan pasien dan tentunya dengan persetujuan yang bersangkutan."
"Maaf dok,jika boleh tahu kira-kira berapa biaya yang di perlukan untuk melakukan operasi transplantasi jantung ini jika kita menemukan pendonornya?"
Naira ingin tahu biaya operasi itu agar ia bisa mengumpulkan uangnya untuk membiayai pengobatan Bintang.
"Siapkan sekitar 100-200 juta,tapi untuk lebih jelasnya silahkan ke bagian administrasi,di sana ada rincian nya." Jawab dokter Sarah dengan senyum ramah.
"Makasih dok,saya akan segera mengecek nya . Kalau begitu saya permisi dulu dok."
Naira lalu beranjak meninggalkan ruangan dokter Sarah,dengan wajah yang kini kehilangan keceriaan nya . Langkahnya seakan begitu berat .Fikirannya kini hanya tertuju pada pengobatan Bintang dan untuk mewujudkan hal itu ia harus mengumpulkan uang minimal dua ratus juta,tapi dimana ia akan mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu dekat ini,Naira menghela nafas berat lalu melanjutkan langkahnya ke ruang UGD dimana Bintang berada.
"Apa kata dokter,Nay?" Tanya Joana saat melihat Naira berjalan menuju kursi dimana Joana sedang duduk menunggu.
"Bintang harus di rawat dan ..." Naira tidak sanggup melanjutkan kata-katanya,bibirnya seolah keluh dan berat untuk berbicara,Joana yang melihat raut kesedihan di wajah sahabatnya itu lalu memeluknya sembari memberikan kekuatan pada Naira,meski tak mengatakan apa pun Joana paham apa yang di rasakan oleh Naira,beban yang begitu berat kini berada di pundaknya,tapi Joana tidak akan membiarkan Naira melalui semua kesulitan nya seorang diri.
Naira meneteskan air mata dalam pelukan sang sahabat,ia tak mampu lagi menahan segala beban dan kesedihan nya seorang diri,air matanya mengucur begitu saja tanpa bisa di hentikan.
"Bersabar lah Nay , kita akan melewati semua ini bersama-sama,kamu tidak sendirian."
Mendengar ucapan Joana membuat Naira begitu terharu,ia tak menyangka jika Joana akan selalu bersama nya,sejak dulu Joana selalu menemaninya. Naira lalu melerai pelukannya dan menatap Joana dengan penuh haru, setidaknya dalam kesulitan ini ada teman tempatnya bersandar,membagi segala rintihan hatinya.
"Jadi apa kata dokter?" Tanya Joana lagi saat melihat Naira sudah lebih baik.
"Harus di lakukan operasi transplantasi jantung secepatnya,aku bingung mengambil keputusan,aku takut... benar-benar sangat takut." Lirih Naira air matanya kembali menetes,mengingat semua perkataan dokter barusan.
Joana pun tak kalah terkejut dan terpukul atas tindakan yang harus dilakukan oleh dokter untuk menyelamatkan nyawa Bintang.
"Pikirkan saja dulu baik-baik setelah itu baru putuskan,segala sesuatu nya pasti ada resikonya Nay,tinggal bagaimana kita menyikapinya.kita hanya bisa berdoa dan berusaha sisanya serahkan sama yang di atas." Ujar Joana memberikan ketenangan.
"Ayo kita masuk melihat Bintang." Ajak Joana lalu berdiri dan menggandeng tangan sahabatnya itu,Naira pun mengikuti langkah Joana untuk masuk keruang UGD,namun baru saja mereka akan melangkahkan kaki,sebuah brangkar di dorong oleh beberapa perawat dari ruang UGD,mereka terhenyak ketika melihat seorang pasien yang begitu mereka kenal sedang di dorong keluar.
"Ada apa sus,kenapa?" Tanya Naira ia begitu cemas melihat keadaan Bintang .
"Kalian keluarga pasien?" Tanya balik perawat itu tanpa menjawab pertanyaan dari Naira.
"Iya..."
"Oh,pasien akan di bawa keruang perawatan."Ucap perawat itu lalu melanjutkan mendorong brangkar menuju kamar perawatan.Naira dan Joana mengikuti dari belakang.
Setelah berada dalam ruang perawatan Bintang,Naira dan Joana duduk di sofa yang berada diruangan itu.Naira terus saja menatap kearah Bintang yang masih terlelap.
"Nay..."Panggil Joana pelan.
Naira menoleh kearah Joana yang sedang duduk di sampingnya.
"Aku pulang dulu,lihat kita belum berganti pakaian sejak pulang kerja tadi,aku juga akan mengambil pakaian ganti untukmu dan beberapa keperluan yang mungkin saja di butuhkan."
"Makasih Na." Ucap Naira ,ia tak akan bisa membayangkan jika saja Joana tidak ada bersamanya.
"Ya sudah aku pamit dulu, sebentar lagi aku akan kemari lagi." Joana pun beranjak dari duduknya,dan berjalan keluar dari ruangan itu,Naira hanya menatap punggung sang sahabat hingga menghilang di balik pintu.
Joana yang sudah berada di halaman rumah sakit,sedang berdiri menunggu taksi,karena terlalu panik ia pun tak membawa ponselnya untuk menelfon taksi jadi mau tak mau ia harus bersabar menunggu taksi di luar area rumah sakit dan berdiri di pinggir jalan.
Sebuah mobil mewah berwarna hitam lewat di tepat di depan joana.ia tak memperhatikan mobil tersebut namun mobil itu berhenti tak jauh dari tempatnya berdiri,keluar seorang pria dengan menggunakan kaos berlengan pendek dan celana jeans berwarna hitam,tampilan pria itu terlihat berbeda dari biasanya jika menggunakan setelan kerjanya,namun kali ini ia memakai pakaian santai dan semakin menambah kadar ketampanannya.Kemudian di susul pria lainnya yang keluar dari kursi kemudi,kedua pria itu tak lain adalah Natan dan Raka.
Joana masih belum menyadari kedatangan bosnya itu,begitupun kedua pria itu tak menyadari kehadiran Joana yang berdiri tak jauh dari tempat Raka memarkirkan mobilnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments